Indovoices.com- Dua hari lalu, saya di bandara Silangit hendak ke Tangerang. Di ruang tunggu seorang ibu muda mengejarku. Tulang, sapanya sambil menyalam saya. Apakah tulang mengenalku?, tanyanya. Bah, ingat kalipun, jawabku. Ibu muda itu datang ke kampung mengantar mayat saudara kandungnya yang meninggal di Tangerang. Kami lama bercerita masa lalu. Kami foto bersama dan foto itu saya kirim ke istri saya yang sangat perhatian dengan keluarga ibu muda ini.
Salah satu yang tak terlupakan dari keluarga itu adalah ketika suaminya penggangguran. Anaknya 2 perempuan, 1 laki-laki. Sudah cukup menurutnya. Ketika suami pengangguran anak tiga, ibu ini hamil. Kesulitan ekonomi anak tiga dan hamil lagi, dia panik. Tulang, rezeki tak ada, aku hamil. Mengapa hidupku begini?, tanyanya ketika itu.
Suatu sore, saya pulang dari bekerja. Istriku mengajakku ke rumahnya. Di rumahnya kami ngobrol soal makna kehidupan. Ketika ngobrol panjang, ibu muda itu menceritakan besoknya berniat ke dokter untuk aborsi. Saya dan istri kaget. Saya dan istri memahami bahwa aborsi tak berkenan di hati Tuhan. Tuhan pasti menolong umatnya dengan segala rencana-Nya.
Ketika itu saya menjelaskan bahwa aborsi adalah kejahatan yang mengerikan. Kita harus percaya akan kuasa Tuhan untuk menolong. Dalam bahasa Batak saya mengatakan, “ito, mungkin anakmi ma sogot mamboan ho keliling dunia ( ito, mungkin anak dalam kandungan mu inilah membawamu keliling dunia)”. Siasialah iman kita jika melakukan aborsi. Sangat jelas ditulis dalam Alkitab bahwa aborsi tidak dibenarkan. Apalagi hanya karena alasan ekonomi. Tidak bisa ito, kataku meyakinkan. Istriku memeluknya dan meyakinkan agar mengurungkan niatnya.
Ito itu mengatakan, bahwa sudah menyiapkan biaya Rp 7 juta. Coba bayangkan kalau Rp 7 juta untuk biaya bersalin. Percayalah, Tuhan pasti menolong.
Ito, ketika Bunda Teresa menerima nobel perdamaian, dalam pidatonya yang dihadiri Bill Clinton mengatakan bahwa Amerika menyebut negara besar. Saya mengatakan tidak. Sebab Amerika mendukung abortus. Amerika menghilangkan hak hidup. Argumentasi Amerika bahwa jika abortus disetujui maka pertumbuhan rakyat Amerika 2 juta setiap tahun. Dan, kalau Amerika tidak mampu memberi makan 2 juta itu kirimlah ke Calcutta agar saya rawat, kata bunda Teresa dalam pidatonya.
Kita harus mengikuti cara bunda Teresa bukan Amerika, kataku meyakinkan. Amerika yang republikan pun menolak aborsi. Istriku mengangguk saja ketika itu. Akhirnya, ito itu berterima kasih. Istriku memberi perhatian selama hamil hingga lahir.
Kini, anak itu bertumbuh dengan baik. Ganteng dan pintar sekali. Mengingat itu, saya sayang sekali ito, katanya sambil menunggu panggilan. Kami satu pesawat ke Cengkareng.
Anak itu kami buat namanya Hamonangan. Kami menang bersama Tuhan, jelasnya. Aku yakin, bahwa anak itulah membawa saya keliling dunia, seperti kata ito, katanya. (gurgur manurung)
#gurmanpunyacerita