Indovoices.com –“Seperti halnya ramalan jaman dulu,
Yang menyatakan bahwa akan ada kemunculan Nabi2 Palsu di kelak kemudian hari.
Maka para pecundang pun akan senantiasa hadir,
Untuk mencari perhatian,
Mengais rejeki di tengah keributan,
Serta membuat kisah-kisah bombastis,
Semata2 untuk mencari sensasi,
Di tengah situasi yang serba rumit”
Sebuah percakapan melalui WA semalam,
Yang ditutup dengan kalimat panjang sebagai “kesimpulan” dari obrolan “ngalor ngidul”,
Antara saya dengan salah seorang Senior yang enggan disebutkan namanya 🙏🙏🙏
Percakapan yang sebenarnya tidak sengaja,
Lha wong Beliau nya petinggi jee,
Yang punya segudang kesibukan.
Sementara saya hanya “rakyat jelata” yang sok tau dan doyan makan (apa hubungannya yaaa?? ….) 😊😊😊
—————————–
Jadi kisahnya diawali dengan redupnya cahaya kelompok radikal di negeri ini,
Ditambah dengan ditetapkannya organisasi tersebut sebagai “organisasi terlarang”.
Seakan muncul ephoria baru,
Euphoria untuk bisa “membalas dendam”,
Mengulik2 kesalahan,
Bahkan sampai saling balas caci maki dengan dalih “harus ada yang berani menyuarakan kebenaran”.
Pertanyaannya,
Apakah “mencaci maki” itu termasuk dalam upaya “membela kebenaran”?? ….
Lalu jika IYA,
Maka apa bedanya kita dengan mereka,
Dengan kelakuan yang hampir sama?? ….
Dan perang di media sosial pun dimulai,
Ketika ajaran “Kasihilah Musuhmu” seakan dilupakan,
Dan diganti dengan “balaslah musuhmu sampai dia tak berdaya dan akhirnya mati.
Sebegitu sadisnya kah kita sebagai makhluk yang dengan sombongnya,
Menamakan dirinya Manusia??? ….
Walau pada hakekatnya,
Jiwa “kebinatangan” memang ada di dalam diri kita,
Namun haruskah dipertontonkan dengan cara yang tak bermartabat??? 😊😊😊
—————————–
Belum selesai urusan yang satu,
Muncul lagi masalah baru.
Adalah gerakan2 yang mengatas namakan “adat dan budaya Nusantara”,
Didengungkan kencang2 hampir di segala penjuru negeri.
Mengajak untuk “kembali kepada budaya asli Nusantara”,
Termasuk mengenakan konde dan sanggul,
Serta berkebaya.
Yang jadi pertanyaan,
Budaya asli Nusantara itu,
Budaya yang mana??? ….
Dan apakah dengan mengenakan konde, sanggul dan berkebaya,
Otomatis kita menjadi “manusia Indonesia yang berbudaya”?? 🤔🤔
Jika pemikiran, sikap dan perilaku sehari2 tidak mencerminkan seorang Indonesia sejati,
Bagaimana??? 🤔🤔🤔
Perkembangan peradaban manusia di bumi Nusantara,
Terus berkembang dari waktu ke waktu.
Disadari maupun tidak,
Sesungguhnya budaya yg konon dianggap sebagai budaya asli Indonesia pun,
Banyak di”susupi” oleh budaya “asing”,
Yang hadir pada masa lalu.
Jika mau bicara tentang budaya asli Nusantara,
Jujur agak sulit juga,
Karena semua berkembang sesuai dengan masanya masing2.
Masa Pra Sejarah,
Belum bisa dikaitkan dengan budaya,
Karena pada masa itu manusia yang ada,
Cenderung hanya berpikir tentang bagaimana cara untuk bisa bertahan hidup.
Berjuang untuk bisa mendapatkan makanan,
Juga bertahan dari serangan binatang yang (mungkin saja) mematikan.
Masuknya agama Budha dan Hindu ke bumi Nusantara,
Secara tidak langsung juga ikut mewarnai kehidupan masyarakat yang ada saat itu.
Kerajaan2 Budha dan Hindu,
Dengan peninggalan berupa candi di berbagai pelosok negeri,
Juga model arsitektur dan ciri khas bangunan,
Menandakan bagaimana masyarakat Nusantara terbuka dalam segala hal,
Dan bisa menerima adanya perbedaan.
Dan ini terus berkembang,
Hingga masa masuknya agama Islam dan Kristen ke Nusantara.
Budaya Nusantara pun terus berkembang,
Menyatu dengan ajaran agama,
Melahirkan hal-hal baru yang indah,
Namun tidak kehilangan ciri khas Nusantara nya.
Para Wali mempertahankan kesenian khas Nusantara,
Dengan memasukkan unsur2 agama di dalamnya.
Termasuk tembang-tembang Jawa yang sarat makna,
Dan terkandung pesan moral di dalamnya.
Mereka menciptakan semata2 agar ajaran agama tersebut dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat,
Sekaligus juga tetap memelihara kesenian yang ada waktu itu.
Sama halnya dengan gereja-gereja di Indonesia,
Yang beberapa merupakan bangunan bersejarah.
Dengan tetap menggunakan wujud bangunan khas Nusantara,
Gereja tersebut tidak kehilangan ke khusyu’ annya,
Namun tetap juga bercirikan Nusantara.
Semua bisa menjadi indah,
Tanpa harus kehilangan makna ke Tuhan an nya,
Maupun makna budaya nya.
——————————
Masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu dikenal sebagai masyarakat yang ramah,
Yang santun,
Yang terbuka dalam menerima adanya perubahan.
