Indovoices.com- Indonesia memiliki 127 gunung api aktif, dan ada 69 gunung api paling aktif yang selalu dimonitor setiap harinya. Dari 69 gunung api paling aktif, terdapat 47 gunung api normal dan 22 gunung api yang perlu diwaspadai karena masih sering terjadi erupsi. Di antaranya Gunung Anak Krakatau, Gunung Semeru, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Merapi, dan Gunung Soputan.
Paparan tersebut disampaikan Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Devy Kamil Syahbana di Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB’9) dengan tema “Penanganan Bencana” di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta.
“Aktivitas Gunung Karangetang, Sulawesi Utara (Sulut), guguran lava pijar ke arah Kali Sense, Nanitu, Sasepe dan Pangih, dengan radius 1.000-1.750 meter. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar lokasi gunung,” ujar Devy Kamil.
Pada September 2019, menurut Devy Kamil, Gunung Anak Krakatau masih terjadi erupsi dengan tingkat intensitas yang terus menurun. Untuk Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat (Jabar) sudah dua bulan mengalami erupsi, namun dalam satu bulan terkahir mengalami penurunan.
“Kita menunggu sampai kondisi stabil, namun sampai saat ini masih menunggu dengan posisi terakhir di level dua. Untuk keselamatan masyarakat, Taman Tangkuban Perahu sudah direkomendasikan untuk ditutup,” jelas Devi Kamil.
Sedangkan, lanjut Devy Kamil, untuk Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta, erupsi relatif cukup lama dan lambat. Menskipun tetap terjadi pertumbuhan dan guguran lava. “Karena itu, masyarakat di sekitar gunung diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di radius 3 km,” tegasnya.
Sementara, terkait gerakan tanah atau longsor, karena curah hujan yang terjadi relatif rendah maka berbanding lurus, gerakan tanah dan longsor pun hingga September 2019 relatif rendah.
“Untuk potensi tanah longsor yang kemungkinan terjadi di Oktober 2019 juga relatif kecil. Tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Papua, Papua Barat, Jawa, dan Kalimantan,” pungkas Devy Kamil.
Turut hadir sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini antara lain Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari, Kasubdit Kemitraan dan Masyarakat Peduli Api Direktorat Pengendalian Karhutla KLHK Purwantio, Kepala Bidang Evaluasi dan Informasi Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Ira Cyndira Tresna, Peneliti Utama UPT Hujan Buatan BPPT Edvin Aldrian, Direktur Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK Jasmin Ragil Utomo, Ketua Pokja Karhutla UGM Azwar Maas, Kepala Deputi Penelitian dan Pengembangan BRG Harris Gunawan, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dan Kapusdatinmas BNPB Agus Wibowo. (jpp)