Indovoices.com –Industri media massa ikut terdampak pandemi virus korona (covid-19). Pola kerja juga berubah dari sebelum pandemi, saat pandemi, dan menjelang era new normal (kenormalan baru).
Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan mengatakan salah satu tantangan media massa saat ini ialah faktor biaya. Faktor ini cukup berdampak pada operasional perusahaan dan jurnalis.
“Faktor biaya ini sekarang lebih menantang dibandingkan pada periode masa normal. Karena ada dampak faktor krisis ekonomi media,” kata Abdul dalam diskusi virtual bertajuk Jurnalisme di Era ‘New Normal’.
Abdul menyebut media massa tengah menjalani kerja digital. Berbagai sumber berita mesti diakses virtual.
Operasional wartawan dihadapkan dengan sumber berita virtual. Sumber berita dinilai tidak bisa diperoleh secara leluasa. Terlebih bagi wartawan yang bergantung pada bayaran per setor berita.
“Misal kontributor itu standar per berita, kalau biaya operasional satu kali Zoom dan per berita media online itu ada yang dihargai Rp35 ribu. Jadi ada disparitas antara biaya dan hasil didapatkan,” tutur Abdul.
Abdul mengungkapkan faktor kultur atau budaya digital juga belum merata. Dia menyebut tidak semua narasumber familiar diwawancarai secara virtual. Sehingga sumber berita berpotensi terhambat.
Faktor infrastruktur internet juga menjadi kendala. Berita berpotensi salah tafsir bila dalam proses wawancara tersendat karena masalah jaringan internet.
“Kita bisa salah kutip, salah tafsir apa yang dikatakan. Walaupun itu tetap tidak bagus karena menggerus pokok kredibilitas kita,” ujar Abdul.
Abdul meminta perusahaan media tak luput memverifikasi sumber berita di masa perubahan ini. “Cara gampang bikin dari status media sosial orang, tidak perlu verifikasi karena verifikasi butuh biaya. Kita tidak mengabaikan verifikasi, peluang kita menulis berita salah jadi besar. Kesalahan menulis berita bukan hanya merusak kredibilitas tapi juga bisa berurusan dengan polisi,” ucap Abdul. (msn)