Indovoices.com –Situasi di Laut China Selatan berpotensi semakin panas setelah Amerika Serikat (AS) memasang tiga kapal induk di kawasan tersebut.
Tak hanya itu, tiga hari lalu, kedua belah armada perang dari China dan Amerika juga dikabarkan hanya berjarak 100 meter.
Kepala Staf Kepresidenan Indonesia, Moeldoko mengatakan bahwa Indonesia harus berada di posisi netral.
“Saya berpandangan bahwa posisi netral adalah posisi yang sangat baik. Kita bisa menyebut Indonesia sebagai gadis cantik, di mana menjadi rebutan antara dua penguasa besar. Kemudian, posisi Indonesia di ASEAN merupakan menjadi posisi center karena satu-satunya negara yang di ASEAN memiliki posisi yang cukup netral antara Amerika dan China,” tutur Moeldoko saat Webinar PYC.
Mantan Panglima TNI tersebut juga menyarankan agar posisi tersebut dapat dipertahankan karena akan sangat menguntungkan.
“Apabila terjadi sesuatu di Laut China Selatan, maka kalau kita lihat kebutuhan logistik dalam sebuah pertempuran atau peperangan itu luar biasa besarnya. Untuk itu kita harus bisa mengambil keuntungan dari situasi itu. Tetapi kita akan kehilangan kesempatan apabila kita pada posisi yang tidak netral,” ungkapnya.
Untuk melihat dampak apa yang terjadi jika pecah perang di Laut China Selatan, Moeldoko menyebut harus ada analisi lebih dalam.
Kemudian menyoal investasi, posisi netral dari Indonesia diprediksi mampu menarik investor lebih banyak dari kedua belah pihak.
“Kalau kita melihat dari posisi investasi, di antara China dan Amerika, posisi Indonesia ini akan menguntungkan. Mana kalau kita berada di tengah, di antara kedua negara ini, kita bisa mendapatkan investasi dari kedua-duanya,” terang Moeldoko.(msn)