Indovoices.com-Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini melampaui level psikologis Rl 16.000. Rupiah terus merosot seiring dengan kekhawatiran investor global.
Berdasarkan data Financial Times sore ini, kurs mencapai Rp 16.137 per USD, melemah 1,49 persen dari sebelumnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penurunan rupiah itu seiring dengan kepanikan pada investor di seluruh dunia karena penularan virus corona yang semakin melebar.
Akibatnya, dana asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia atau capital outflow sejak awal tahun ini hingga Kamis (19/3), mencapai Rp 105,1 triliun.
“Ini seiring dengan eskalasi cepat virus corona di negara maju, sehingga ini dihadapi seluruh dunia melepaskan aset keuangan dan konversi ke dolar AS. Perhitungan kami per 19 Maret 2020, tahun ini terjadi capital outflow jumlahnya adalah Rp 105,1 triliun,” ujar Perry dalam video conference.
Dana asing yang keluar tersebut, utamanya terjadi sejak awal Maret 2020. Secara rinci, dana yang keluar di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 92,8 triliun dan pasar saham mencapai Rp 8,3 triliun.
Para investor, kata Perry, melepas seluruh aset yang dimiliki, mulai dari saham, obligasi, hingga emas. Aset tersebut kemudian dijual dalam bentuk dolar AS, sehingga membuat dolar AS menguat.
“Sehingga ini yang dihadapi seluruh dunia, ada pelepasan aset keuangan dan mereka konversi ke dolar,” jelasnya.
Perry menyebut, otoritas moneter terus melakukan langkah stabilisasi rupiah, dengan intervensi di pasar valas, SBN, maupun Domestic Non-Delivery Forward (DNDF). Intervensi ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan investor serta mencegah kepanikan.
Sepanjang tahun ini, BI telah membeli SBN yang dilepas asing di pasar sekunder sebesar Rp 163 triliun. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi tekanan di pasar SBN.
“Tahun ini BI sudah membeli SBN Rp 163 triliun yang dilepas asing. Ini mengurangi tekanan pada pasar SBN. Dengan OJK, kami koordinasi dan menjaga pasar tetap berjalan. Fokus kami menjaga confidence, memastikan bekerjanya mekanisme pasar, dan menjaga likuiditas baik rupiah maupun valas,” tambahnya. (msn)