Indovoices.com –Universitas Indonesia (UI) secara simbolis menyerahkan alat kesehatan ventilator buatan sendiri kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Rencananya UI akan memproduksi 300 ventilator yang disebut Covent-20 dan didistribusikan ke rumah sakit (RS).
“Rencananya kami produksi 300 ventilator dan didistribusikan ke RS degan basis donasi,” ujar Rektor UI Ari Kuncoro saat konferensi virtual serah terima ventilator buatan UI, di akun Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Rabu (24/6).
Ia menambahkan, tadinya ventilator sejenis ini belum ada Indonesia dan ini Covent-20 masih sebatas konsep prototype. Kemudian pihaknya melakukan uji klinis dan membuat produksi dari hulu ke hilir bisa layak.
Lebih lanjut, dia menyebutkan produksi ventilator ini melibatkan dua fakultas yang berbeda, yaitu Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran karena dinamisnya masalah. Kendati demikian, pihaknya membutuhkan dukungan pihak luar untuk mengembangkan ventilator ini. Karena itu, pihaknya menyambut baik rencana Kementerian Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mendukung dan mendanai pengembangan Covent-20. “Artinya ini memenuhi kolaborasi triple helix yaitu pemerintah, akademis, dan industri,” ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknya masih membutuhkan crowd funding untuk mengembangkan ventilator ini. Selain ventilator, ia menyebutkan pihaknya telah terlibat dalam penanganan Covid-19 mulai dari tim relawan dari ilmu keperawatan yang bekerja di rumah sakit (RS) UI, dan RS ini dijadikan rujukan perawatan Covid-19.
Kemudian, ia menyebutkan disiplin ilmu lain misalnya Fakultas Farmasi yang menyumbang hand sanitizer hingga fakultas dengan rumpun ilmu sosialhumaniora seperti bidang ekonomi, sosial, hukum yang memberikan sumbangan pemikiran ke pemerintah bagaimana masalah Covid-19 bisa ditangani. Sebab ia menyebutkan Covid-19 ini masalah multidimensi, tidak hanya terkait bidang kesehatan, ekonomi, melainkan juga perilaku sosial.
“Karena dalam waktu tiga bulan terakhir ada perubahan perilaku sebelumnya menjadi perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Ini menjadi suatu transisi luar biasa memerlukan mitigasi dan adaptasi,” katanya.(msn)