Indovoices.com -Dalam teori Ilmu Lingkungan salah satu yang mutlak dilaksanakan sebelum melakukan pembangunan adalah melakukan komunikasi risiko apa yang akan terjadi jika pembangunan itu dilaksanakan. Jika ada pembangunan pabrik kimia, semua warga sekitar harus mengetahui resiko pabrik itu meledak. Karena itu, pemilik pabrik melakukan komunikasi apa yang dilakukan jika pabrik meledak. Komunikasi resiko itu dibahas ketika penyusunan dokumen lingkungan. Komunikasi itu disebut konsultasi publik. Publik berhak menolak atau tidak.
Kehadiran Badan Otorita Danau Toba (BODT) sebaliknya, tidak ada yang mengetahui resiko apa yang akan terjadi?. Bagaimana proses pembuatan dokumen lingkungan BODT?. BODT bukan melakukan komunikasi kepada publik. Terkesan sembunyi-sembunyi. Kita tahunya dokumen lingkungan dibuat di luar negeri.
Apa resiko kehadiran BODT bagi masyarakat lokal dan bagaimana mempersiapkan diri untuk mengatasi resiko itu?.
Dalam teori komunikasi lingkungan proses komunikasi risiko lingkungan dapat diterapkan dengan memiliki pusat informasi, melibatkan semua stakeholder, memelihara komunikasi yang konsisten dengan rakyat, membuat komunikasi umpan balik, menawarkan program pendidikan kepada generasi muda untuk masa depan, melibatkan masyarakat untuk pelatihan mempersiapkan menghadapi resiko dan lain sebagainya.
Intinya adalah rencana pembangunan selalu berupaya memberikan informasi kepada publik. BODT kesannya menutupi banyak hal. BODT fokus kepada target, tidak peduli masyarakat siap atau tidak. Masyarakat yang menolak dianggap bodoh. Padahal, masyarakat banyak yang menjerit karena tidak mengerti resiko yang akan terjadi. Atau, rakyat yang mengerti risiko kehadiran BODT tidak ditangani bahkan disingkirkan. Tuan rumah disingkirkan?. Emang kita siapa?. Masihkah menggunakan metode lama yaitu menggunakan kekuatan negara untuk menyingkirkan rakyat?. Kita paham BODT memiliki target. Lah, masyarakat memiliki apa?.
Metode BODT adalah paradigma lama. BODT memaksakan targetnya tanpa konsep yang kuat. Kita mengenal konsep dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang disepakati PBB. Dalam konsep dasar pembangunan berkelanjutan rakyat dan bumi menjadi yang utama. BODT melakukan caranya dengan kekuatan negara untuk targetnya.
Prinsip dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi dan perspektif jangka panjang. Dari semua prinsip yang sejatinya dilakukan penduduk dunia, tak satupun dilakukan BODT. BODT fokus kepada target saja.
Tindakan BODT tanpa konsultasi publik yang kalaupun konsultasi , mungkin ada rekayasa. Hal itu sangat memprihatinkan. Masyarakat tidak tahu apa yang akan dilakukan BODT. Masyarakat gelap gulita, sementara makelar tanah kini bergentayangan.
Kita senang Danau Toba sebagai salah satu destinasi pariwisata. Tetapi, mengapa caranya tidak berdasarkan konsep dasar yang benar?. Masyarakat dunia melalui PBB sudah sangat jelas memiliki konsep dasar pembangunan berkelanjutan. Kita adalah anggota PBB yang berkomitmen. Mengapa kita tidak membangun dengan cara yang kita sepakati?. Bukankah konsep dasar itu untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global?. Lalu, konsep pembangunan berkelanjutan itu untuk siapa?. Konsep dasar pembangunan berkelanjutan itu jelas yaitu mengutamakan rakyat lokal dan bumi?. BODT mengutamakan siapa?.
Rakyat sudah teriak akan fungsi hutan di sekitar mereka. Rakyat sudah teriak akan kehidupan mereka. Bukankah sejatinya pemerintah yang akan melindungi rakyat dan hutan rakyat?.
BODT itu aneh. Mau menjual keindahan hutan tapi rakyat yang komitmen dengan kelestarian hutan hendak terusir. (gurgur manurung)
#gurmanpunyacerita