Prabowo Saja Sudah Move on, Tapi Kenapa Kadal Gurun Masih Belum on
Rasa haru, bangga dan bahagia menyelimuti hati saya yang sedang pilu. Itu semua saya rasakan, Ketika saya mendapat kabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto di Istana. Prabowo menyampaikan dukungan soal gagasan pemindahan Ibu Kota.
“Kami bicara Ibu Kota, di mana saya menyampaikan, saya mendukung gagasan Ibu Kota, tentunya beliau mengatakan akan melalui kajian-kajian yang tepat dan sudah dilaksanakan kajian jadi yang kami akan mendukung gagasan itu,” kata Prabowo.
Karena akhir-akhir ini banyak sekali kegaduhan yang terjadi di negeri yang kita cintai ini.
Sebagaimana kita ketahui segala kegaduhan yang menimpa negeri yang kita cinta ini, jika saya melihat ke belakang, awal mulanya ketika pemilihan Guburnur DKI Jakarta, yang sebagaimana kita tahu, ada salah satu Cagub dan Cawagub yang menggunakan kata ayat dan mayat sebagai senjata ampuh untuk menumbangkan musuh. Apalagi yang mejadi eksekutornya adalah manusia-manusia yang munafik, manusia yang bersembunyi di balik kedok agama. Bukan hanya bersembunyi bahkan mereka berani menjadikan agama sebagai alat politik mereka. Nah disitulah pertikaian mulai terjadi.
Pada awalnya saya mengira setelah pilgub berakhir akan berakhir pula permasalahan ini. Oh ternya tidak, ternyata masalah ini semakin meluas dan semakin mengila hingga menjadi perbincangan dunia.
Setelah pemilihan Gubernur dan Wakil Guburnur di lakukan dan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pun unggul dan sudah dilantik tidak lama kemudian Pilprespun di mulai, dan calon presidenpun hanya ada dua, yaitu Jokowi dan Prabowo.
Sebagai mana kita tahu bahwa pilpres kemarin memiliki strategi yang sama dengan pemilihan pilgub DKI Jakarta. Bahkan ini lebih parah kalau menurut saya.
Di pilpres 2019 kemarin mereka menggunakan isu-isu sara pitnah-pitnah keji yang di lontarkan kubu 02, mulai dari isu PKI, antek asing dan asengpun mereka lontarkan, tak puas dengan itu karena lawan tetap bertahan bahkan semakin kuat karena di dukung hampir seluruh rakyat Indonesia.
Mereka mencoba melakukan strategi licik dan picik yang mencederai demokrasi kita ini. Dengan berbagai macam cara yang mereka lakukan agar mereka bisa memenangkan pertarungan pilpres 2019-2024. Berita-berita hoax yang mereka ciptakan. Salah satu contohnya adalah: ketika kasus hoax yang katanya Ratna Saehumpaet dianiaya hingga mukanya memar dan ternyata itu cuman hoax, luka memar di wajah Ratna Sarumpaet itu bukan karena di aniaya, melainkan efek dari operasi plastik.
Tidak lama kemudian setelah kasus hoax Ratna Sarumpaet, mereka juga menciptakan berita hoax surat suara yang sudah tercoblos 7 kontener yang tak kalah heboh dari berita hoax emak-emak si muka memar.
Setelah berita hoax 7 kontener surat suara yang sudah tercoblos, maka dari sini mereka mulai menggiring opini bahwa petahan bermain curang dan hingga pemilihan berakhir kecurangan-kecurangan yang mereka tuduhkan tidak ada satupun yang terbukti, sampai akhirnya Jokowi memenangkan pertarungan ini.
Dan pasangan Jokowi-Ma’ruf akhirnya yang menjadi pemenang dalam pertarungan pilpres 2019-2024 setelah KPU memberikan keputusan dan mengumumkannya pada tanggal 21-05-2019.
Tidak terima hasil kemenangan Jokowi, kubu Prabowo pun mengajukan gugatan ke MK, dan yang lebih mirisnya lagi semua gugatan yang di ajukan oleh kubu Prabowo semuanya di tolak….!!! Sungguh memalukan.
Sekarang saya melihat Prabowo sudah legowo dan sudah saling berkomunikasi bahkan saling bersinergi dengan Pak Jokowi. Dan Jujur saya sangat bangga dan bahagia melihat mereka berdua berdampingan. Begitu indahnya saya melihat mereka berdua, seindah lagu yang berjudul rujuk kembali.
Hahahaa….
Semoga saja ini bisa menjadi sebuah pelajaran dan motivasi buat seluruh anak negeri, terutama kadal gurun yang sampai sa’at ini mereka masih belum bisa move on.
Hahahaha….
Prabowo saja sudah move on, masa kadal gurun belum bisa on.
Jika saya melihat bagaimana sikap dari mantan jendral ini pada saat pilpres dulu, betapa garangnya beliau dan begitu terlihat menggebu-gebu seperti orang haus akan kekuasaan karena banyak pendukungnya yang berhuruhara membuat kerusuhan dan kegaduhan dimana-mana. Saya mengira itu semua strategi politik dan salah satu cara agar orang yang mereka dukung bisa menang, oh ternyata ada yang lain dari pada itu.
Kalau mereka membuat gaduh, membikin ricuh setelah pilpres berakhir maka berakhir pula semua itu. Apalagi orang yang mereka dukung sudah move on, masa pendukungnya belum bisa on.
Terus apa yang menjadikan kadal gurun selalu bertentangan dengan pemerintahan? bahkan sampai sa’at ini mereka masih berusaha ingin menggulingkan pemerintahan Jokowi.
Jika saya amati, mereka, kadal gurun yang selalu membuat kerusuhan dan membuat kegaduhan itu disebabkan ada yang menunggangi.
Lantas siapa yang menunggangi? Yang menunggangi adalah orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi. Yang menunggangi mereka adalah orang-orang yang benci kepada Jokowi karena mereka tidak meliki ruang untuk korupsi. karena keran yang biasa mereka pakai sudah di tutup rapat-rapat oleh Jokowi.
Selain para koruptor, masih banyak sekali cukong-cukong dan para mafia lainnya, yang ijin usahanya di cabut atau oleh Jokowi karena merugikan negara.
Saya rasa itu sebabnya kenapa sampai saat ini kadal gurun belum bisa on.
Penulis: Not-Not