Indovoices.com- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, memberikan apresiasi kepada pihak swasta yang telah mengambil peran dalam membantu pengembangan pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (daerah 3T). Hal tersebut diutarakan Mendikbud saat kunjungannya ke Desa Segeram, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
“Kepedulian terhadap pendidikan ini bukan hanya dari pemerintah saja, tetapi peran serta masyarakat sangat diperlukan,” ujar Mendikbud saat meresmikan SMP Negeri 3 Satu Atap, di desa tersebut.
Selain meresmikan SMP Negeri 3 Satu Atap, Mendikbud juga meresmikan perpustakaan yang dibangun oleh Yayasan Tunas Bakti Nusantara dan sekaligus membuka kegiatan Bakti Nusantara 2019 yang telah berlangsung di Kabupaten Natuna pada tanggal 15 hingga 25 September 2019.
Selain Yayasan Tunas Bakti Nusantara, pihak swasta yang juga turut membantu pengembangan pendidikan di Desa Segeram, adalah Medco E&P Natuna, Bosch Indonesia, dan Wardah yang tahun ini memberikan bantuan berupa hibah lahan, pembangunan sekolah, laboratorium, perpustakaan, laptop, dan buku, serta pelatihan para guru.
“Pembangunan infrastruktur sekolah, perpustakaan, dan sumber daya manusia tidak dapat dilakukan secara cepat tanpa keterlibatan semua pihak,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy.
Pendidikan di daerah 3T di Indonesia, menurut Muhadjir, dengan wilayahnya yang terpencil, populasi siswa sangat sedikit, jika para siswa harus belajar di luar daerah dan sangat jauh, hal itu menjadi tidak efisien, sehingga diperlukan solusi untuk menanganinya melalui sekolah Satu Atap.
“Salah satu solusinya yaitu Sekolah Satu Atap atau juga sekolah berasrama bagi siswa yang jauh dari sekolah untuk memberikan layanan pendidikan di daerah 3T,” terang Mendikbud.
Mendikbud Muhadjir Effendy menambahkan bahwa Sekolah Satu Atap masih diperuntukkan untuk memberikan layanan pendidikan pada jenjang SD dan SMP, sedangkan untuk jenjang SMA solusinya adalah Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket C. “Kita anggap anak yang sudah tamat SMP itu sudah bisa belajar mandiri. Pada aspek pembentukan karakter dipandang sudah cukup sehingga hanya ditekankan pada aspek keterampilan dan pengetahuan,” tuturnya.
“Tapi juga tidak menutup kemungkinan jika Sekolah Satu Atap bisa untuk jenjang SMA, tetapi selama ini masih untuk tingkatan SD dan SMP,” imbuh Muhadjir.
Pada kesempatan yang sama, Mendikbud membagikan sembilan unit komputer tablet yang di dalamnya sudah terdapat Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan aplikasi Rumah Belajar. Komputer tablet tersebut diberikan kepada para guru guna membantu mereka dalam melakukan aktivitas belajar mengajar. “Saya berharap Kabupaten Natuna dapat menjadi contoh digitalisasi yang baik bagi daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia,” harap Mendikbud.
Pada kunjungan di kabupaten Natuna, Mendikbud didampingi Sekretaris Jenderal Didik Suhardi, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Supriano, dan Direktur Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Harris Iskandar. Kunjungan Mendikbud ke Desa Segeram merupakan rangkaian dari kunjungan kerja dalam rangka peluncuran program Digitalisasi Sekolah di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. (jpp)