Pagi ini, Minggu (13/5/2018), ledakan terjadi di tiga gereja di Surabaya: Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngegel, GKI di Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna.
Menurut informasi media, ledakan ini mengakibatkan sepuluh orang meninggal dan 41 orang luka-luka. Sebagian besar adalah jemaat gereja yang tengah beribadah.
Atas peristiwa ini, Wahid Foundation menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Mengucapkan duka cita mendalam dan rasa empati terhadap korban meninggal dan luka-luka termasuk keluarga korban. Semoga korban luka parah segera diberi kesembuhan dan keluarga korban meninggal diberi kekuatan dan ketabahan.
2. Mengutuk sekeras-kerasnya tindakan teror yang terjadi di tiga rumah Tuhan tersebut. Terorisme adalah kejahatan serius yang bertentangan dengan ajaran-ajaran agama/keyakinan apapun. Para pelaku “membajak dan mendistorsi” ajaran agama demi kepentingan dan nafsu mereka sendiri.
3. Mendukung upaya-upaya pemerintah, termasuk aparat kepolisian, mengusut tuntas jaringan pelaku teror di Indonesia dan melaksanakan langkah-langkah pencegahan sesuai peraturan perundang-perundangan yang berlaku. Kerjasama antara Kementerian/Lembaga terkait isu intoleransi, radikalisme, dan terorisme mutlak diperlukan dan diefektifkan.
4. Hasil riset Wahid Foundation mendapati bahwa radikalisme berkaitan dengan intoleransi dan bisa berujung pada salah satu bentuk radikalisme yang ekstrem yaitu terorisme yang kini masih jadi ancaman bagi bangsa. Karenanya, peran masyarakat dalam mencegah aksi terorisme menjadi sangat diperlukan. Upaya mengatasi terorisme tidak dapat dilakukan pemerintah saja, tapi juga seluruh elemen bangsa ini. Untuk itu Wahid Foundation mendorong peningkatan dukungan dan partisipasi masyarakat sipil (ormas keagamaan, NGO, komunitas lokal, komunitas lainnya) dan sektor swasta dalam merespons radikalisme dan terorisme, khususnya pada upaya-upaya pencegahan untuk mengurangi faktor-faktor yang mendorong radikalisme dan terorisme.
5. Pemerintah dan masyarakat harus serius dalam upaya mengurangi peredaran materi-materi berisi kebencian. Hasil Survey Wahid mendapati bahwa materi berisi kebencian berkorelasi langsung dengan radikalisme. Kami mendesak pengelola stasiun televisi, ormas-ormas keagamaan, dan para pengelola rumah ibadah dan pengajian untuk tidak memberi tempat bagi para penceramah yang mudah dan sering menyampaikan materi-materi berisi kebencian. Kami juga menyampaikan desakan agar penyedia layanan platform konten online mendedikasikan upaya untuk mengatasi peredaran konten-konten sosmed yang berisi ujaran kebencian. Pada masyarakat luas, kami menghimbau untuk tidak memberi tempat dan lingkungan yang nyaman bagi ideologi terorisme dengan membuat pernyataan dan sikap-sikap yang justru mendukung mereka seperti ujaran kebencian dan aksi-aksi intoleransi.
6. Kami mendesak partai politik dan para politisi untuk tidak menjadikan sentimen agama/keyakinan sebagai alat politik yang dampaknya berbahaya bagi kehidupan dan persatuan bangsa Indonesia.
7. Mengajak kelompok moderat untuk terus menyuarakan perlawanan terhadap terorisme. Sudah saatnya ‘silent majority’, mayoritas masyarakat moderat yang selama ini diam, menjadi ‘noisy majority’ atau masyarakat yang bersuara keras melawan segala macam propaganda dan bentuk terorisme.
Rumah Pergerakan Gus Dur
Jakarta, 13 Mei 2018
Yenny Zannuba Wahid
Direktur Wahid Foundation
———————
Telp : 021-3145671, Olis (087832517514)
info@wahidinstitute.org