Indovoices.com- Hamparan hijau tanaman mangrove yang tumbuh subur dan alami di Kawasan Konservasi Mangrove Munjang Kuarau Barat berhasil menggoreskan kesan tersendiri bagi orang nomor satu di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.
Hal itu disampaikan Kepala BNPB sesaat setelah meninjau kawasan konservasi yang memiliki luas sekitar 800 hektare di Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung.
“Saya terkesan. Mangrove di kawasan ini sangat natural sangat indah, dari konservasi alamnya dan sekarang jadi kawasan pariwisata,” ucap Doni Monardo.
Kehadiran sang jenderal yang sukses mempelopori program ‘Citarum Harum’ di ‘Hutan Amazon’nya Bangka itu juga diisi dengan kegiatan penanaman bibit pohon mangrove.
Usai menanam, Kepala BNPB kemudian berkeliling di kawasan konservasi yang juga disulap menjadi tempat wisata alami.
Lima belas menit usai meninjau lokasi, mantan Komandan Jenderal Kopassus itu juga menyampaikan apresiasi atas usaha dari pihak-pihak yang telah aktif melakukan penyelamatan lingkungan, khususnya hutan mangrove di wilayah Bangka. Baginya hal penting yang bisa dicontoh dari semua itu ialah bagaimana seluruh pihak bekerjasama mengembalikan fungsi mangrove sebagai penyerap karbon sekaligus penghasil oksigen. Selain itu magrove juga bisa menjadi benteng alam dan pelindung dari ancaman bencana gelombang besar tsunami. Dari segi ekonomi, kawasan mangrove juga menjadi rumah-rumah bagi kepiting dan udang yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, pemanfaatan mangrove sebagai kawasan wisata seperti yang sudah dilakukan Bangka juga bisa menghasilkan pundi-pundi ekonomi yang berkelanjutan, asalkan pengelolaanya sesuai dengan keberlangsungan daripada ekosistem mangrove itu sendiri.
Kawasan Konservasi Mangrove Kuarau Barat telah menyabet penghargaan bergengsi Kalpataru pada Juli 2019. Mulanya kawasan ini hanya memiliki luas 213 hektare. Berkat usaha penanaman mangrove yang dilakukan sejak 2004 lalu dengan tingkat prosentasi keberhasilan pertumbuhan hingga 90% itu, kawasan semakin meluas hingga 800 hektare.
Selain konservasi dan wisata alam, hutan mangrove yang memiliki empat jenis tanaman masing-masing; Rizophora, Avicinea, Soneratia Alba, Api-api itu juga menjadi lokasi favorit para pecinta fotografi burung dan alam liar. Tidak hanya itu, beberapa tahun terakhir banyak peneliti yang keluar masuk di wilayah lingkungan yang sangat terjaga dan terawat kelestariannya tersebut.
Selepas itu pun, mobil rombongan bergerak cepat meninggalkan bandara menuju lokasi penanaman pohon selanjutnya di kawasan Kalekak Nusantara, Bukit Mangkol, Desa Terak, Kecamatan Simpangkatis, Kabupaten Bangka Tengah.
Ada hal menarik, rupanya pengalaman dan pengetahuan Doni Monardo tak kalah dengan peneliti tanaman. Doni mampu mengoreksi nama, jenis hingga asal muasal bibit tanaman yang diserahkan oleh panitia untuk Kawasan Kalekak Nusantara itu.
“Ini yang benar bibit Kayu Hitam, dari Sulawesi. Bukan Pohon Kayu Ulin ya,” kata Doni meluruskan yang disambut tawa rombongan.(jpp)