Indovoices.com-Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi bertemu dengan Presiden Senegal Macky Sall, di Dakar, Senegal. Menlu Retno dan Presiden Senegal Macky Sall pada kesempatan tersebut membahas sejumlah isu peningkatan kerja sama bilateral di bidang infrastruktur, industri strategis, pertambangan, dan ekonomi.
Presiden Sall menyampaikan penghargaannya kepada Indonesia yang telah melakukan kerja sama ekonomi dengan negaranya, yaitu rencana pembangunan gedung multifungsi Menara Goree (Tour de Goree) dan penjualan pesawat CN-235. Presiden Sall sepakat dengan Menlu Retno untuk terus meningkatkan kerja sama dalam berbagai proyek di masa depan.
Sementara itu, Menlu Retno juga meminta kepada Presiden Sall untuk memberikan kemudahan pemberian visa, termasuk kepada kalangan swasta yang meningkat kunjungannya ke Senegal, seiring meningkatnya kerja sama ekonomi kedua Negara.
Setelah pertemuan, Menlu Retno bersama Menteri PSE/Bappenas Senegal menyaksikan penandatanganan Kontrak Tahap satu proyek Tour de Goree dimaksud yang disepakati pada Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue pada bulan Agustus 2019 lalu.
Penandatangan yang dilakukan antara PT WIKA dengan pihak Senegal itu menjadi kick-off dimulainya pelaksanaan proyek senilai 250 juta Euro tersebut. Tour de Goree merupakan awal dari sejumlah kerja sama proyek infrastruktur antara Indonesia dan Senegal.
Di sela-sela pertemuan di Senegal, sejumlah BUMN dari PT WIKA, PT Dirgantara Indonesia, PT Timah, dan Indonesia Eximbank yang turut mendampingi kunjungan Menlu Retno ke Dakar juga melakukan serangkaian pertemuan dalam bidang infrastruktur, pertambangan, dan industri strategis yang pembahasannya akan berlanjut hingga 3 Desember 2019.
Peluang kerja sama yang telah ditawarkan oleh pihak Senegal antara lain pembangunan jembatan, renovasi bandara militer, peluang pembelian berikut pesawat CN-235, serta pembahasan kerja sama pertambangan seperti fosfat.
“Pembahasan lebih rinci akan terus dilakukan, khususnya skema keuangan untuk pembiayaan proyek-proyek dimaksud,” ujar Menlu Retno.
Pada kunjungan ini, Menlu Retno juga telah berbicara pada konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Senegal bekerja sama dengan IMF mengenai pembangunan berkelanjutan.
Menlu Retno merupakan satu-satunya Menlu yang diundang sebagai salah satu panelis untuk berbagi kisah sukses kerja sama pembangunan dan investasi Indonesia dengan berbagai negara di Afrika serta kebijakan ekonomi Presiden Joko Widodo yang dinilai berbagai pihak di Afrika dapat menjadi lessons learned sangat baik.
Di sela-sela konferensi, Menlu Retno juga telah berbicara dengan Presiden Burkina Faso Roch Marc Christian Kaboré yang mengundang Indonesia melakukan kerja sama dalam sejumlah proyek infrastruktur prioritas negaranya.
Selain itu, Menlu Retno sempat pula berbicara dengan PM Mali Boubou Cisse yang membahas mengenai pentingnya penciptaan perdamaian dan keamanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menlu Retno juga mengadakan pertemuan dengan Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed guna membahas isu sustainable development goals, women empowerment, dan perubahan iklim.
Pada kesempatan tersebut, disepakati pentingnya pembahasan lintas sektor dan kolaborasi dalam menghadapi isu sumber energi terbarukan, peningkatan partisipasi generasi millennials dan perempuan di berbagai platform, serta mendorong percepatan upaya dan kebijakan untuk mencapai tujuan SDGs 2030.
Kunjungan kali ini merupakan kunjungan pertama Menlu Retno ke Afrika di masa kabinet Indonesia Maju. Pada periode pemerintahan Presiden Joko Widodo sebelumnya, Menlu Retno telah melakukan kunjungan ke beberapa negara Afrika, seperti Afrika Selatan, Pantai Gading, Mozambik, dan Nigeria.
Rangkaian kunjungan ini merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan peran ekonomi Indonesia di tingkat global seperti di Afrika.
Atas dasar visi dan misi Presiden tersebut, diplomasi ekonomi menjadi prioritas utama politik luar negeri Indonesia pada masa kabinet Indonesia Maju 2019-2024 dengan menembus pasar non-tradisional.
Ikatan sejarah yang kuat antara Indonesia dengan Afrika sejak Konferensi Asia Afrika 1955 terus meningkat dan bertransformasi menjadi kerja sama ekonomi konkret yang saling menguntungkan.
Pada tahun 2018 sendiri telah diselenggarakan Indonesia-Africa Forum yang dilanjutkan dengan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue pada tahun 2019. Dalam kedua kegiatan tersebut telah dilakukan pembahasan kerja sama perdagangan barang dan jasa guna memperkuat ekspor dan memperluas market access melalui pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) serta di bidang investasi, termasuk pembangunan infrastruktur dan ekspor produk industri strategis, pertambangan, dan energi, serta memperkuat infrastruktur diplomasi Indonesia di Afrika. (jpp)