Indovoices.com- Hotspot atau titik panas ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini titip panas juga muncul di beberapa negara ASEAN, seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “Antisipasi Karhutla Berlanjut”, bertempat di Graha Badan Nasional Penanggunalan Bencana (BNPB), Jakarta.
“Kalau kita lihat secara umum di ASEAN, hotspot tidak hanya ada di Indonesia saja karena ternyata di Vietnam, Thailand, Filipina juga muncul hotspot. Tapi kalo kita bicara di Indonesia, saat ini paling tidak di Sumatra jumlah hotspotnya masih rendah. Sementara untuk Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, masih harus waspada karena kalau kita lihat seminggu ke depan potensi bibit awan hujan masih blm terserbar ke selatan,” jelasnya.
Lebih lanjut Prabowo menyatakan bahwa hingga Oktober perlu diwaspadai di beberapa wilayah masih ada potensi bertambahnya titik panas karena daerah tersebut termasuk kategori kering.
“Terlepas akibat aktivitas manusia atau kondisi cuaca, BMKG masih memprediksi Sumatra, Kalimantan, untuk September masih cukup perlu diwaspadai,” imbuh Prabowo.
Sementara terkait upaya menurunkan hujan dengan penyemaian bibit awan dengan kandungan uap air tinggi, BMKG menyarankan dilakukan di beberapa wilayah yang potensi bibit awannya tinggi, yakni di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
“Di dalam tiga hari kedepan potensi bibit awannya tinggi, sehingga kami kerja sama dengan BPPT lebih menyarankan kalau mau menyemai di daerah ini yang potensi pertumbuhan awannya tinggi dan diharapkan turun hujan. Kalau kita lihat dari hotspot yang termonitor, rupanya di Kalimantan Selatan bagian timur perlu diwaspadai karena bibit awan potensinya belum muncul,” paparnya.
Turut hadir sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini antara lain Kepala BNPB Doni Monardo, Kepala Kelompok Kerja Perencanaan Anggaran dan Hukum Sekretariat Badan Restorasi Gambut (BRG) Didy Wurjanto, Plt Direktur Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rafles B Panjaitan, dan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Anantasena. (jpp)