Berita panas muncul lagi terkait dengan Setya Novanto. Saya mendapatkan kiriman dari group khusus WA saya beberapa menit lalu. Dari situ muncul informasi yang membuat saya cukup kaget. Saya merenung dan sekaligus terperanjat.
Ternyata oh ternyata ada skenario yang dirancang agar Setya Novanto a.k.a Setnov bisa terbang ke Singapura. Rancangannya sebenarnya sudah cukup lama. Ini terkait dengan strategi dan kiat dari pengacara yang hebat Setnov, Fredrich Yunadi.
Banyak orang hanya melihat Setya Novanto berpura-pura sakit. Dia menabrakkan dirinya dengan mobil Fortuner bekas yang baru dia beli ke tiang listrik yang tegak berdiri. Mobil Toyota itu pun malu sekali karena gagal menyelamatkan Setya Novanto dari derita sakit berpura-pura itu.
Berdasarkan informasi yang saya terima, sebenarnya di balik kisah itu, Setnov kini sedang memainkan jurus paling hebat dalam sejarah. Ia meniru para koruptor lain sebelumnya. Sakit. Pertama tentu pengatur Orba yakni Pak Soeharto. Pak Harto ini memberikan contoh menghinadari pengadilan dengan alasan sakit. Hasilnya, penguasa Orde Baru itu selamat dari kasus korupsi dan damai menjalani hidup sampai maut menjemputnya.
Sekarang, dengan melihat keberhasilan bersandiwara di RS Premiser Jatinegara yang menjadi alat menipu publik, skenario kabur disusub. Begitu tanggal 10 November 2017 KPK mengumumkan penetapannya sebagai tersangk, langkah strategis kabur ke Singapura disusun.
Saya dan juga masyarakat dikecoh oleh para pengurus Golkar yang menyambangi kediaman Setya Novanto sambil nongkrong di dalam rumah Setnov seperti Mahyudin. Juga ada Idrus Marham dan Robert Kardinal. Semua bersatu-padu. Padahal persiapannya sudah lama.
Benar juga informasi itu. Mereka merencanakan kabur dengan dimulai ketika pengacara mengajukan gugatan ke pengadilan terkait penetapan cagah tangkal oleh Imigrasi. Imigrasi hendak disalahkan. Dengan Imigrasi disalahkan maka dia akan mudah kabur keluar negeri.
Selanjutnya info penting itu juga menyebutkan bahwa KPK memang mengalami kebocoran penangkapan. Berita bocor itu membuat skenario berubah. Pada mulanya skenario yang dibuat adalah meloloskan diri keluar negeri dengan pesawat charter dalam kondisi koma atau sakit. Akan tetapi langkah ini gagal karena perlawanan dari pihak lain juga berlangsung. Hasilnya, Setnov gagal dibawa keluar negeri.
Maka skenario berikutnya semakin tampak. Setnov dikondisikan di bawah pengawasan KPK. Ini dianggap sebagai langkah aman. Namun sesungguhnya di sinilah permainan hebat tengah berlangsung. Ada upaya kebura-puraan untuk mengelabuhi publik pula. RSCM bisa menjadi alat untuk memberikan rekomendasi keluar negeri. Caranya mudah yakni hanya dengan menyatakan perlu alat lebih modern, karena keterbatasan alat di RSCM.
Saya menyampaikan ke KPK harus mewaspadai sinyalemen analisis informasi ini. Masyarakat bukan juga hanya terdiri dari sekumpulan orang bodoh yang akan disuguhi permainan di KPK, Golkar, juga para partai politik serta koruptor.
Terlebih lagi saya juga paham Setya Novanto akan tergolek di tempat tidur dengan penuh kepura-puraan selama 40 hari. Yakni, masa tahanan 20 hari pertama dan sekali lagi diperpanjang. Sambil dia mengajukan praperadilan dan akan menang lagi dengan hakim Cepi Iskandar atau temannya. Akankah Setnov lolos dan kabur ke Singapura dengan memanfaatkan kisruh KPK, Golkar, KTP-E atau E-KTP? Ikuti telusuran saya selanjutnya!