Indovoices.com –Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Sri Mulyani menyadari pembiayaan saat ini menjadi instrumen penting di tengah pandemi, termasuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk.
Dia pun bangga saat ini sukuk Indonesia sudah dikenal di kalangan investor domestik maupun global. Bahkan menurutnya, sukuk atau surat utang syariah Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
“Sukuk ini menjdi instrumen yang penting untuk pembiayaan pemerintah. Sukuk kita ini salah satu yang terbesar secara global,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam webinar IAEI.
Setelah sukuk, pemerintah pun menerbitkan sukuk ritel dan sukuk tabungan. Kedua instrumen ini juga laris manis diminati investor.
Menurut Sri Mulyani, sukuk menjadi instrumen negara yang paling aman dan berbasis syariah. Hal ini perlu untuk terus dikembangkan ke depannya.
“Kita pindah ke ritel sukuk. Orang Indonesia sudah familiar dengan knstrumen ini, aman dan ini berbasis syariah. Kita harapkan ini bisa terus berkembang ke depan,” jelasnya.
Pemerintah sendiri tahun ini memerlukan pembiayaan Rp 903,46 triliun untuk menutup defisit APBN 2020 sebesar Rp 1.039,2 triliun atau 6,34 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dari pembiayaan itu, salah satunya dipenuhi melalui lelang sukuk negara.
Pada Selasa (18/8), pemerintah berhasil meraih Rp 9,5 triliun dari lelang lima seri sukuk. Total penawaran yang masuk mencapai Rp 49,37 triliun. Adapun raihan tersebut di atas target indikatif Rp 8 triliun.
Sebelumnya juga pada Selasa (4/8), pemerintah menyerap dana Rp 11 triliun dari lelang lima seri sukuk, dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 39,76 triliun.
Pada Februari 2019, Indonesia bahkan mendapatkan penghargaan internasional Islamic Issue of the Year dan SRI Capital Market Issue of the Year dari International Financing Review Asia di Hong Kong.
Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan Pemerintah menerbitkan Sukuk Negara di pasar internasional senilai USD 3 miliar. Sekaligus keberhasilan termasuk menerbitkan Sukuk Negara di pasar internasional untuk membiayai proyek-proyek ramah lingkungan (Global Green Sukuk) senilai USD 1,25 miliar pada 1 Maret 2018.(msn)