Indovoices.com –Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, obat dexamethasone sudah dipakai dalam pengobatan pasien positif virus corona (Covid-19).
Namun, kata dia, obat itu baru dipakai oleh beberapa rekannya saja.
“Sejak keluar recovery trail yang dari Eropa tersebut, berapa sejawat itu sudah menggunakannya. Dalam praktik ya, pada pasien-pasien berat dan pasien-pasien yang membutuhkan oksigen,” kata Agus dalam konferensi persnya di Graha BNPB, Jakarta.
Agus mengaku tidak bisa memberi tahu secara rinci bagaimana hasil dari penggunaan dexamethasone pada pasien Covid-19.
Namun, dia mengatakan bahwa penggunaan obat tersebut bisa bekerja dengan baik jika diberikan secara cepat pada pasien Covid-19 dengan gejala yang berat.
“Tapi kalau sudah late, sudah terlambat (penggunaan dexamethasone pada pasien Covid-19 dengan gejala berat) terlihat tidak begitu bagus,” ujarnya.
“Tapi ini kan kesimpulan satu-dua ya orang yang perlu kita lihat nanti bagaimana penggunaannya pada pasien-pasien (lain),” kata Agus.
Agus yang juga anggota tim pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menegaskan, penggunaan dexamethasone hanya untuk pasien Covid-19 dengan gejala yang berat hingga menggunakan alat bantu nafas atau ventilator.
Ia pun tidak menyarankan obat tersebut dikonsumsi oleh pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang.
“Untuk pasien yang positif kemudian ada keluhan tetapi ringan atau sedang, tanpa pemberian oksigen ternyata tidak memberikan dampak yang baik,” ucap Agus.
Sebelumnya diberitakan, Tim peneliti dari Oxford University baru-baru ini menyampaikan bahwa obat dexamethasone atau deksametason efektif untuk menangani pasien Covid-19 dengan kondisi kritis di Inggris.
Banyak pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 pun dinyatakan sembuh tanpa harus dilarikan ke rumah sakit.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun menyambut baik keberadaan obat ini yang terbukti dalam sejumlah kasus mampu mengobati pasien Covid-19 dalam keadaan yang parah.
Akibat informasi tersebut, masyarakat pun banyak yang mencari keberadaan obat ini dan membelinya secara bebas di pasaran, termasuk masyarakat di Indonesia.(msn)