Indovoices.com-Bagian Teknologi Informasi pada Biro Humas Data dan Informasi mendapat tantangan dari Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan agar dapat membuat rumah yang bisa mewadahi kreativitas penyebaran informasi program dan kegiatan Kementerian Agama.
“Tugas TIK untuk membuat rumah yang tidak kosong, agar bisa mewadahi kreativitas dengan sistematika yang sudah dibangun pusat dan daerah, sehingga bisa memetakan persoalan yang ada,” kata M Nur Kholis Setiawan saat menjadi pembicara pada Evaluasi Kinerja Bagian Teknologi Sistem Informasi Tahun Anggaran 2019 Biro Humas Data dan Informasi Kemenag, di Tegal, Jawa Tengah.
M Nur Kholis Setiawan yang didampingi Plt Karo HDI Kemenag Ali Rokhmat, mengatakan, era disrupsi sekarang banyak meluluhlantakkan kenyamanan dan kemapaman. Saat ini terjadi perubahan dalam pola informasi yang berdampak pada pergeseran paradigma berfikir, strategi konten, dan strategi jangkauan.
M Nur Kholis Setiawan mengingatkan Biro HDI untuk tidak reaktif, gumuh dan kaget dalam menyikapi era disrupsi. Sebab, hal itu akan menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak objektif, bahkan tidak profesional. “Kita harus proaktif, karena mampu melihat tanda perubahan zaman,” kata M Nur Kholis.
Sepuluh atau dua puluh tahun lalu, lanjut Sekjen, saluran informasi didominasi media cetak atau koran. Meski sudah ada stasiun televisi, namun belum fokus pada berita. Info peradaban saat itu masih didominasi koran. “Sekarang sebaliknya, sekarang awak media yang mengejar narasumber,” tambah Sekjen.
Sekjen menilai, TIK dan Humas sangat memerlukan strategi inovasi baru dalam merespons disrupsi. Salah satunya, kanalisasi informasi melalui penyederhaan saluran. Website unit eselon I ke depan sudah harus fokus pada penguatan layanan.
“Karena kanal informasi yang ada di pusat sudah cukup, seperti kemenag.go.id,” kata Sekjen Kemenag.
Dikatakan guru Besar UIN Sunan Kalijaga ini, sebagai kementerian vertikal, Kemenag sudah mempunyai mata rantai jaringan luas, menjangkau sampai ke masyarakat. Oleh karenanya, sebaran informasi harus memperhatikan alat dan Sumber Daya Manusia yang harus update menyikapi perkembangan zaman.
“Kita mempunyai jaringan pusat sampai daerah. Ini kita rawat dengan baik, dan jadikan kanal utama untuk mendesiminasi informasi. Di sinilah diperlukan analisis tajam membaca masa depan (proyeksi),” kata Sekjen Kemenag.
Alumni Bonn University Jerman ini berpandangan bahwa pada institusi/lembaga besar pasti punya teknologi khusus untuk keterjangkauan informasi yang ditargetkan. Itu penting, termasuk dalam merespons menyebarnya hoaks.
“Contohnya, ketika isu celana cingkrang dan cadar, Kemenag tidak pernah melarang, tapi ASN itu punya aturan sendiri. Gorengan itu luar biasa,” tegas Nur Kholis Setiawan.
Oleh karenanya, TIK dan Humas harus dapat menghadirkan rebusan. Sebab masyarakat juga banyak yang butuh rebusan, namun rebusan yang dimasak dengan baik. “Ini bagian Humas untuk memperbaiki strategi konten dengan TIK yang mapan juga,” kata Sekjen Kemenag.(jpp)