Indovoices.com –Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bukan hanya Indonesia yang ekonominya mengalami kontraksi akibat pandemi COVID-19. Sebanyak 170 negara mengalami pertumbuhan ekonomi minus selama tahun lalu.
Bahkan Bank Dunia menyebut kontraksi ekonomi akibat corona merupakan yang terburuk dalam 150 tahun terakhir.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun lalu minus 2,07 persen. Menurut Sri Mulyani, tantangan perekonomian akibat pandemi ini sangat luar biasa.
“Pada 2020 kita kontraksi ekonominya adalah negatif 2,07 persen. Jadi kita termasuk 170 negara yang mengalami kontraksi,” kata Sri Mulyani dalam webinar Economic Policy in Dealing with COVID-19 Pandemic and Proper Exit Policy yang digelar IAEI, Selasa (6/4).
Dia pun membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut yang masih lebih baik dari negara lain, baik di ASEAN, G20, maupun negara Islam di dunia.
“Saya sering melakukan perbandingan supaya kita tahu karena hidup itu ada perspektif, kita melihat kita tidak hidup sendiri maka kita kemudian melihat berbagai perbandingan,” jelasnya.
Bendahara Negara itu mengatakan, jika dibandingkan negara-negara G20 kontraksi ekonomi Indonesia masih relatif rendah. Tidak seperti Argentina dan beberapa negara lainnya yang justru mengalami kontraksi paling dalam.
Ia menyebutkan, Prancis mengalami kontraksi hingga minus 9 persen, India minus 8 persen, Italia minus 9,2 persen, Meksiko minus 8,5 persen, Inggris minus 10 persen. Selain itu, Kanada minus 5,5 persen, Brasil minus 4,5, dan Saudi Arabia minus 3,9 persen.
Sementara jika melihat ASEAN, memang Vietnam masih bisa tumbuh positif. Namun negara-negara tetangga dekat Indonesia seperti Singapura, Filipina, Thailand, dan Malaysia semuanya tersungkur. Di mana masing-masing mengalami kontraksi 6 persen, 9,6 persen, 6,6 persen, dan 5,8 persen.
“Ini negara-negara ASEAN yang relatif disebut ASEAN 5 biasanya Indonesia masuk di dalam konteks ini,” kata Sri Mulyani.
Selanjutnya, jika dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya, Indonesia juga masih relatif lebih baik pertumbuhan ekonominya. Iran minus 1,5 persen, Irak 12 persen, Kuwait 8 persen, Qatar 4,5 persen, dan Uni Emirat Arab minus 6,6 persen.
“Tentu dengan adanya kontraksi ekonomi akan terjadi konsekuensi kenaikan pengangguran kenaikan kemiskinan dan juga dampak kepada kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.