Indovoices.com-Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan teknologi kini memiliki peranan penting dalam mendukung optimalisasi dalam segala sektor, termasuk pertanian.
Mentan menjelaskan melalui penerapan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 ini, hambatan yang biasa dihadapi para petani hingga pelaku usaha bisa diminimalisir.
Ketika ditemui usai melepas ekspor komoditas pertanian di Pabrik PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Divisi Bogasari, Jakarta Utara, ia menilai teknologi mampu mendorong optimalisasi pada lahan pertanian. Terlebih lagi, pemerintah menargetkan produktivitas pertanian dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor bahan pangan.
Melalui pemanfaatan teknologi, Mentan menambahkan kalangan petani bisa meminimalisir gagal panen yang biasa ditimbulkan akibat bencana kekeringan. Salah satu teknologi yang bisa diterapkan untuk mengantisipasi bencana kekeringan adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC).
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian, salah satunya dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan kering yang secara nasional luasnya sekitar 14 juta hektare, sehingga target produksi pertanian khususnya kelompok “pajale” meningkat, yakni padi yang saat ini (2019) ditargetkan 52,8 juta ton menjadi 59 juta ton pada 2020, jagung dari 29,3 juta ton menjadi 31,3 juta ton, dan kedelai dari 0,48 juta ton menjadi 0,6 juta ton.
Menyikapi hal tersebut, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan selama ini layanan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Indonesia kerap digunakan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), maupun untuk pengisian waduk.
Dirinya pun menyambut baik pernyataan Menteri Syahrul yang mulai melirik penggunaan teknologi hujan buatan untuk bidang pertanian. “Teknologi modifikasi cuaca bisa diterapkan di sektor pertanian untuk dapat meningkatkan hasil produksi. Ini sudah terbukti berdampak baik, dan telah dilakukan oleh Tiongkok dan Thailand,” terang Hammam Riza.
Ditambahkannya, penerapan TMC di Thailand dilakukan setiap tahun dari bulan April-Oktober di seluruh area pertaniannya untuk memastikan tercukupinya kebutuhan air, guna menjamin hasil produksi pertanian. “Persiapan, strategi, dan kontinuitilah yang menjadikan Thailand dikenal maju dan berhasil dalam hal produk hasil pertaniannya,” papar Kepala BPPT.
Hammam Riza pun mengatakan medio Agustus lalu Pemerintah melalui BPPT, BMKG, dan BNPB sudah merencanakan dan mempersiapkan teknologi modifikasi cuaca untuk pertanian. Namun dari pantauan radar BMKG, sulit sekali untuk mendapatkan bibit awan di iklim seperti saat ini. “Kerja sama kami dengan BMKG sudah terjalin baik, bahkan Oktober lalu kita sudah melakukan MoU pengembangan teknologi modifikasi cuaca berbasis kecerdasan buatan yang disebut Smart TMC,” terang Hammam Riza.
Menurutnya, saat ini Smart TMC memang ditujukan sebagai solusi atasi karhutla. Tapi sistem ini bisa saja dikembangkan lebih lanjut untuk mendeteksi dan mengintervensi kekeringan di lahan produktif pertanian.
“Karena kita konsepnya sistem cerdas, menggunakan komponen industri 4.0, mulai dari kecerdasan buatan (AI), Big Data, dan internet of things (IoT), bisa saja ke depannya unsur pertanian kita masukkan ke dalamnya. Itu semua possible, dan bisa terealisasi dengan kerja bersama,” ujarnya.
Hammam Riza juga yakin keinginan Menteri Syahrul, mengenai prediksi terhadap cuaca dan iklim, potensi kekeringan, serta polanya dapat terwujud. “Semua paramater pertanian menganai data waktu tanam hingga panen, lokasi tanam, pola iklim dan cuaca, semuanya akan dikumpulkan di Big Data. Selanjutnya dengan bantuan analisa teknologi AI, akan menghasilkan rekomendasi kapan dan daerah mana yang membutuhkan teknologi modifikasi cuaca,” urai Hammam Riza.
Kepala BPPT pun berterima kasih atas dukungan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mendukung langkah BPPT sebagai institusi pemerintah yang berfokus pada bidang kaji terap teknologi dalam memutakhirkan teknologi tepat guna di era disrupsi teknologi ini.
“Pada dasarnya kami sebagai lembaga kaji dan terap teknologi siap bersinergi bersama Kementerian dan Lembaga untuk mendorong kesuksesan pemanfaatan teknologi. Terlebih ini untuk kemajuan Indonesia, IPTEK siap menjadi penghela pertumbuhan ekonomi Indonesia,” pungkas Hammam Riza.(jpp)