Jika ada yang menanyakan apakah saya menyesal berjuang buat Pemerintahan Pak Joko Widodo dan Pak KH Maruf Amin, maka jawaban saya tetap sama yaitu saya tidak pernah menyesal berjuang untuk kedua pemimpin yang akhirnya sekarang sudah jadi Presiden dan Wakil Presiden 2019 – 2024, Mereka sudah menjadi Pemimpin Indonesia, dimana Indonesia saya analogikan sebagai Komplek rumah dimana saya tinggal, dan mereka adalah Ketua RT dan Ketua RW nya, sebagai analogi simplenya, dan setelah mereka ditakdirkan menang, maka sudah selayaknya mereka harus mencari Pembantu pembantu terpercaya untuk membantu tugas mereka dalam 5 tahun ke depan,
Hingga pada saatnya, mereka mencari Menteri pertahanan, yang kita analogikan sebagai Penjaga komplek dimana kita tinggal, tentunya mereka harusnya yang berdedikasi dan setia pada tugas dan baktinya untuk menjaga komplek. Ada saatnya suatu keputusan dilakukan Pemimpin Komplek untuk memilih Bekas Penyamun atau Raja Preman untuk menjadi Penjaga Komplek, tepatkah?
Ini hal yang cukup riskan, karena kita tidak tahu hati orang, mungkin saat diwawancara, dimana ini terjadi juga menjelang pelantikan presiden atau setelah pelantikan, calon Pembantu presiden atau Satpam komplek rumah kita berjanji akan menjaga rumah kita, tetapi jika dia mantan Penyamun atau Preman, apakah kita bisa tidur, makan dan berusaha dengan tenang dan nyaman, ini yang harus dipertanyakan dan butuh waktu untuk menjawabnya.
Kembali ke kasus yang dihadapi warga Indonesia saat ini, ketika Presiden Jokowi memilih rival dalam Pilpresnya menjadi Security Guard Negara Indonesia dengan basis Pancasila, dengan slogan “Lebih TNI daripada TNI”, ini menjadi sesuatu momok yang cukup mencemaskan dan memang butuh waktu untuk menjawabnya, mengingat di masa lalu saat Pilpres, sang Security Guard aka Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memiliki hubungan intim dengan kelompok Radikal, Pro Khilafah, 212, biang kerusuhan bahkan eks donator ISIS yang mati matian berjuang mendukung sang Security Guard saat berjuang saat jadi Capres.
Apakah ini langkah ngawur Pak Jokowi? Waktu yang akan bercerita, ada 2 kemungkinan tergantung bagaimana Sang Security Guard ini melihat, apakah memandang secara jangka pendek ataukah jangka Panjang.
Alasan Utama adalah untuk Meminimalisir perpecahan sosial yang selama ini terjadi di masyarakat akibat atau efek dari kontestasi pemilu. Sehingga diharapkan dengan bergabungnya pak Prabowo ke pemerintahan, satu sisi bisa meredam para pendukung fanatik beliau agar bisa lebih mencair. Sedangkan di sisi lain bagi pak Prabowo secara pribadi, untuk menunjukkan kebesaran jiwa beliau.
Kedua. Seperti kata Alm. Gusdur pak Prabowo adalah orang yang ikhlas. Maka diharapkan bahwa ini waktunya bagi beliau untuk berdamai dengan egonya. Sehingga jiwa nasionalisme tidak lagi berfikir tentang jabatan presiden, Sekaligus ini menjadi kesempatan untuk pak Prabowo membuktikan sebagai seorang patriot bahwa diharapkan nantinya bisa mengatasi persoalan paham radikal, selain menggalang para pendukungnya untuk kembali rukun satu sama lainnya, serta rekonsiliasi para loyalisnya, utamanya yang berasal dari kalangan militer, baik yang aktif, maupun yang sudah pensiun. Lagipula keduanya sudah tidak ada beban politik, karena keduanya tidak lagi akan saling berhadapan di 2024 mendatang.
Ketiga. Sebagai strategi pak Prabowo untuk menetralisir kondisi perpolitikan saat ini demi tujuan jangka panjang yaitu kontestasi 2024. Dengan bergabungnya pak Prabowo ke pemerintahan diharapkan bisa menghilangkan stigma bahwa beliau kontra dengan pemerintah. Tapi perlu kita ingat bahwa masih ada Sandi Uno yang “bergerak” di masyakarat. Dan memang sepertinya untuk lima tahun kedepan Sandi Uno lebih menjual dari pada pak Prabowo.
Jika itu yang terjadi, maka Prabowo tengah melakukan tindakan ke Pancasila dan benar benar membela Garuda Pancasila seperti Logo Gerindra yang selama ini digunakan.
Ataukah dia akan kembali ke Habitatnya saat Pilpres? Bersekutu dengan Radikalisme dan mendukung Oposisi dari belakang dan diam diam dan menyerang Pemerintah dari belakang dengan resiko dia akan mendapat tagline Menteri Pecatan seperti jaman Orde Baru? Dan tentunya akan merusak hubungan mesra yang diawali dengan makan Nasi Goreng Bersama megawati Soekarnoputri PDIP.
Semuanya hanya waktu yang menjawabnya. Tapi yang jelas Pak Jokowi sedang mempersiapkan EBTANAS Pancasila dan Garuda Indonesia untuk Prabowo Subianto, apakah dia akan berhasil ataukah gagal di tengah jalan. Caranya adalah dengan mengikis habis Radikalisme yang selama ini mendukungnya saat Pilpres, entah berbasis agama ataupun Radikalisme yang membela asset pribadi seperti Klan Cendana.
Time will tell!