Tiga jet tempur produksi Iran Azarakhsh, Saeqeh, dan Kowsar merupakan buah nyata dari serangkaian proses ‘Reverse Engineering‘ (RE) di bidang teknologi kedirgantaraan. Sebenarnya, contoh-contoh lain dapat berlanjut dengan menyasar ke produk-produk strategis lainnya, semisal rudal balistik, drone, mesin turbojet supersonic, pelbagai jenis kapal permukaan, dan kapal selam.
Bangsa-bangsa yang tangguh dan persisten dalam mengolah serangkaian proses kerja kreatif niscaya akan mampu menghasilkan produk-produk operasional baru. Mereka bertekun mengerjakan setiap porsi bagian mereka dengan bertumpu pada sumber daya miliknya sendiri. Tidak terselip sedikit pun bentuk ketengilan penyia-nyiakan waktu semisal membalas cemoohan dari para liyan terkait soal kualitas dari produk-produk awal buatan mereka dan seluruh konsekuensi yang menyertainya.
Untuk apa juga coba? Kreativitas otentik milik suatu bangsa ternyata dapat terbit dari realitas keterbatasan yang sekian lama telah menekan kehidupan mereka. Politik embargo dari sang penguasa adidaya dan beberapa negara Barat sekutunya hanya sebatas membal karena tidak sampai melumpuhkan tetapi justru telah membangkitkan asa Persia dalam mengerjakan RE.
Artikel ini tidak bermaksud menguraikan secara khusus tentang apa dan bagaimana suatu proses RE dapat berlangsung. Namun, seiring waktu jika cukup terasa urgensinya, pada artikel berikutnya penulis mungkin saja akan menyajikannya sepanjang belum terbit isu-isu lain dengan daya usik lebih mengundang (saat menuliskan kalimat semacam ini melalui pesan di grup WA, penulis dengan senang hati akan menyematkan satu atau dua emoticon senyum lebar).
Persistensi ‘Reverse Engineering’
Sejatinya, bangsa-bangsa yang gigih mengejar kemajuan serta kejayaan di pelbagai bidang senantiasa butuh ketajaman daya visi dan misi serta ketangguhan kepemimpinan untuk mampu mengantarkan bangsa tersebut melesat tinggi dengan menerobos setiap rintangan keterbatasan!
Jepang, Korea, Taiwan, China, dan India merupakan beberapa contoh dari bangsa-bangsa terdahulu, yang telah terbukti solid mempraktikkan inovasi dan mengerjakan proses RE. Daftar uraiannya akan berkepanjangan jikalau perlu diperinci lagi hingga selengkap mungkin mengenai produk-produk baru yang mereka telah wujudkan dari proses RE tersebut.
Modal dasar agar satu bangsa sukses mempraktikkan RE menghendaki mereka untuk senantiasa mampu bertindak saksama tatkala mengerjakan langkah-langkah sederhana semisal Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) hingga sebenar-benarnya efektif. Pilihlah fokus unggulan tertentu yang benar-benar tepat, kerjakanlah itu secara persisten, serta perkuatlah tekad bangsa untuk senantiasa rela membayar entah apa pun dan berapa pun harganya. Penguasaan sains dan teknologi berfondasikan ilmu-ilmu pengetahuan dasar matematika, fisika, dan kimia merupakan sebuah mandatory praxis.
Rukunkanlah kehidupan warga masyarakat agar mereka tidak ikut-ikutan terbenam di dalam kubangan kotor yang sama, akibat meniru perbuatan para oknum elite politisi―mereka telah sekian lama menistakan dirinya sendiri melalui ketengilan opini beraroma menebar fitnah dan kebohongan mengenai Pemerintah pusat dan pribadi Kepala Negara. Sebaliknya, berkontribusilah secara kreatif dan konstruktif tanpa kenal pamrih serta tanpa sekali-kalipun berniat untuk meruntuhkan pelbagai kebajikan!
Produk kekinian bercita rasa zadoel
Terkait fakta teramati tentang kehadiran trio jet tempur Azarakhsh, Saeqeh, dan Kowsar di balik keberhasilan Iran dalam melakukan proses RE, konon ketiga jet tempur kekinian bercita rasa zadoel (zaman doeloe) tersebut merupakan varian turunan langsung dan atau tiruan tidak langsung dari design jet latih-tempur generasi terdahulu, yaitu rancangan jet supersonic T-38 Talon dan beberapa varian jet tempur lain pengembangannya milik Amerika Serikat (AS).
Sebelum terjadi keruntuhan pemerintahan monarki terakhir di Iran, (saat itu) Kerajaan Iran telah menerima hampir tiga ratusan unit jet tempur ringan F-5 Freedom pelbagai jenis dari sang pemasok AS, yaitu di antara tahun 1965 dan 1976. Di antaranya termasuk 166 unit F-5F dan F-5E Tiger II, yang merupakan varian lebih canggih pada tahun 1970-an. Rincian lebih lanjut dapat dibaca melalui artikel karya Sébastien Roblin di National Interest, “Why Iran’s Fighter-Jet Ripoff is Just Fake”, 17 Februari 2017.
