Prabowo Subianto menyampaikan kritiknya pada Debat Keempat Pilpres 2019 yang dilangsungkan pada Sabtu 30 Maret 2019, malam. Dalam debat bertema ideologi, pemerintahan, pertahananan dan keamanan, serta hubungan luar negeri itu, Prabowo menyatakan bahwa anggaran pertahanan Indonesia saat ini sangat kecil, imbasnya pertahanan Indonesia disebutnya lemah.
“Pertahanan Indonesia terlalu lemah, jauh dari yang diharapkan karena tidak punya uang,” kata Prabowo.
Sebagai gambaran, Prabowo menyebutkan anggaran pertahanan Indonesia saat ini hanya sebesar 5 persen dari total APBN atau 0,8 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto.
Lantas Prabowo membandingkannya dengan anggaran Pertahanan negara Singapura yang menurutnya mencapai 30 persen dari total APBN atau 3 persen dari GDP Singapura.
Pernyataan senada juga pernah disampaikan olehnya dalam sebuah pidato di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Senin 14 Januari 2019 yang lalu. Ketika itu, Prabowo mengatakan bahwa negara Indonesia diprediksi hanya dapat bertahan selama tiga hari jika terjadi krisis keamanan seperti misalnya menghadapi perang.
Benarkah demikian?
Berdasarkan data dari Global Fire Power (GFP), anggaran belanja militer Indonesia sebesar Rp 108,4 triliun sekaligus menempatkan Indonesia terbesar kedua di ASEAN setelah Singapura yang memiliki anggaran sekitar 9,7 miliar dollar AS atau Rp 135 triliun. Sedangkan pada peringkat global, anggaran militer Indonesia berada pada urutan ke-30 dari 157 negara.
Beberapa media masih mengambil angka Rp 98,1 triliun sebagai anggaran belanja militer Indonesia, mungkin mengacu pada data 2016. Namun data manapun yang diambil, tetap menempatkan anggaran militer Indonesia sebagai yang nomor dua di Asean.
Anggaran militer Indonesia sendiri dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan
2019: Rp 108,4 triliun
2018: Rp 107,7 triliun
2017: Rp 117,3 triliun
2016: Rp 98,1 triliun
2015: Rp 101,4 triliun
2014: Rp 86,2 triliun
Walaupun secara anggaran, militer Indonesia berada di bawah Singapura. Bukan berarti secara kekuatan, Indonesia berada di bawahnya juga.
Pada 2018, Indonesia memiliki 435.000 personel militer aktif dan 540.000 personel cadangan. Selain itu, TNI diperkuat 418 tank, 1.131 kendaraan lapis baja, 456 artileri, dan 153 peluncur roket. Indonesia memiliki 478 pesawat terbang, termasuk 41 jet tempur dan 197 helikopter.
Sedangkan kekuatan maritim Indonesia didukung 221 kapal perang yang terdiri atas 8 fregat, 24 korvet, tiga kapal selam, 74 kapal patroli, dan 12 kapal penyapu ranjau.
Hal ini mendudukkan Indonesia di posisi pertama di ASEAN menurut GFP dan peringkat ke-15 dunia dari 133 negara secara global dengan PowerIndex (Pwrindx) Indonesia berada di level 0,2804.
Malah besarnya anggaran yang dimiliki Singapura, tidak serta merta menjadikannya sebagai negara yang kuat secara militer. GFP justru menempatkan Singapura di urutan 59 dunia. Hal ini disebabkan anggaran yang besar itu lebih banyak dialokasikan untuk berbagai peralatan yang canggih, bukan berdasarkan skill atau kemampuan individu militernya.
Keperkasaan militer Indonesia tidak terlepas dari peran pasukan elite khusus Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dapat membuat negara tetangga maupun lawan merinding. Dengan sejumlah prestasi yang didapatkan menjadikannya sebagai pasukan elite khusus yang disegani oleh dunia. Ada beberapa pasukan Elite yang dimiliki Indonesia.
Yang pertama adalah Komando Satuan Khusus (KOPASSUS) yang telah mendulang banyak prestasi termasuk menjadi pasukan elit terbaik ketiga dunia dilansir oleh Discovery Channel Military pada tahun 2008. Pasukan elit ini juga dikenal hebat dalam operasi intelijen tempur dan tugas perang rahasia ”Clandestine Operation”.
