Kerja keras pihak kepolisian untuk memburu dalang yang berada di belakang hoax beredarnya kertas suara yang sudah dicoblos sebanyak 7 kontainer, akhirnya membuahkan hasil. Hoax ini merupakan serangkaian hoax yang dipergunakan oleh pihak oposisi untuk menyerang petahana. Bayangkan saja, pergantian tahun baru berlalu. Seakan tidak ingin kehilangan kesempatan, pihak oposisi sudah menyerang pemerintah dengan berbagai Hoax keji.
Tanggal 1 Januari 2019, tanpa data yang jelas, hanya bermodal cuap-cuap, Prabowo menuding RSCM menggunakan satu selang darah untuk 40 kali pemakaian. Hal ini kemudian dibantah oleh pihak RSCM. Tidak tanggung-tanggung, Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti didampingi jajarannya langsung menghadapi media dan bereaksi menolak tudingan Prabowo Subianto.
Lalu, keesokan harinya tanggal 2 Januari 2019, Sandiaga Uno yang merupakan Cawapres dari pihak oposisi, ingin memojokkan pemerintah dengan menyebutkan dirinya membangun Tol Cipali tanpa hutang sama sekali. Kenyataannya menunjukkan pembangunan tol tersebut faktanya 70 persen menggunakan pinjaman sindikasi sejumlah perbankan. Bahkan, di dalam pembiayaan itu juga terdapat pinjaman dari sejumlah bank asing. Bank asing tersebut di antaranya ialah Standard Chartered dari Inggris, SMBC dari Jepang, OCBC dari Singapura, ICBC dari Tiongkok, dan Deutsche Bank dari Jerman.
Tidak cukup sampai di situ, berselang sehari kemudian, 3 Januari 2019, muncul lagi hoax baru mengenai kertas suara yang sudah dicoblos sebanyak 7 kontainer. Hoax tersebut aslinya pertama kali diketahui sudah muncul tanggal 2 Januari 2019 siang. Sempat beredar luas berikut rekaman percakapannya di berbagai lini sosmed seperti YouTube, Twitter, Facebook, Instagram, hingga WhatsApp.
Berdasarkan hasil penelusuran pihak kepolisian ternyata diketahui bila penyebar berita bohong itu merupakan akun anonim yang tidak jelas identitasnya dan tiba-tiba hilang setelah menyebarkan informasi.
Disebut berita bohong karena kertas suara yang asli pun belum diketahui menggunakan foto yang mana, namun tiba-tiba disebut sudah ada yang dicoblos. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung, 70 juta suara karena disebut satu kontainer isinya 10 juta suara.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim) Arief Sulistyanto ketika itu menegaskan kepolisian akan bekerja secepatnya menuntaskan penyebaran hoaks tujuh kontainer surat suara yang disebut tercoblos.
“Kami akan tuntaskan secepatnya, makin cepat makin baik,” kata Arief sesuai menerima laporan dari KPU di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis 3 Januari 2019.
Sementara Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal menuturkan, pelaku penyebar hoaks itu akan terancan hukuman 10 tahun.
“Ini adalah penyebaran berita bohong yang diatur dalam Undang-Undang (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) ancaman hukumannya 10 tahun, Pasal 14 Ayat (1) dan (2) dan Pasal 15,” ujar Iqbal di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat 4 Januari 2019.
Dan sepertinya janji itu dipenuhi oleh pihak kepolisian. Berselang satu hari kemudian, tanggal 4 Januari 2019, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri pun berhasil mengamankan 2 orang terkait penyebaran hoax 7 kontainer surat suara tercoblos. Kedua orang yang berinisial HY dan LS, masing-masing diamankan di Bogor, Jawa Barat, dan Balikpapan, Kalimantan Timur.
Tidak berhenti sampai di situ, pihak kepolisian melanjutkan upayanya untuk menangkap orang yang berperan sebagai creator dan buzzer.
“Tersangkanya dibagi tiga. Creator itu yang membuat, buzzer itu menyebar, forwarder sebagai yang meneruskan. Langkah selanjutnya, agar ditemukan dan ditangkap creator dan buzzer nya,” jelas Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada detikcom, Sabtu 5 Januari 2019.
Dan Pingo, Tim Bareskrim Polri menangkap satu orang lagi yang diduga membuat hoax 7 kontainer surat suara tercoblos. Pelaku dengan nama Bagus Bawana Putra ini diamankan di Bekasi, Jawa Barat tanggal 8 Januari 2019 kemarin.
Kuat dugaan, Bagus Bawana Putra ini adalah pembuat voice chat soal 7 kontainer hingga akhirnya menyebar. Bagus Bawana Putra sendiri adalah Ketua Dewan Koalisi Relawan Nasional (Kornas) Prabowo.
Adapun modus yang digunakan Bagus adalah Setelah membuat rekaman suara, Bagus menyebar rekaman tersebut ke WhatsApp Group (WAG) dan sejumlah platform media sosial. Setelah viral, dia lalu membuang HP dan kabur.
“Setelah viral tersangka menutup akun, membuang HP, membuang kartu (SIM-red) dan melarikan diri,” ujar Dirsiber Bareskrim Polri Brigjen Pol Albertus Rachmad Wibowo dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Rabu 9 Januari 2019.
Dari penelusuran, saya berhasil mendapatkan berita dari sebuah media yang memberitakan deklarasi Koalisi Relawan Nasional Prabowo Presiden (Kornas). Dimana Bagus Bawana Putra duduk sebagai ketua dewannya.
“Hari ini, hari yang penuh berkah untuk mendeklarasikan kebulatan kami mengantar kemenangan Bapak Prabowo sebagai Presiden RI 2019 dengan kompak, dengan bersatu, karena membawa suara hati nurani rakyat dari seluruh pelosok,” kata Bagus Bawana Putra usai deklarasi di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa 22 Mei 2018 yang lalu.
Kemudian juga ada berita tanggal 9 September 2018 yang menuliskan tentang deklarasi dukungan Prabowo-Sandi oleh Koalisi Relawan Nasional (Kornas) Prabowo dan mantan Kapolda Metro Jaya Komjen (Purn) Nugroho Djajusman.
Deklarasi dilaksanakan di kediaman mantan Kapolda Metro Jaya Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajusman, selaku pembina Kornas Prabowo di Jalan Bangka IX B, Jakarta Selatan, Minggu 9 September 2018. Deklarasi itu banyak dihadiri oleh orang-orang penting dari pihak oposisi, diantaranya Amien Rais, Ratna Sarumpaet, Eggy Sudjana hingga Idrus Sambo.
Jadi agak aneh juga menurut saya kalau BPN Prabowo sampai mengaku tidak kenal dengan Bagus.
Lantas apakah pengungkapan ini adalah akhir dari Hoax 7 Container Surat Suara Yang Tercoblos? Belum, polisi pun kini melanjutkan perburuannya untuk mengungkap siapa aktor intelektual hoax 7 kontainer surat suara tercoblos.
Harusnya bukan perkara yang sulit untuk menangkap aktor intelektualnya, karena si kreator pembuat hoax tersebut sudah ada di tangan polisi. Dari keterangan Bagus, tentu akan didapat siapa yang menginstruksikan dirinya untuk membuat Hoax tersebut.
Saya tidak akan terkejut bila terungkap aktor intelektualnya ternyata dari kelompok yang suka ngomong besar tanpa data, suka menakut-nakuti dan menebarkan pesimisme, karena biasanya memang orang yang prestasinya kurang, suka menggunakan cara curang, apalagi dirinya punya banyak uang walau tidak pernah menang. Bukankah begitu kawan?