Indovoices.com –Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan untuk tidak memberangkatkan jemaah haji asal Indonesia pada pelaksanaan ibadah tahun ini.
Masih belum redanya pandemi corona menjadi pertimbangan pemerintah untuk membatalkan keberangkatan jemaah.
Menteri Agama Fachrul Razi menyebut bahwa rencana pembatalan tersebut sempat ditentang Presiden Jokowi.
Jokowi mengharapkan Kemenag terus mengupayakan agar jemaah tidak batal berangkat.
“Pada saat saya melapor ke Bapak Presiden, Bapak Presiden sangat berharap jangan sampai batal lah kalau bisa,” ujar Fachrul Razi dalam diskusi webinar.
Permintaan itu sempat diikhtiarkan Kemenag, dengan menetapkan 20 Mei sebagai waktu paling lambat bagi Indonesia untuk menentukan nasib dari para jemaah haji.
Waktu 20 Mei dipilih Kementerian Agama, kata Fachrul, didasarkan atas perhitungan rinci terkait waktu yang nantinya akan dihabiskan bagi jemaah untuk melakukan tindak isolasi sebelum berangkat dan setibanya di tanah suci.
Protokol kesehatan itu diterapkan untuk meminimalisir adanya kasus baru COVID-19 yang menjangkiti jemaah haji.
“Mula-mula dulu kami berdasarkan perhitungan yang cermat kami memutuskan deadline pada 20 Mei dengan pertimbangan kita butuh dalam situasi COVID-19 ini butuh 14 hari isolasi di Indonesia kemudian 14 hari juga di Saudi Arabia sehingga butuh waktu karantina yang sangat panjang,” ungkap Fachrur.
Keputusan akhir soal keberangkatan jemaah akhirnya dimundurkan hingga 1 Juni sesuai permintaan Jokowi.
Rentang waktu hingga 1 Juni itu, menurut Fachrul, digunakan Kemenag untuk terus memperoleh kepastian kepada pihak Saudi terkait penyelenggaraan haji tahun ini.
Proses persiapan di Mina dan Arafah, kata dia, turut dilakukan tim haji Indonesia guna memenuhi kewajiban mereka.
“Gimana kalau diundur pada awal Juni lah, 1 Juni, siapa tahu masih ada pengumuman Saudi untuk membuka. Saya bilang siap Pak, saya akan mengikuti permintaan beliau, sehingga kami kemudian kami membuat planning yang baru ya bagaimana caranya kami mencoba untuk mengantisipasi kegiatan kegiatan di Mina atau Arafah,” ungkap Fachrur.
Namun fakta di lapangan berkata lain. Selain tak adanya informasi lebih lanjut yang disampaikan pemerintah Saudi mengenai kelanjutan ibadah haji tahun 2020, juga tidak adanya persiapan signifikan di Mina dan Arafah semakin menguatkan keputusan pemerintah untuk membatalkan pelaksanaan haji 2020.
“Tapi ternyata ditunggu-tunggu sampai dengan 1 Juni sampai 2 Juni belum ada informasi apa-apa dan kami juga tidak melihat ada kegiatan kegiatan penyiapan yang signifikan baik di Arafah maupun di Mina,” kata Fachrur.
“Kemudian kami memutuskan untuk supaya ada kepastian bagi jemaah supaya tidak menunggu. Sehingga kami umumkan kita nyatakan jemaah haji tahun ini dibatalkan keberangkatannya,” tutupnya.(msn)