Indovoices.com –Waktu yang hampir sama,
Seperti hari2 kemarin …
Saat saya terbangun di jelang dini hari,
Menyeduh kopi,
Dan kali ini ditambah dengan menyalakan 3batang hio,
Yang kemudian saya tancapkan di satu sisi kamar depan, kamar tengah, dan dapur yang terhubung dengan kamar mandi.
Seketika aroma wangi kayu cendana seakan memenuhi rumah,
Membuat pikiran menjadi “sedikit” lebih jernih,
Karena yg lainnya masih menunggu kopi yang siap ditenggak 😉😉😉
Entahlah,
Semacam sugesti bagi saya,
Bahwa kopi mampu membuat otak saya lebih jernih dalam berpikir,
Seperti juga sugesti bahwa dupa, hio atau malah kemenyan membuat rumah menjadi lebih “hangat” dan terasa “nyaman”?? 😊😊😊
—————————–
Dan seketika saya mengingat salah satu teman,
Yang pernah bertanya kepada saya,
Ketika melihat saya begitu suka membakar hio atau dupa 😄
“Apakah kamu termasuk kelompok penganut spiritual!? ….”
“Ooo, ya jelas iyaa …,” jawab saya sambil tersenyum waktu itu ….
“Jadi kamu juga memuja syetan atau jin?? …”
Sampai di sini,
Sumpah …
Saya tidak bisa menahan tawa saya,
Saya ngakak kencang,
Sementara teman saya itu memandang saya dengan sorot mata yang terlihat sedikit “ngeri2 penasaran” 😃😃😃
“Kamu mau saya sihir jadi pangeran kodok? …,”
Tanya saya diantara tawa yang belum hendak berhenti.
Saya lihat mukanya pucat,
Dan dia langsung menggelengkan kepalanya kencang2 😄😄
——————————
Spiritual …
Makna Spiritual di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah :
Berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan ( rohani, batin).
Saya sendiri secara “awam” mengartikan,
Bahwa Spiritual yang asalnya dari kata Spirit (semangat).
Adalah keinginan manusia untuk bisa lebih mengenal Tuhan nya,
Mengenal alam semesta dan seisinya,
Termasuk segala jenis makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
Semangat itu seringnya memang muncul di dalam hati, jiwa, batin, rohani.
Sementara cara mewujudkannya baru dilakukan dalam bentuk2 fisik atau nyata ….
Sejak jaman dahulu kala,
Leluhur kita sudah mengenal Tuhan (bahkan sebelum adanya ajaran agama di muka bumi).
Dan cara mereka untuk menghormati atau menyembah Tuhan nya itu berbeda2.
Ada yang memberikan semacam “sesaji”,
Yang diartikan sebagai “persembahan terbaik untuk Sang Pembuat Hidup” .
Ada yang menyembah batu (yang disebut dengan kepercayaan animisme, di mana mereka percaya bahwa batu memiliki kekuatan luar biasa – bisa jadi sebagai perwujudan Tuhan dalam versi mereka).
Ada yang menyembah pohon besar,
Karena percaya bahwa sang Pemilik Hidup berada di sana,
Dan mengendalikan kehidupan di muka bumi dari sana.
Dan masih banyak lagi lainnya.
Seiring berjalannya waktu,
Mereka pun mulai mengikuti perkembangan jaman …
Upaya untuk mengenal Tuhan,
Dan “memperkenalkan Tuhan” kepada anak2nya dilakukan dalam berbagai macam ritual,
Yang sekarang bisa dikategorikan sebagai “seni dan budaya”.
Seperti laku “puasa” (sebelum masuknya agama di Nusantara, masyarakat Nusantara sudah mengenal terlebih dahulu adanya “puasa”),
Upacara2 adat,
Yang kesemuanya bertujuan sama,
Memohon berkah dan kehidupan yang lebih baik,
Kepada Sang Penguasa Hidup.
—————————–
Lalu muncullah “agama”,
Dengan “politik” dalam penyebarannya.
Beberapa kebiasaan yang berlaku di masyarakat mulai “bergeser”,
Digantikan oleh kebiasaan2 baru yang dilabeli dengan doktrin yang berasal dari “agama”.
Namun banyak pula kebiasaan lama yang masih tetap berjalan,
Semata2 agar bisa diterima di masyarakat,
Dan “agama” tersebut dapat berjalan beriringan dengan peradaban manusia saat itu.
Kehadiran para Wali Songo, contohnya …
Adalah orang2 yang menyebarkan agama dengan tidak meninggalkan kebiasaan ataupun tradisi2 yang telah berlaku sebelumnya di masyarakat.
Bahwa ada yang diubah,
Ditambahi atau dikurangi,
Semata2 hanyalah upaya “menyempurnakan” daripada tradiri yang sudah ada sebelumnya.
