Pagi ini saat melihat-lihat beberapa koleksi foto yang tersimpan di memory hard disk,
Tetiba kalimat itu terngiang di telinga saya.
Pas banget ketika saya sedang membuka folder foto yang berjudul “Yayasan Marga Thoeng”,
Sebuah tempat yang pernah saya singgahi pada saat berdinas di kota Makassar sekitar 7 (tujuh) tahun lalu.
Bangunan yang terletak bersebelahan dengan klenteng Kwang Kong yang megah,
Entah mengapa saat itu begitu menarik perhatian saya,
Hingga akhirnya saya memutuskan untuk singgah di sana.
Dan ternyata ada kisah perjuangan mengusir penjajah demi membela Indonesia,
Di balik nama besar leluhur Marga Thoeng.
Sebuah catatan yang berhasil saya dapatkan :
“Rumah leluhur marga Thoeng yang terletak di Jalan Sulawesi,
(dulu Jalan Temple Straat),
Dibangun oleh Marga Thoeng Abadi.
Hingga kini bangunan tersebut masih dimiliki oleh Yayasan Thoeng Abadi Makassar.
Sejak awal bangunan ini didirikan sebagai tempat peribadatan dan penghormatan terhadap arwah pemimpin atau leluhur.
Marga Thoeng adalah salah satu pembesar keturunan Cina,
Berasal dari dataran Cina (keturunan Dinasti Ming),
Di mana pada masa Jepang sang leluhur (konon kabarnya) meninggal dunia dengan dipenggal kepalanya,
Karena membela rakyat Makassar.
Keturunannya-pun sempat menjadi incaran tentara Jepang pada masa itu,
Sehingga akhirnya tersebar hingga ke seluruh Indonesia”.
Sebuah catatan yang berhasil saya dapatkan :
“Rumah leluhur marga Thoeng yang terletak di Jalan Sulawesi,
(dulu Jalan Temple Straat),
Dibangun oleh Marga Thoeng Abadi.
Hingga kini bangunan tersebut masih dimiliki oleh Yayasan Thoeng Abadi Makassar.
Sejak awal bangunan ini didirikan sebagai tempat peribadatan dan penghormatan terhadap arwah pemimpin atau leluhur.
Marga Thoeng adalah salah satu pembesar keturunan Cina,
Berasal dari dataran Cina (keturunan Dinasti Ming),
Di mana pada masa Jepang sang leluhur (konon kabarnya) meninggal dunia dengan dipenggal kepalanya,
Karena membela rakyat Makassar.
Keturunannya-pun sempat menjadi incaran tentara Jepang pada masa itu,
Sehingga akhirnya tersebar hingga ke seluruh Indonesia”.
————————————-
Kisah Perjuangan THOENG TIONG PIE
Seorang pendiri dari Marga Thoeng yang ada di kota Makassar,
Merupakan keturunan dari Manchuria, Cina.
Beliau menjabat sebagai Mayor pada jaman penjajahan Belanda,
Dan dipercaya sebagai orang yang jujur dan Membela Kepentingan Rakyat.
Meninggal di usia yang masih cukup muda,
Yaitu 42 tahun.
Dikarenakan keturunannya masih kecil,
Maka diangkatlah 2 orang sebagai anak,
Untuk dapat meneruskan garis keturunannya.
Mayor Thoeng Liong Hoei pada jaman penjajahan Jepang diburu oleh tentara Jepang,
Dikarenakan dinilai terlalu jujur dan tidak mau bekerja sama dengan para penjajan Jepang.
Pada tahun 1942,
Beliau dibunuh beserta 7 anggota keluarganya di perbatasan Limbung, Makassar,
Atas laporan seorang mata2.
Selain Mayor,
Mereka yang dibunuh adalah anak sang Mayor bernama Thoeng Kok Sang,
Thoeng Kok Tjien,
Thoeng Kok Tjeng,
Dan Thoeng Kok Leang.
Satu menantu Mayor Thoeng Tan Hong Teng bersama dua bersaudara Lie ikut dibunuh tentara Jepang.
Sementara tiga istri sang Mayor berhasil kabur dan mereka masih terus bergerilya.
Marga Thoeng berasal dari Provinsi Hokkiang di Kota Sanchiong Desa Pangli.
——————————–
Satu pesan yang saat itu sempat saya dapatkan,
Dari salah satu pewaris Marga Thoeng,
Sebelum pamit undur diri :
“Kadang, kau akan berhadapan dg para “serigala berbulu domba”,
Yg tampak manis di depanmu,
Namun sebenarnya mereka siap utk mencabik2 dirimu.
Jangan pernah mundur,
Jikapun kau harus mati,
Maka kau akan tetap mati secara terhormat.
Seorang Ksatria yg mempertahankan Harga Diri,
Ataupun kehidupan rakyat di bawahnya,
Selalu lebih “terhormat”,
Daripada seorang Pengkhianat,
Yg bermandikan harta melimpah”
———————————
Akhir kata,
Bahwa tidak pernah ada yang bisa menyatakan diri,
Sebagai orang yang paling berjasa,
Dalam perjuangan melawan penjajah,
Yang sempat menjajah negeri Indonesia di masa lalu.
Semua punya peran dalam membela kemerdekaan,
Semua punya andil dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Bisakah kita berkaca dari perjuangan mereka yang tanpa pamrih?
Yang tanpa membeda-bedakan suku, bangsa maupun agama??
Salam persatuan dan kesatuan,
Salam Indonesia Raya 🇲🇨🇲🇨🇲🇨