Jakarta International Velodrome yang terletak di Rawamangun, Jakarta Timur, merupakan salah satu venue menonjol di Asian Games 2018.
Walaupun bertaraf kelas dunia, pengerjaan proyek Velodrome dalam tenggat waktu sempit yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terbilang mustahil. Karena untuk pembangunan sejenis, di negara-negara lain, paling tidak pengerjaannya membutuhkan waktu 36 sampai 48 bulan.
Dalam desain yang ditunjukkan, Velodrome nantinya akan seperti layaknya gelanggang olah raga modern bertaraf kelas dunia. Di mana pada arena balap sepeda akan dibuat multifungsi dengan beberapa venue olah raga lainnya seperti Badminton, Futsal, Gulat, dan sebagainya.
Kompleks Velodrome tersebut akan dibuat dengan atap megah berbahan khusus, sehingga dalam keadaan mendung dan hujan deras pun, cahaya dari luar tetap bisa masuk tanpa menggunakan lighting dari dalam. Sedangkan untuk track sepeda sepanjang 250 meter menggunakan kayu khusus yang diimpor dari Siberia yang dibangun oleh ES Global, perusahaan pembuat arena balap sepeda terkenal asal Inggris.
Kapasitas velodrome disebut dapat menampung hingga 3.000 orang, dibangun dalam waktu dua tahun terakhir dan menelan biaya 40 juta USD. Secara konsep, Velodrome Jakarta mengusung konsep eco stadium yang ramah lingkungan.
Berbagai fasilitas sudah dipersiapkan mulai dari penunjang difabel, keamanan, pendingin udara, hingga berbagai keperluan untuk atlet. Tak heran bila stadion ini mendapat sertifikat terbaik dari UCI (Persatuan Sepeda Internasional).
Stadion ini sendiri akan menggelar balap sepeda pada ajang Asian Games 2018 nanti. Enam keping medali emas akan diperebutkan mulai 26 hingga 31 Agustus 2018.
Siapa sangka saat awal pembangunannya, cukup banyak mengalami hambatan, selain waktu yang sempit, pihak PT Jakarta Propertindo (Jakpro) yang ditunjuk oleh Ahok sebagai penanggung jawab pembangunan Velodrome ini, sangat lambat dalam mengambil keputusan. Alhasil, Jakpro pun mendapat dampratan dari Ahok.
“Kamu bantu mikir dong. Saya sudah kasih petunjuk, kalau kamu enggak sanggup ya harus mundur,” lanjut Ahok.
Menurut pria berkaca mata itu, selama ini Jakpro tidak berani mengambil keputusan untuk mengeksekusi proyek ini atau tidak. Berbagai alasan terus dilontarkan.
“Justru dia enggak berani putusin, ngeles-ngeles. Kejar ngeles, kejar ngeles,” pungkas Ahok.
Bisa jadi berkat dampratan Ahoklah maka Velodrome tersebut dapat selesai tepat waktu dan dipergunakan menjelang Asian Games 2018 nanti.
Bukan hanya itu saja, Jakarta International Velodrome pun dinobatkan sebagai lapak pacuan sepeda terbaik se-Asia. Hal ini lantaran sertifikasi yang diberikan oleh Union Cycliste Internationale (UCI) beberapa waktu lalu saat melakukan tinjauan dan pengujian di area balap sepeda indoor.
Pemberian sertifikasi UCI kategori 1 menandakan bahwa lintasan balap sepeda di Velodrome Rawamangun dianggap memiliki standar dunia, sehingga dapat dipergunakan untuk pertandingan berskala internasional seperti Asian Games, maupun Olimpiade. Bahkan Tim Union Cycliste Internationale (UCI) pun menyampaikan kekagumannya dan menganggap bahwa Velodrome ini lebih baik daripada Velodrome London.
Melalui karya-karyanya yang selesai satu per satu, seakan-akan Ahok ingin mengajarkan kepada si Gabener dan Wakilnya, beginilah harusnya menata kota Jakarta. Ketidakbecusan gubernur dan wakilnya yang sekarang sudah terlalu parah, jangan bermimpi mereka mampu menghadirkan karya besar yang monumental kalau untuk menata trotoar saja tidak mampu. Sampai-sampai menteri PUPR harus sampai turun tangan memberesi ketidakbecusan tersebut.
Walaupun Ahok tidak berbicara apa-apa, namun dengan melihat karya yang dihasilkan selama kepemimpinannya yang singkat ini saja, sudah banyak bercerita kepada kita.
Mana Gubernur yang menghasilkan karya nyata, mana yang cuma bisa menata kata. Mana yang bertindak dengan aksi, mana yang cuma bisa basa-basi. Berani memberikan jawaban, bukan memberikan alasan. Berusaha menghasilkan yang terbaik, bukan cuma mengejar syahwat politik. Bekerja dengan tulus, bukan penuh akal bulus. Berkorban untuk melayani rakyat, bukan memperoleh jabatan mengandalkan ayat dan mayat. Bertekad memenuhi janji dan realisasi, bukan mencoba mengangkangi gratifikasi.
Di saat gubernur dan wakilnya masih pusing mencari cara agar Jakarta tidak macet menjelang Asian Games nanti, sampai-sampai minta masukan dari masyarakat. Ahok tanpa harus keluar negeri, mampu menghasilkan karya yang berkualitas internasional dan menjadi salah satu icon Jakarta setelah Simpang Susun Semanggi, Lapangan Banteng, Kota Tua dan Kalijodo. Dengan cara beginilah Ahok membuat Jakarta tetap diingat oleh dunia, bukannya dengan cara jalan-jalan berkedok studi banding ke luar negeri ala Sandiaga Uno.
Trailer Jakarta International Velodrome