.: Ketika Pancasila hanya sebatas lisan semata ::.
Saya membayangkan,
Akan banyak lagi sahabat yg langsung naik pitam,
Membaca judul tulisan saya ini.
Lantas dg berapi2 dan lantangnya,
Mereka akan menyatakan diri,
Sebagai “manusia Pancasila”.
Manusia Pancasila opo?
Preeettt!! …
Kalo kemanusiaan saja mereka sudah tidak memilikinya.
Sebatas menghafal apa yg tercantum di dalam 45 butir Pancasila?
Serahkan saja pada anak sekolah,
Tentu mereka akan lebih baik dalam tehnik menghafal 😉😉😉
Kenapa tiba2 saya menulis seperti itu,
Apakah karena saya merasa bahwa saya “lebih” Pancasila ketimbang mereka?
Atau saya lebih punya naluri kemanusiaan,
Ketimbang mereka?
Tentu saja tidak …
Saya akui,
Sebagian diri saya pun masih bersifat syetan,
Yg kadang juga “tega” berbuat jahat pada orang lain,
Terutama mereka yg doyan curang dan berkhianat.
Kesimpulan ini jujur saya tulis,
Setelah beberapa hari ini berita di banyak media,
Dipenuhi dg kabar duka dari Wuhan,
Ttg menyebarnya virus Corona yg mematikan.
Alih2 bersikap bersimpati,
Banyak di antara masyarakat yg mengkaitkannya dg azab.
Belum lagi hoax yg kemudian sengaja disebar,
Bahwa virus bisa meluas melalui hp merk Xiaomi,
Dan (anehnya) hoax ini dipercaya oleh sebagian masyarakat.
Lalu ketika ada kabar bahwa ada lebih dari 241 orang WNI yg terjebak di Wuhan,
Tega2nya pula ada yg menghujat mereka.
Padahal,
Mereka yg terjebak di sana,
Adalah para pekerja dan beberapa mahasiswa Indonesia.
Belum lagi ketika kemudian Pemerintah mengambil tindakan,
Utk memulangkan mereka,
Dan rencana utk menempatkan sementara di Natuna.
Langsung masyarakat Natuna protes,
Demo penolakan terhadap kedatangan mereka.
Padahal,
Mereka itu para pahlawan devisa negara.
Padahal,
Mereka itu saudara mereka sendiri,
Saudara senegara.
Padahal
Mereka pun dicekam ketakutan,
Dan ketika hendak pulang ke negaranya sendiri,
Justru ditolak oleh saudaranya?
Betapa sedihnya,
Betapa hancur hati mereka ..
Dan ketika pada akhirnya pesawat yg menjemput mereka,
Tiba di Batam.
Bisa dibayangkan,
Betapa mengharukan kedatangan mereka kembali ke negeri ini.
Belum lagi perjuangan para awak pesawat,
Yg menjemput mereka,
Dan membawa mereka kembali pulang.
Dg resiko “nyawa sebagai taruhannya”.
Mereka ikhlas bekerja demi sebuah kata sederhana,
KEMANUSIAAN ….
Tanpa memandang ras, suku bangsa, apalagi agama ….
———————————–
Entah mengapa,
Melihat video dan foto2 kedatangan mereka yg terpampang di beberapa media hari ini,
Perasaan saya campur aduk gak karuan.
Antara perasaan lega,
Haru,
Syukur ..
Namun juga miris.
Saya tak bisa membayangkan,
Andaikata Pemerintah tidak menjemput mereka ….
Andaikata mereka dibiarkan tetap di sana …
Andaikata semua daerah menolak kedatangan mereka ..
Alangkah sedihnya,
Alangkah sakit hatinya …😥😥😥
Dan,
Inikah kita?? ….
Yg setiap saat bicara tinggi ttg kemanusiaan,
Tentang membantu sesama,
Tentang tolong menolong,
Tentang kepedulian,
Bahkan tentang Pancasila?
Namun dalam kenyataannya,
Menerima saudara sendiri pun enggan ….
Sedikit meluangkan tempat bagi mereka saya tidak mau …
Padahal,
Bisa jadi satu di antara mereka itu,
Adalah saudara kita juga … 😞😞😞
Sebegitu egois kah kita? …
Atau memang kita perlahan sudah jauh berjalan meninggalkan Pancasila??? …
Menganggapnya hanya sekedar slogan semata?
Ataukah kita memang sudah menyerupai iblis yg bengis,
Yg tega menerkam siapapun,
Tanpa memandang saudara sekalipun???
Catatan dari perjuangan mempertahankan kehidupan.
Kepada sahabat WNI yg baru kembali dari Wuhan, selamat datang kembali di tanah air Indonesia.
Kepada para petugas yg telah menjalankan tugasnya,
Terima kasih atas jerih payah kalian.
Dan kepada Pemerintah,
Kepedulian kalian amat sangat berharga bagi banyak orang …
Tuhan memberkati … 😇😇😇
https://m.detik.com/news/berita/d-4881640/warga-natuna-demo-tolak-jadi-tempat-observasi-wni-dari-wuhan