Indovoices.com –Penyidik Senior KPK Novel Baswedan menganggap operasi tangkap tangan (OTT) masih merupakan cara paling ampuh dalam mengungkap kasus korupsi. Cara ini, dinilai masih sangat diperlukan untuk dilakukan oleh KPK.
Pernyataan Novel ini menjawab anggapan sejumlah pihak yang menilai OTT bukan cara efektif dalam mengungkap kasus. Novel mengatakan, meski dalam OTT kerap bukti yang ditemukan nilainya kecil, tetapi itu bisa menjadi pintu masuk ungkap kasus yang lebih besar.
“Seringkali orang melihat, ‘oh itu jumlahnya kecil yang di-OTT’. Proses korupsi, perbuatan korupsi yang dilakukan itu kan tidak sekaligus,” kata Novel dalam dalam acara diskusi NgopiPolitikIDe dengan tema Hancurkan Korupsi atau Indonesia Hancur.
“Dia ada berproses, ketika dilakukan operasi tangkap tangan itu semua masih hangat semua lah. Jadi alat buktinya masih real time masih ada semua. Sehingga ketika OTT, biasanya merupakan jalan untuk ungkap kasus yang besar,” sambungnya.
Pernyataan Novel tersebut juga merupakan jawaban atas pertanyaan dalam diskusi terkait pernyataan Ketua KPK Firli Bahuri yang menganalogikan OTT layaknya operasi zebra. Pernyataan Firli itu sampaikan dalam webinar Pilkada Berintegritas pada 10 November 2020 lalu.
“Jadi kalau dimaksud OTT seperti operasi zebra, barangkali yang dimaksud adalah OTT yang terkait pelayanan publik contohnya pembuatan KTP di kelurahan, kecamatan, nah itu bisa jadi operasi zebra, atau pungli-pungli kecil yang dilakukan oleh polisi lalu lintas, itu biar jadi seperti operasi zebra,” ujarnya.
Kendati demikian, Novel meyakini OTT bisa mengungkap kasus yang cukup efektif. Bahkan tak menutup kemungkinan kasus yang terungkap termasuk kakap.
“Tapi kalau OTT sebagaimana yang dilaksanakan selama ini justru itu jalan untuk ungkap korupsi yang terbaik. Karena ketika dijalankan, itu kita bisa mengembangkan bahwa praktik korupsi yang besarnya akan tergambar dari bukti-bukti yang diperoleh saat OTT,” pungkasnya.
Sebelumnya, Firli menganalogikan OTT dengan operasi zebra yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Firli menyebut, orang yang akan terjerat operasi, kerap memiliki cara tersendiri untuk terhindar.
Sehingga dibutuhkan cara lebih ampuh untuk membuat orang tak ingin melakukan korupsi, salah satunya dengan pendidikan masyarakat.
“Kalau ibaratkan operasi zebra yang dilaksanakan kepolisian pak, anggap saja di depannya ada Jalan Raya Diponegoro, operasi pak, polisi. Apakah akan menghentikan orang melanggar? tidak. Dia akan menghindar dari Jalan Diponegoro muter dulu dia supaya tidak tertangkap,” kata Firli saat itu.(msn)