Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama (bahasa Tionghoa: (正月); pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh (十五暝 元宵節) pada tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī (除夕) yang berarti “malam pergantian tahun“.
Untuk imlek tahun 2019 ini jatuh pada tanggal 5 Februari 2019 (2570 penanggalan imlek).
Mitologi Imlek
Banyak cerita atau versi mengenai asal-usul imlek, salah satu diantaranya yang paling banyak diambil adalah bersumber dari buku Jingchu sui shi ji (荊楚歲時記) yang dibuat di zaman dinasti selatan (420-589 SM) dan ditulis oleh Zong Lin (501-565 SM) yang menceritakan bahwa pada dahulu kala, tahun atau Nián (年) adalah nama dari seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.
Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah.
Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.
Adat-adat pengusiran monster Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; bahasa Tionghoa: 过年), yang berarti “menyambut tahun baru“, secara harafiah berarti “mengusir Nian“.
Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊 Hongjun Laozu, dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi. Dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Sejarah Imlek
Sedangkan menurut sejarahnya sendiri, perayaan tahun baru imlek sudah muncul sejak sebelum Masehi. Peringatan tahun baru Imlek dilakukan sebagai wujud rasa syukur menyambut datangnya musim semi.
Itulah sebabnya penanggalan Imlek dimulai antara akhir Januari atau awal Februari. Tetapi memang tak ada catatan yang menuliskan kapan persisnya penanggalan itu dimulai.
Beberapa ada yang menyebut penanggalan itu dihitung sejak tahun lahir Konfusius pada 551 SM. Namun sebetulnya pada era pemerintahan Kaisar Huang Di (sekitar 2500 tahun SM) sudah ada sistem penanggalan ini.
Kaisar pertama China Qin Shi Huang sempat menukar dan menetapkan bahwa tahun Tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Namun pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang. Tujuannya agar perayaan tahun baru bisa sesuai dengan masyarakat Tiongkok yang pada umumnya adalah masyarakat agraris.
Pada masa dinasti Qing, Kang Youwei (1858-1927), seorang reformis Ruism (Konfucius) menyarankan agar menggunakan Kongzi era yang dihitung dari tahun kelahiran Kongzi. Sedangkan Liu Shipei (1884-1919 ) menolak hal itu dan mengusulkan agar tahun kalender Tionghoa dihitung dari tahun kelahiran Huangdi yang diperkirakan tahun 2697 SM.
Sebagian besar masyarakat Tionghoa di luar negeri dan umat Taoisme lebih suka menggunakan Huangdi Era karena Huangdi atau kaisar kuning ini dalam sejarah Tiongkok dianggap sebagai bapak bangsa etnis Han atau orang Tionghoa secara umumnya. Dan para Taois menggunakan Huangdi Era, karena dalam kepercayaan Taoisme kaisar Kuning ini adalah pembuka ajaran agama Tao.
Awalnya dirayakan di daerah dengan populasi suku Han, Tahun Baru Imlek sesuai perkembangannya kemudian diadaptasi ke berbagai negara sekitarnya terutama di Asia Timur. Diantaranya Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Demikian juga di Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han yang signifikan. Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.
Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek sempat dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003 hingga sekarang.
Demikianlah mitologi dan sejarah munculnya Hari Raya Imlek. Bersama dengan artikel ini, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Imlek 2019 (2570) kepada para pembaca yang merayakannya.
Gong Xi Fa Cai, Wan Shi Ru Yi
恭喜发财万事如意