Belakangan ini, banyak orang pandai dan menempatkan diri dalam kalangan intelektual.namun lupa apa arti dan makna dari demokrasi. Demokrasi dimaknai seakan-akan, orang boleh berbuat apapun yang ingin dilakukannya, kendati yang dilakukannya akan merampas hak orang banyak. Hal ini merupakan satu lagi bukti, bahwa lulus dari universitas, boleh jadi orang masih nol besar dalam University of life. Universitas Kehidupan, merupakan universitas yang bersifat multidimensional, dimana orang dapat belajar apapun, yang tidak tersentuh ketika duduk di bangku kuliah.
Kebebasan itu adalah ibarat orang berjalan di padang pasir yang sangat luas. Orang boleh berlari ke arah manapun atau berteriak-teriak semau-maunya tidak akan ada yang melarang. Tapi jangan lupa, bahwa di padang pasir tidak ada rambu-rambu atau petunjuk jalan.
Karena itu setiap langkah, harus diwaspadai agar jangan sampai kebebasan diri, menyebabkan kita kehilangan arah, yang akan berarti malapetaka bagi diri kita. Kebebasan yang tidak terkontrol, akan menyebabkan kita dapat berjalan kemana saja, tapi tidak akan pernah menemukan jalan untuk kembali lagi.
Berpotensi Mencelakakan Diri dan Orang Lain
Menjadi orang merdeka atau orang bebas memang merupakan dambaan setiap orang. Bebas mau kemana, bebas mau mengerjakan sesuatu dan bebas dalam mengeluarkan pendapat. Tetapi banyak kejadian yang kita saksikan terjadi selama ini, yakni kebebasan yang lepas kendali.
Karena merasa diri sebagai orang bebas, maka secara sadar ataupun tidak, banyak orang yang terjebak ke dalam petaka dan mencelakakan dirinya sendiri. Untuk merujuk kepada contoh-contoh aktual, tidak perlu bersusah payah melakukan searching di google. Karena sudah terjadi di mana-mana dan kemungkinan saja, terjadi di lingkungan, di mana kita bertempat tinggal.
Antara lain :
orang lupa diri
lupa tata krama dan kesantuan
lupa ajaran agama
lupa budaya sendiri
lupa martabat diri
Biasanya, orang baru sadar diri, ketika sudah terlanjur terjadi sesuatu yang menjadi aib, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga merembet kepada nama baik keluarga
Kebebasan Di Jalan Raya
Merasa diri memiliki kendaraan bermotor dan Surat Izin Mengemudi, maka melarikan kendaraan secara ugal-ugalan
tidak lagi memikirkan keselamatan diri
tidak lagi peduli keselamatan orang lain
Kebebasan Berbicara Lepas Kendali ,Menyebabkan :
Orang berbicara suka suka hatinya
Tidak merasa perlu menghargai orang lain
Bahkan merasa tidak perlu menghargai presiden
Orang bisa kehilangan martabat diri sebagai seorang manusia berakal budi
Ada Banyak Contoh
Ada begitu banyak contoh-contoh yang dapat dituliskan untuk memperpanjang daftar ini. Akan tetapi kesimpulannya adalah kebebasan yang lepas kontrol diri, adalah ibarat mengemudikan kendaraan, tanpa rem. Kendaraan akan meluncur terus, hingga berhenti ketika sudah menabrak sesuatu.
Kontrol Diri Itu Mutlak Diperlukan
Adalah suatu hal yang mustahil, bahwa seseorang dapat dikontrol selama 24 jam sehari. Satu-satunya orang yang dapat mengontrol diri kita, adalah diri kita sendiri. Dengan cara mengingatkan diri, bahwa kebebasan itu ada rambu-rambunya. Ibarat kita berkendara, ada rambu-rambu yang harus dipatuhi. Terlepas dari masalah tilang atau tidak, semuanya adalah untuk keselamatan diri kita sendiri dan pengguna jalan lainnya.
Bila orang mengemudikan kendaraan, tanpa memperdulikan rambu-rambu jalan, maka petaka sudah menunggu di depan mata, hanya menunggu waktunya saja, kapan terjadi. Karena itu, dalam kehidupan, walaupun memiliki kebebasan penuh, kita perlu mawas diri dengan jalan mematuhi rambu-rambu yang berlaku dalam hidup bermasyarakat .Yakni :
ada tenggang rasa
kepedulian terhadap lingkungan
menghargai hak orang lain
Suami dan istri Mencari Kebebasan
Suami istri yang awalnya saling mempercayai dan merasa yakin, pasangannya mustahil akan menghianati kepercayaan yang saling diberikan. Tapi karena secara tanpa sadar, keduanya perlahan-lahan, mulai masuk kedalam pergaulan bebas. Bercanda-canda yang seharusnya dilakukan antara suami dan istri sendiri, kini sudah mulai dilakukan dengan orang lain, yang bukan pasangan hidup. Lama kelamaan menjadi lupa diri dan yang seharusnya tidak boleh terjadi, sudah terjadi. Entah itu dilakukan oleh suami, entah oleh istri atau bisa saja keduanya terjerat oleh kebebasan liar.
Sayang sekali, orang tidak mau belajar dari petaka, yang terjadi pada keluarga orang lain, sehingga akhirnya harus mengalaminya sendiri, baru sadar dan menyesal sesudah semuanya terlambat.
Yakin diri dan yakin pada pasangan hidup tentu sangat baik, tapi jangan lupa, manusia itu gampang tergoda. Perlu kontrol diri, agar martabat dari pernikahan kita yang suci, jangan sampai dikotori, oleh karena salah satu terjerat kebebasan dan kehilangan martabat diri. Pada harkat diri kita, tergantung juga martabat dari seluruh anggota keluarga kita, karena itu perlu dikawal dengan sangat hati-hati.
Sehingga dengan demikian, kebebasan diri, sungguh-sungguh merupakan karunia dan dapat dinikmati dan menghadirkan manfaatnya bagi keluarga dan orang banyak. Jangan malah kebebasan yang menjadi hak kita, berbalik menggiring kita ke dalam malapetaka.
Jangan lupa, sebanyak apapun titel yang disandang, bila sudah kehilangan martabat sebagai manusia yang berakhlak dan bermartabat, maka nilai kita sebagai manusia adalah nol besar.
Tjiptadinata Effendi