Indovoices.com-Insiden bencana alam di Tanah Air sepanjang tahun 2019 masih dipicu fenomena hidrometeorologi. Penanganan tanggap darurat dan sistem peringatan dini terus diperkuat.
Kepala Pusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan dari 3.383 kejadian bencana sepanjang Januari-November 2019 menyebabkan 462 orang meninggal.
“Lebih dari 98 persen bencana yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi,” kata Agus di Jakarta.
Bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang terjadi sebagai dampak dari fenomena pergerakan siklus air dan cuaca seperti hujan deras, angin kencang, tanah longsor dan gelombang tinggi.
Kejadian bencana tersebut biasanya terjadi saat peralihan musim dari kemarau yang sifatnya kering ke penghujan yang basah. Misalnya, tanah longsor banyak terjadi ketika tanah miring yang kering terguyur hujan lebat dan menyebabkan pergerakan tanah.
Agus Wibowo mengatakan selain korban meninggal, bencana alam sepanjang tahun ini juga menyebabkan 107 orang hilang, 3.340 orang luka-luka, 5.969.364 orang mengungsi, 68.592 unit rumah rusak (15.145 rusak berat, 13.951 rusak sedang, 39.496 rusak ringan), 1.082 fasilitas pendidikan rusak, 650 fasilitas peribadatan rusak, 207 fasilitas kesehatan rusak, 258 unit kantor rusak dan 409 jembatan rusak.
Laporan terkini, bencana puting beliung pada November banyak dilaporkan terjadi di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Daerah yang berdampak cukup parah seperti Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banjar.
“Puting beliung paling sering terjadi. Ada 1.127 kejadian,” kata Agus Wibowo merinci jumlah korban terbanyak dari jenis bencana yang terjadi.
Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di depan Sidang Bersama DPD RI dan DPR RI, Jumat (16/8/2019), di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, mengatakan bahwa sikap sigap dan waspada menghadapi ketidakpastian sangatlah penting.
“Ring of fire yang melingkari wilayah Indonesia bisa menghadirkan bencana tanpa kita duga sebelumnya. Hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan wilayah rentan bencana. Gempa bumi tanah longsor gunung meletustsunami, kebakaran hutan, banjir,” paparnya.
Oleh karena itulah, Presiden Jokowi menegaskan, sikap sigap dan waspada menghadapi ketidakpastian sangatlah penting. Kapasitas dalam mengelola risiko menghadapi bencana yang tidak terduga, sambung dia, harus diperkuat.
“Pembangunan kita harus sensitif terhadap berbagai risiko. Infrastruktur harus disiapkan mendukung mitigasi risiko bencana. Sedangkan masyarakat juga harus waspada dan sadar risiko,” jelas Kepala Negara.
Untuk itu, BNPB harus selalu terintegrasi dengan program di Kementerian LHK, BPPT, BMKG, Kementerian ESDM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, TNI, Polri serta seluruh jajaran pemerintah daerah sampai ke tingkat tapak.(jpp)