Seperti contohnya tradisi kirim2an kue apem yang dilakukan masyarakat Jawa di hari ke 17 bulan Ramadhan,
Semata2 selain untuk mengucap syukur,
Karena telah berhasil melalui setengah bulan berpuasa.
Juga di sisi lain untuk memberikan sedekah berupa makanan,
Bagi tetangga maupun saudara2 yang kurang mampu.
—————————–
Sampai kemudian mulai ada beberapa “wacana”,
Yang mengelompokkan tradisi sebagai sebuah hal yang “musyrik”,
Alias “menyembah selain Tuhan”.
Dan disinilah makna “spiritual” seakan mulai berubah,
Karena (cenderung) dihubungkan dengan mistik maupun klenik.
Banyak mulai bermunculan orang2 yang “melabeli” diri sebagai tokoh spiritual,
Dan “menjual” berbagai macam doa, mantera, ritual,
Demi kepentingan diri sendiri.
Dan anehnya,
Masyarakat pun banyak yang percaya 😄😄
Disuruh berendam di sungai semalam suntuk,
Biar bisa sukses jadi pejabat,
Yo dilakoni.
Padahal adem e pool 😂😂
Walhasil,
Pejabat kagak kepilih,
Masuk angin iya deh 😄😄😄😄
Ada yang pengen usahanya untung,
Disuruh melakukan ritual ina itu dengan biaya sekian juta rupiah.
Ketahuan duit yang dia punya jadikan saja modal usaha,
Beres kan?? 😂😂😂
————————–;
Banyak manusia yang ingin segalanya terjadi secara “instant”,
Ogah menunggu “proses” yang dilakukan oleh Tuhan.
Membuat para pelaku “spiritual abal2” tumbuh subur dan kian berkembang.
Akhirnya,
Semakin nyata lah julukan sebagai “pemuja syetan atau jin” hinggap di tubuh mereka …
Bukan cuma yang abal2,
Yang benar2 pelaku spiritual sejatipun,
Ikut kena getahnya 😄😄😄
—————————–
Laku spiritual juga berhubungan dengan “upaya membersihkan diri”,
Mengembalikan kesucian diri,
Sebagai salah satu makhluk Tuhan yang memiliki tujuan pada saat dilahirkan ke dunia.
Tujuannya untuk apa?? ….
Tiap orang memiliki garis hidup yang berbeda,
Dengan misi yang berbeda pula.
Tuhan mengirimkan masing2 kita ke dunia ini bukan tanpa alasan 😉😉😉
Selalu ada maknanya,
Hanya saja belum tentu kita mampu memahaminya 😉😉😉
Kemudian,
Bagaimana mungkin “spiritual” dapat membangun peradaban baru di dunia ini?
Nah,
Ini point utama nya 😊😊😊
Di jaman yang konon katanya serba modern ini,
Banyak manusia yang hanya mengejar duniawi,
Namun lupa dengan akhirat.
Mengejar nafsu dan ego pribadi
Memperkaya diri sendiri,
Dan lupa pada sekitarnya,
Pada mahluk hidup lain yang sama2 ada di muka bumi.
Dan terjadilah bencana,
Yang jika dikaji ulang,
Semua juga adalah ulah manusia itu sendiri.
Keserakahan sebagai mahluk yang merasa paling superior di muka bumi,
Menjadikan alam “hanya” sebagai “pemuas” nafsu semata,
Dan bukan sebagai “sahabat”.
Hingga akhirnya keadaan berbalik dan bencanapun hadir 😓😓😓
———————————-
Kembali lagi kepada “Memayu Hayuning Bawono”.
Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,
Kita punya kewajiban untuk dapat mengupayakan keselarasan dan keharmonisan di muka bumi.
Bersinergi dengan mahluk2 lain,
Untuk bersama2 memelihara bumi dan seisinya.
Inilah salah satu wujud “spiritual modern” yang bisa dijalani tanpa ritual macam2.
Cukup dengan :
Membuang sampah pada tempatnya,
Merawat hutan, tanaman, tumbuh2an dan alam sekitar,
Menjaga ekosistem alam dan lingkungan,
Menghargai keberadaan mereka sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan.
Termasuk juga menjalani kehidupan New Normal Life,
Dengan mematuhi Protokol Kesehatan,
Semata2 untuk menghargai kehidupan manusia lainnya.
Dan itu yang sebenarnya bisa kita lakukan,
Sebagai upaya membersihkan diri,
Dan mensucikan hati sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
Masih tetap berpikir bahwa Spiritual adalah bentuk pemujaan kepada syetan atau jin?? 😂😂😂
Semoga syetan nya gak lama2 sebal,
Dan gantian mengejar2 kamu yaa 😉😉😉😉
Mari menjadi pelaku Spiritual Modern,
Yang mampu merubah wajah peradaban dunia menjadi lebih baik.
Rahayu 🙏🙏🙏