Indovoices.com –Pernah mendengar tentang kesenian Wayang Potehi??
Atau bahkan pernah menjadi penonton nya???
Jujur,
Saya adalah salah satu yg menggandrungi Kesenian Wayang Potehi
Bahkan pada saat belum bersekolah dulu,
Sempat sampai jejeritan di rumah,
Saking pengennya diajak nonton pertunjukan yang diadakan di klenteng Bojonegoro, Jawa Timur.
Dalam rangka perayaan ulang tahunnya 😃😃
————————–
Menurut Wikipedia Indonesia,
Potehi berasal dari kata pou 布 (kain), te 袋 (kantong) dan hi 戯 (wayang).
Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari Tiongkok.
Sejarah memperkirakan jenis kesenian ini sudah ada pada masa dinasti Jin 晉朝 (265-420 Masehi),
Dan berkembang pada dinasti Song 宋朝 (960-1279).
Wayang Potehi masuk ke Nusantara melalui perdagangan yang terjalin dengan orang-orang etnis Tionghoa pada sekitar abad 16 sampai 19.
Bukan sekadar seni pertunjukan,
Wayang Potehi bagi etnik Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual.
Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.
Dulunya Wayang Potehi hanya memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik Tiongkok,
Seperti legenda dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok,
Terutama jika dimainkan di klenteng.
Akan tetapi saat ini Wayang Potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik yang dulu biasa dimainkan.
Pada masa masuknya pertama kali di Nusantara,
Wayang potehi dimainkan dalam dialek Hokkian.
Seiring dengan perkembangan zaman,
Wayang ini pun kemudian juga dimainkan dalam bahasa Indonesia,
Bahkan di beberapa tempat ada juga yang dicampur dengan bahasa daerah.
Oleh karena itu para penduduk non-Tionghoa pun bisa menikmati cerita yang dimainkan.
Uniknya,
Ternyata lakon-lakon yang kerap dimainkan dalam wayang ini sudah diadaptasi menjadi kiss dalam ketoprak,
Seperti Sampek Engtay dan Kera Sakti.
——————————-
Sempat mengalami masa-masa suram (periode tahun 70an – 90an) terkait dengan tindakan represif penguasa pada masa itu terhadap budaya Tionghoa.
Padahal Wayang Potehi disadari atau tidak,
Sudah “berasimilasi” dan menjelma menjadi budaya Nusantara.
Akhirnya pasca Reformasi,
Wayang Potehi bisa dipentaskan kembali dan tentu saja tidak dengan sembunyi-sembunyi.
Saat ini,
Pementasan Wayang Potehi bisa disaksikan secara umum,
Pada saat event-event tertentu,
Seperti Tahun Baru Chinnese,
Cap Go Meh,
Maupun ulang tahun klenteng.
Biasanya pertunjukan diadakan selama kurang lebih 2 atau 3 jam,
Atau bisa juga diselingi jeda waktu di antaranya.
Sayangnya,
Di tahun ini,
Saat pandemi Covid19 masih berlangsung.
Pertunjukan Wayang Potehi “terpaksa” juga tidak bisa digelar seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tapi berharap,
Tahun depan kita akan dapat menyaksikannya kembali bersama-sama 🙏🙏
Salam budaya,
Salam Indonesia Raya … 🇲🇨🇲🇨