Pada pertemuan Elite Forces di Wina, Austria. Pasukan elite KOPASSUS mendapat peringkat kedua dalam operasi militer strategis. KOPASSUS dapat mengalahkan 35 pasukan elite lainnya dari seluruh dunia, peringkat pertamanya adalah Delta Force milik Amerika Serikat. Dari ajang ini Indonesia dapat berunjuk gigi atas kekuatan TNI yang dimilikinya
KOPASSUS juga mendapat kehormatan untuk melatih pasukan elite milik Kamboja yang sudah dikenal kehebatannya. Bukan cuma itu saja, KOPASSUS juga dikenal hebat di seantero Afrika. Sekita 80% perwira ikut menjadi mentor untuk melatih prajurit-prajurit Afrika. Hingga kini mereka dapat membentuk dan memperkuat Pasukan Elitenya berkat bantuan TNI.
Sementara TNI AL sendiri tidak kalah perkasanya. Memiliki pasukan elite bernama Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) menjadikannya sebagai pasukan elite yang ditakuti oleh Amerika karena kemampuannya yang dapat menyusup tanpa terdengar. Dalam pelatihan Denjaka, calon prajurit memang dituntut untuk cerdas dan kuat, mereka dapat berenang dengan kaki dan tangan terikat.
Yang terakhir tidak kalah hebatnya adalah Detasemen Bravo (Den Bravo) 90 yang merupakan pasukan elite di bawah binaan TNI AU. Hanya lulusan prajurit terbaiklah yang dapat gabung dengan pasukan ini.
Tulisan yang mengupas lebih dalam ketiga pasukan khusus tersebut pernah saya tuliskan pada link di bawah ini
Mengenal Koopssusgab Pasukan Super-Elite TNI Pengganyang Curut Teroris
Sudah cukup? Ternyata belum, bila tiga pasukan khusus di atas disebut-sebut sebagai pasukan elite. Ternyata Indonesia masih memiliki satu lagi pasukan super misterius yang dikenal sebagai Detasemen Harimau Indonesia (Denharin). Denharin dikenal dengan kemisteriusannya bahkan banyak yang meragukan keberadaan pasukan ini akibat minimnya data yang tersedia. Walaupun demikian, tidak sedikit juga yang meyakini bahwa pasukan ini benar-benar ada dan konon dibentuk pada 1986 oleh Jenderal LB. Moerdhani.
Berbeda dengan negara-negara lainnya yang mengutamakan pemakaian senjata canggih. TNI malah diterapkan prinsip pengadaan senjata (Minimum Essential Force).
Tujuannya agar prajurit mampu bertahan hidup dalam keaadan yang sangat mendesak meski tanpa persenjataan sekalipun. Dengan kemampuan seperti inilah yang membuat prajurit Indonesia disegani oleh dunia.
Kehandalan TNI Indonesia dibuktikan juga dengan mendapat gelar juara umum sepuluh kali berturut-turut dari tahun 2008. Lomba tembak AASAM (Australia Army Skill At Arm Meeting) ini diikuti oleh kurang lebih sekitar 20 negara di wilayah Asia Pasifik.
Di tahun 2017, TNI AD berhasil memborong setidaknya 28 medali emas dari total 68 medali emas dengan 6 perak, dan 5 perunggu. Disusul dengan tuan rumah Australia di urutan kedua dan Jepang di urutan ketiga.
Dalam lomba ini TNI menunjukkan kekuatannya dalam menembak jitu dengan bukti mampu mengalahkan negara-negara militer superpower. Lebih hebatnya lagi senjata atau senapan yang di gunakan snipper di ajang lomba ini merupakan senjata buatan asli Indonesia yang dirancang dan diproduksi oleh PT Pindad Indonesia jenis SS-2 V4. Senjata ini memang senjata yang di gunakan TNI AD sebagai senjata resmi pasukan infanteri Angkatan Darat TNI.
Strategi Perang andalan TNI sendiri dikenal dengan istilah Strategi atau teknik perang gerilya yang sudah terkenal di kalangan dunia. Taktik ini telah digunakan Indonesia selama berperang melawan Belanda dan Jepang.
Bukti strategi perang gerilya merupakan suatu kekuatan TNI yaitu kemenangan Vietnam mengalahkan lawannya Amerika. Kekalahan ini membekas pada Amerika dikarenakan kalah terhadal negara yang sebelumnya dianggap lemah. Strategi perang gerilya ini sukses di terapkan oleh Vietnam kala itu.
Kembali ke pernyataan Prabowo lagi, pernyataan tersebut sekaligus menunjukkan sifat pesimis yang selalu disangkalnya selama ini. Bila dirinya sosok yang optimis maka dia akan mengatakan militer kita kuat, namun akan semakin diperkuat bila berhasil memimpin kelak. Militer kita peringkat 15 dunia, akan ditingkatkan menjadi peringkat 10 dunia bila dirinya berhasil menang. Namun sayangnya kata-kata tersebut tidak terlontar. Jadi apa yang bisa diharapkan dari model calon pemimpin pesimis yang bahkan meremehkan kekuatan militer bangsanya sendiri?