Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan dan menyadarkan kembali bahwa Indonesia merupakan negara yang besar, memiliki 17.000 pulau, 514 kota dan kabupaten, serta 34 provinsi.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan pada acara Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa Tahun 2018, di Graha Pradipta Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta, Rabu (25/7) siang.
Lebih lanjut, Presiden juga menyampaikan bahwa kemajemukan Indonesia sangat beragam yang memiliki 714 suku, 1.100 lebih bahasa daerah, bahkan dibandingkan Singapura yang hanya punya 4 suku dan Afghanistan 7 suku.
Perbedaan dari sisi suku, agama, bahasa daerah, adat-istiadat, tradisi, lanjut Presiden, harus disadari memang ada di Indonesia.
“Inilah negara besar kita Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, kesatuan, persaudaraan, kerukunan. Ini aset besar kita,” ungkap Presiden.
Kepada kepala desa yang hadir, Presiden menitipkan pesan agar adanya pemilihan bupati, wali kota, gubernur maupun Presiden untuk tidak saling retak dan pecah belah di masyarakat. “Jangan sampai, dengan isu-isu SARA, dengan isu-isu agama. Cegah rakyat jangan sampai retak gara-gara pesta demokrasi setiap 5 tahun sekali,” ujar Kepala Negara.
Pesan yang disampaikan ini, lanjut Presiden, berguna untuk menyadarkan, mematangkan dan mendewasakan cara-cara berpolitik untuk rakyat, serta mendinginkan suasana.
Bukti Indonesia sebagai negara besar, Presiden mencontohkan bahwa dirinya telah merasakan terbang dari Banda Aceh sampai Wamena yang membutuhkan waktu lebih dari 9 jam dan itu hampir menyamai waktu tempuh terbang beberapa negara di Eropa.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menegaskan kembali agar rakyat tidak mau untuk dikompor-kompori oleh para politisi.
“Jangan energi kita habis nanti. Sudahlah, pilih pemimpin yang paling baik. Rakyat diberitahu, pilih pemimpin yang paling baik, coblos, sudah rukun sudah,” ujar Kepala Negara seraya menyampaikan untuk memilih pemimpin berdasarkan rekam jejaknya.
Kepala Negara juga menegaskan kembali tugas Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan juga pendamping-pendamping Desa agar tidak ikut menyebarkan informasi hoaks dari media sosial. Ia menambahkan bahwa yang namanya fitnah, saling mencela, hoaks, kabar bohong akan menghabiskan energi untuk mengurus hal seperti itu.
“Jangan kebawa suasana karena di kipas-kipasin iya kan. Sudah kompornya anget dikipas-kipasin. Hati-hati. Kepala desa juga jangan sampai ikut-ikutan. Ikut-ikutan terbawa suasana. Lah Saudara-saudara ini tugasnya mendinginkan, menyejukkan, ikut-ikut suasana ya jadi panas lebih panas,” sambung Presiden.
Keberagaman lain yang dimiliki Indonesia, menurut Presiden, adalah bahasa daerah atau lokal. Dirinya mengakui kesulitan belajar bahasa daerah yang beraneka ragam tersebut. Hal itu menunjukkan, lanjut Presiden, betapa sangat beragamnya negara Indonesia ini dan itulah yang dikagumi negara-negara lain terhadap Bangsa Indonesia.
“Jangan karena pilihan Bupati, pilihan Gubernur, pilihan Presiden ini menjadi sebuah kelemahan kita. Harus kita tunjukkan ini adalah menjadi potensi dan kekuatan,” ujar Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara kali ini, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Sekretaris Negra Pratikno, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. (DNA/EN)