Indovoices.com- Kendati jumlah lahan dan hutan terbakar di tanah air terus menurun, penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih tetap digelar pemerintah secara intensif. Hal itu sesuai dengan empat arahan yang disampaikan Presiden Joko Widodo.
Diketahui, sejak awal Agustus lalu, Presiden Jokowi sudah menyampaikan agar seluruh pihak, mulai dari pusat hingga daerah untuk melakukan konsolidasi dalam penanganan karhutla secara menyeluruh. Bukan hanya itu, Presiden Jokowi, juga meminta agar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan proses hujan buatan dengan cakupan yang lebih luas.
Selanjutnya, Presiden Jokowi juga menginstruksikan agar dilakukan tindakan tegas terhadap para pelaku pembakaran hutan dan lahan. Dan arahan terakhir, adalah melakukan pencegahan di lokasi-lokasi rawan atau lainnya agar titik api bisa segera diketahui dan tidak membesar yang berpotensi menyebabkan meluasnya karhutla.
Hingga hari ini, sebanyak 5 dari 32 provinsi yang terlanda karhutla pada 2019, menyatakan siaga darurat. Kelimanya adalah Riau, Jambi, Sumsel, dan Kalbar, dan Kalsel. Sedangkan dua provinsi, yakni Kalteng dan Riau, juga telah meningkatkan statusnya menjadi tanggap darurat.
Gempa Ambon
Gempa Ambon juga menjadi salah satu topik bahasan dalam diskusi media kali ini. Diketahui, pada Kamis (26/9/2019), dengan magnitudo 6,5 menguncang Kota Ambon. Akibat bencana itu, berdasarkan data Pusdalops BPBD Provinsi Maluku per Minggu (29/9/2019), tercatat 10 korban meninggal dunia dan 31 luka-luka.
Sedangkan total korban meninggal dunia dari tiga Kabupaten di Provinsi Maluku berjumlah 30 orang. Korban tertinggi di Kabupaten Maluku Tengah berjumlah 14 orang, Kota Ambon 10, dan Seram Bagian Barat (SBB) 6. Sementara itu, jumlah korban luka-luka total mencapai 156 orang dengan rincian Maluku tengah 108, Kota Ambon 31 dan SBB 17.
Gempa Ambon menjadi kewaspadaan tersendiri, karena catatan sejarah kebencanaan wilayah barat Samudera Pasifik, sejak 1600 sampai dengan 2015, mencatat lebih dari 85 kejadian tsunami terjadi di wilayah Maluku. Potensi kebencanaan itu semakin bertambah tinggi dengan ancaman tsunami jarak jauh yang berasal dari pergerakan lempeng Filipina, Jepang, dan Samudera Pasifik. (jpp)