Entah mengapa,
Belakangan kemudian mulai muncul mereka yang merasa paling tau tentang seni dan budaya asli Nusantara
Yang akhirnya malah jadi “kebablasan” dalam mengartikan Budaya Nusantara itu sendiri.
Entah apakah ini hanyalah sebuah ephoria semata,
Sebagai bahan “tandingan” untuk menangkis faham radikal (sebuah “pembenaran” versi mereka).
Atau memang ada upaya menggantikan posisi seperti judul yang saya tulis di atas,
“Habis jualan agama, terbitlah jualan budaya”
Eeehhh 😃😃😃
Selain mengajak untuk kembali mengenakan sanggul, konde dan kebaya.
Beberapa di antaranya juga mempersoalkan penggunaan jilbab,
Yang (menurut mereka) bukan merupakan budaya asli Nusantara.
Karena (dikhawatirkan) akan merusak tatanan asli Nusantara.
Lucunya,
Bagaimana bisa menilai sesuatu hanya dari “bungkus” semata???
Bukankah yang paling penting,
Adalah jiwa dan semangat Pancasila,
Yang tetap ada di dalam diri setiap insan Nusantara??? 😉😉😉
Dan penggunakan jilbab itu adalah hak setiap wanita muslim,
Tidak bisa kita paksakan,
Karena menyangkut keyakinan mereka pada agama yang dianutnya
Jilbab sendiri sebenarnya adalah sebuah bentuk berkembangnya pakaian / kostum yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Sejak dahulu,
Pahlawan wanita kita pun sudah banyak yang mengenakan penutup kepala,
Hanya bentuknya masih berupa kain / kerudung,
Semacam yang digunakan oleh Tjut Nyak Dien, Malahayati, bahkan Ibunda Fatmawati.
Karena situasi jaman yang menuntut setiap orang harus lebih lincah dan gesit dalam beraktivitas,
Maka kerudung pun ber”metamorfosis” menjadi jilbab,
Yang dimaksudkan agar para perempuan yang mengenakannya dapat lebih bebas bergerak.
Selain gerakan tersebut,
Ternyata ada pula gerakan dukun bersatu di Banyuwangi,
Yang (konon kabarnya) sampai hendak menyelenggarakan Festival Santet 😜😜😜
Seperti kita tau,
Bahwa praktek perdukunan seringkali dikaitkan dengan hal2 mistik,
Yang “note bene” lebih banyak ke arah negatif nya ketimbang positif nya.
Banyak di antaranya yang berakhir dengan tipuan,
Pasien bayar sampai jutaan,
Dukunnya akhirnya kabur 😂😂😂
Dan kemudian sekarang malah mereka “melegalkan” diri,
Dengan mengusung alasan yang sama,
“Kembali kepada Budaya Nusantara”.
Opo tumon?? 😂😂😂😂
Seorang teman sempat “menjelaskan” kepada saya :
“Anggap biasa saja,
Itu kan hanya kebiasaan yang daripada tersebar gak ada yang ngurus,
Akhirnya dibentuklah sebuah wadah untuk mempersatukan mereka.
Tentang Festival Santet,
Anggap aja sabung ayam,
Yang masih jadi kebiasaan masyarakat di banyak tempat”.
“Tapi sabung ayam itu judi,
Ilegal!! …
Lha kalo Festival Santet digelar,
Artinya ke depannya bisa aja santet akan dianggap sebagai hal yang layak dilakukan oleh tiap orang”.
Teman saya tak lagi menjawab,
Dan saya semakin “gemes” … 😠😠😠
Apakah yang seperti ini yang bakalan terjadi setelah kelompok radikal tersingkir??
Berebut kesempatan untuk bisa “berkuasa”?? 😜😜😜
——————————
Indonesia dikenal karena keberagamannya,
Baik dalam hal seni dan budaya,
Tradisi dan adat istiadat,
Suku bangsa, agama,bahasa.
Tentunya dengan adat, budaya dan tradisi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Lalu jika kemudian semua ingin “disamakan”,
Lalu di mana letak Bhinneka Tunggal Ika,
Yang selama ini begitu dibanggakan??? …. 😉😉😉
Kerajaan2 yang tersebar di seluruh Nusantara pun,
Yang merupakan cikal bakal dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Itupun memiliki banyak perbedaan,
Namun pada hakekatnya memiliki satu tujuan,
Yaitu Kemerdekaan Indonesia.
Sebagai pewaris daripada jejak leluhur Nusantara,
Serta merupakan generasi penerus bangsa,
Kita dituntut untuk tetap mempertahankan Kesatuan dan Persatuan Bangsa.
Dan bukan malah mencoba mencerai beraikan,
Dengan memasang sekat atau kotak,
Antara satu dengan yang lain.
Juga dituntut untuk terus belajar dan membaca sejarah,
Serta senantiasa berpikir “waras”,
Agar tidak jadi korban “pembodohan” mereka2 yang ingin berkuasa di bumi Indonesia,
Dengan “menjual” isyu apa saja 😎😎😎
Berhentilah untuk membicarakan adanya Perbedaan.
Marilah bergandengan tangan demi Kebaikan bersama ..
Salam literasi,
Salam Indonesia Raya 🇲🇨🇲🇨
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5360290/dukun-di-banyuwangi-bersatu-deklarasikan-perdunu?utm_term=echoboxauto&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=oa&utm_content=detikcom&utm_source=Facebook#Echobox=1612360849
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5360444/dukun-banyuwangi-bakal-gelar-festival-santet-dan-kenalkan-destinasi-mistis?utm_term=echoboxauto&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=oa&utm_content=detikcom&utm_source=Facebook#Echobox=1612373392