Roblin memberikan gambaran yang cukup menarik tentang keunggulan jet tempur ringan serial F-5 dari beberapa jenis jet tempur lainnya produksi sang pesaing, (saat itu) Uni Sovyet. Semisal, pada era Perang Iran-Irak, dalam sejumlah duel di udara (dogfight), F-5 mencetak skor 4-4 merontokkan jet tempur MiG-21 dan sekaligus dirontokkan pula oleh MiG-21―padahal, fighter milik Irak itu sejatinya mampu melesat lebih cepat daripada F-5 Iran. Namun, tembakan meriam F-5 bahkan berhasil merusak sebuah MiG-25 Foxbat, yang secara teoretis setingkat di atas kelas F-5.
Dengan latar belakang itulah, tatkala pada dekade berikutnya Iran diembargo oleh AS sang mantan pemasok utama alutsista mereka sebelumnya, negara Persia itu secara alamiah telah mengkondisikan dirinya untuk mampu membangun kembali kekuatan udara mereka dengan apa pun yang sudah ada sebelumnya atau dengan apa yang masih tersisa.
Azarakhsh (“Petir”) merupakan jet tempur pertama yang diproduksi di dalam negeri Iran, yang menurut perkiraan dihasilkan melalui serangkaian proses RE. Kemiripan wujudnya dengan F-5 Freedom dan F-5E Tiger II produksi Northrop hampir pasti berlatar belakang kondisi alamiah yang terlebih dahulu sudah ada sebelumnya.
Peranan penugasan Azarakhsh adalah sebagai unsur kekuatan pemukul (strike fighter) dan mulai diperkenalkan kepada publik tahun 1997. Meskipun berstatus dalam masa penugasan, tidak diketahui secara pasti berapa banyak Azarakhsh telah diproduksi oleh Iran. Namun, para pengamat semisal Sébastien Roblin (2017) menduga bahwa negara Persia itu kemungkinan baru sebatas membuat sekitar empat atau enam unit saja (jauh lebih sedikit dibandingkan perencanaan sebelumnya sebanyak tiga puluh unit). Iran menggunakan mesin jenis baru yang berkinerja lebih kuat daripada milik asli F-5E, selain menguatkan struktural sayap, memodifikasi radar, dan menyematkan persenjataan baru yang lebih andal.
Jet tempur (fighter) Saeqeh (“Guntur”; “Thunderbolt“) terbang perdana Juli 2004 dan mulai diperkenalkan ke publik sejak 22 September 2007. Data menyebutkan statusnya dalam masa penugasan. Pengguna mula-mulanya adalah Angkatan Udara Iran. Namun, jumlah produksinya menurut perkiraan hingga sekarang paling sedikit baru sebatas sembilan unit.
Para perancang Iran telah membentuk ekor Saeqeh menjadi berbentuk seperti sayap kupu-kupu, yaitu dengan dua stabilisator ekor vertikal (twin-tail) bersudut miring keluar. Sebaliknya, design asli F-5 pada bagian belakangnya hanya memiliki satu stabilisator ekor vertikal. Penggunaan dua stabilisator tersebut diyakini akan meningkatkan kemampuan Saeqeh saat bermanuver dengan gerakan menikung tajam di udara dan pada saat lepas landas. Sehingga, dengan demikian Saeqeh memiliki keunggulan mampu “terbang rendah pada kecepatan terbang lebih lambat” tetapi dengan stabilitas terbang yang lebih baik daripada F-5 versi asli.
Kowsar merupakan jet tempur (fighter) ketiga dalam trio produksi Iran dengan wujud tampilan mirip F-5 buatan AS. Sejak terbang perdana Agustus 2018 dan diperkenalkan ke publik November 2018, perkiraan jumlah produksinya paling sedikit sebanyak tujuh unit, dengan satus semua dalam masa penugasan. Saya memahaminya demikian bahwa ketujuh unit operasional tersebut kemungkinan sudah termasuk purwarupa Kowsar yang terbang perdana sebelumnya.
Pada awal November 2018, Tempo dengan merujuk pemberitaan kantor berita Iran IRNA dan Reuters telah menayangkan sebuah tulisan yang mengulas tentang dimulainya produksi massal jet tempur Kowsar (3 November 2018). Meskipun dari sisi tahap-tahapan pengembangan produk aviasi terkesan begitu cepat, mengingat purwarupa Kowsar itu sendiri belum lama terbang perdana Agustus 2018, dan langsung berlanjut produksi massal November 2018 (?). Sehingga dengan demikian, kesan percepatan itu kemungkinan terjadi dengan jumlah purwarupa yang lebih banyak lagi sehingga sekaligus dapat melakukan pelbagai jenis pengujian terhadap keseluruhan purwarupa tersebut. Siapa tahu? Apalagi, prioritas Iran saat ini kemungkinan juga bermaksud mengejar pemulihan kembali kekuatan alutsista matra udara mereka. Sehingga, semua dikerjakan sekaligus dan secara integratif serta berawal dari membangun kemandirian bermodalkan apa yang sudah ada sebelumnya.