Indovoices.com –Penularan Covid-19 Klaster Padukuhan Ngaglik RT 1 dan RT 2 Desa Caturharjo, Kapanewon Sleman, Kabupaten Sleman jadi atensi pemerintah.
Namun tidak semua wilayah itu menjadi Klaster Padukuhan Ngaglik. Warga yang terkena Covid-19 itu ada di RT 1 dan RT 2
Informasi yang dihimpun Tribunjogja.com dari Dukuh Ngaglik, Agung Wahyu Riyanto, ditemukannya warga positif Covid-19 itu lantaran adanya pelacakan kontak erat.
Awalnya ada satu warga RT 01 yang sakit. Dia kemudian dirawat di Rumah Sakit Puri Husada pertengahan pekan bulan ini. Saat menjalani masa perawatan itu, warga RT 01 belum terkonfirmasi positif Covid-19.
Beberapa hari kemudian, dia baru dinyatakan telah terjangkit virus corona. Kemudian, satu lagi warga yang menyusul karena sakit. Dia berasal dari RT 02.
Warga itu dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman untuk diperiksa dan selanjutnya dia dirujuk ke RSUD Merah Putih di Kabupaten Magelang.
Namun, warga RT 02 tersebut meninggal karena positif Covid-19. Adanya dua kasus tersebut membuat warga di Padukuhan Ngaglik harus menjalani tes swab PCR, Sabtu (22/5/2021).
Agung menekankan bahwa dua kasus itu tidak berkaitan satu sama lain. Penelusuran kontak erat pun dilakukan oleh Satgas Covid-19 wilayah tersebut bersama petugas Puskesmas Sleman .
Satgas menyasar orang terdekat dua pasien itu. Dari hasil tracing kasus di RT 01 atau pasien di RS Puri Husada diperoleh 3 orang terpapar corona lewat tes PCR. Mereka adalah anggota keluarga serta tetangga pasien.
Sementara, tracing di RT 02 atau dari pasien yang dirawat di RS Merah Putih Kabupaten Magelang didapati 5 orang pemilik riwayat kontak erat positif COVID-19.
Selain itu ada 6 orang lain yang diketahui terpapar corona berdasarkan hasil tes PCR mandiri. Meski begitu, 6 orang lain yang terpapar corona ini tidak ada hubungan dengan pasien RT 02 yang meninggal di RS Merah Putih Kabupaten Magelang.
Menurutnya, enam warga itu ikut tes PCR lantaran merasa badannya demam. Dari data awal yang didapat, ada sekitar 14 kasus ditambah 2 kasus awal warga RT 01 dan RT 02.
Untuk memetakan penyebaran, pihaknya pun segera melakukan tes swab PCR untuk 216 warga RT 01 dan RT 02 saja di hari Sabtu (22/5/2021).
“Betul, sekitar 216 orang warga RT 01 dan RT 02 diminta untuk menjalani tes PCR. Kami langsung tes PCR,” ungkapnya kepada Tribun Jogja, Selasa (25/5/2021).
Dijelaskannya, dari 216 warga itu, ditemukan sekitar 32 orang orang yang positif virus corona. “Sabtu kami PCR, ada 32 orang yang terkena corona. Kemudian Selasa pagi ini ada 25 orang dibawa ke asrama haji. Mereka semua tidak menolak dibawa,” tambahnya.
Data Tribun Jogja, setidaknya ada 6 ambulans yang membawa 25 orang menuju Fasilitas Kesehatan Darurat COVID-19 (FKDC) Asrama Haji.
Sementara, 3 orang lainnya dirujuk ke RS, 2 perempuan menyusui dan sisanya isolasi mandiri.
“Yang isoman itu karena mereka juga menunggu orang tua yang sudah sepuh, kebetulan terpapar Covid-19. Jadi, orang-orang yang terjangkit sebenarnya sudah tidak di sini. Semua di asrama haji,” tandasnya.
Dia berharap, semua warga yang terjangkit Covid-19 bisa kembali sehat dan beraktivitas.“Kami juga sudah menerapkan jam malam. Jam 20.00 sudah tidak ada yang keluar,” tandasnya.
Adanya klaster kampung yang muncul di Padukuhan Ngaglik, Desa Caturharjo, Kapanewon Sleman, Kabupaten Sleman berdampak kepada warga sekitar.
Dukuh Ngaglik, Agung Wahyu Riyanto menceritakan, banyak warga yang mengeluh lantaran kasus Covid-19 di kampungnya terekspos.
“Saya meluruskan dulu. Di Padukuhan Ngaglik, di RW ini ada 4 RT, yakni RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 4. Warga yang terkena Covid-19 itu ada di RT 1 dan RT 2,” jelas Agung kepada Tribun Jogja, Selasa (25/5/2021).
Banyaknya pemberitaan terkait warga Padukuhan Ngaglik yang terkena Covid-19 membuat sejumlah warga yang tidak terjangkit tidak bisa bekerja. Hal ini karena tempat kerja mereka meminta cukup banyak syarat yang menyatakan bahwa mereka sehat dan bebas virus corona.
“Tadi, sudah ada warga yang mengeluh tidak boleh masuk kerja. Kantornya tahu dia tinggal di daerah klaster Covid-19. Kalau tidak kerja, bagaimana dia bisa mendapatkan uang,” tanyanya.
Maka dari itu, dia memastikan bahwa warga yang saat ini terjangkit virus corona hanya di RT 1 dan RT 2.
“Untuk RT 3 dan RT 4, itu mereka masuk di zona hijau. RT 1 itu memang zona merah, sementara RT 2 adalah zona oranye. Namun warga RT yang di zona hijau juga terkena imbas jadinya,” tambahnya.
Agung juga memastikan, warga yang terkena Covid-19 juga sudah berada di asrama haji, dibawa oleh 6 ambulans. “Di sini sudah tidak ada yang terjangkit corona. Semua sudah dikarantina,” tandasnya.
Sebelumnya, Puluhan warga padukuhan Ngaglik, Kalurahan Caturharjo, Sleman dijemput menggunakan ambulans menuju fasilitas kesehatan darurat Covid-19 (FKDC) atau selter Asrama Haji, Selasa (25/5/2021).
Mereka dijemput, setelah dinyatakan positif terpapar virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman, Makwan mengatakan, rombongan ambulans yang digunakan untuk menjemput warga Padukuhan Ngaglik itu, berjumlah 6 armada.
Adapun total warga yang dijemput berjumlah 25 orang.
“Ada 25 orang [yang dijemput] tadi,” katanya, saat dikonfirmasi Selasa (25/5/2021) sore.
Menurut Makwan, sebenarnya ada 28 warga padukuhan Ngaglik yang dinyatakan positif dari hasil pemeriksaan kesehatan massal yang dilakukan pada Sabtu (22/5/2021) lalu.
Sebanyak 25 di antara dirujuk menggunakan ambulans ke Asrama Haji.
Sedangkan 3 lainnya masih menunggu rujukan ke Rumah Sakit.
Padukuhan Ngaglik, tepatnya di RT 1 dan RT 2 RW 48, Kalurahan Caturharjo saat ini menjadi klaster penularan Covid-19.
Penularan mulai terdeteksi setelah lebaran.
Sebelum penjemputan yang dilakukan hari ini, diketahui sudah ada sejumlah warga yang telah lebih dahulu dijemput dan dievakuasi ke Asrama Haji.
Makwan mengungkapkan, warga Ngaglik yang dirujuk pertama ke Asrama Haji, berjumlah 13 orang.
“Jadi totalnya [warga padukuhan Ngaglik yang dirujuk ke Asrama Haji] 13 ditambah 25. Ada 38 orang,” terangnya.