Indovoices.com –Densus 88 Mabes Polri terus mengusut jaringan teroris terkait aksi bom bunuh diri di gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. Sejauh ini 18 orang telah ditangkap.
Aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar terjadi pada Minggu (28/3), oleh sepasang suami istri yakni Lukman dan YSF alias Dewi.
Mereka tergabung dalam jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD). Selain itu, kelompok ini juga pernah melakukan aksi teror di Filipina.
Lantas seperti apa perkembangan dari kasus ini? Berikut ini:
10 Terduga Teroris Terkait Bom Katedral Makassar Punya Grup Bataliyon Iman
Berdasarkan informasi dihimpun, dari 18 orang yang ditangkap dua di antaranya dipulangkan karena tidak terlibat dalam aksi itu. Sementara 16 orang lainnya ditingkatkan menjadi proses penyidikan.
16 orang itu mengetahui rencana Lukman dan Yogi Sahafitri Fortuna alias Dewi akan melakukan aksi bom di gereja Katedral.
Selain itu, 10 dari 16 orang ini tergabung dalam sebuah grup bernama bataliyon iman. Mabes Polri belum memberikan penjelasan mengenai grup bataliyon iman itu.
Tetapi diduga grup itu merupakan grup khusus jaringan teror ini untuk bertukar informasi dan merencanakan penyerangan.
Adapun 10 orang yang tergabung dalam grup bataliyon iman yakni Ismail, Yahya, Andi Muhammad Aslam, Suhandri Yudi alias Abu Alif, Rizal alias Aldy alias Abu Sofiah, Hamrudin alias Hamdi alias Abu Namhan, Nur Afdiawan alias Wawan, Indahwati Tomia, Yusuf Syahrir Abangsawan, Fatul Rahim alias Fatur dan Lukman Rusli alias Luki.
Lukman dan Dewi Pakai Bom Ikan Saat Ledakkan Diri di Katedral Makassar
Polisi juga mendalami jenis bom apa yang dipakai Lukman dan Dewi saat melakukan bom bunuh diri itu. Informasi yang dihimpun kumparan, pelaku menggunakan bom ikan saat beraksi.
Informasi yang diperoleh kumparan soal bom ikan itu berdasarkan keterangan dari salah seorang tersangka teroris yang ditangkap setelah peristiwa bom bunuh diri.
Saat meracik bom, Lukman tidak sendiri. Dia juga dibantu tersangka teroris lainnya bernama Nur Afdiawan alias Wawan. Wawan tak lain merupakan otak dari aksi bom bunuh diri ini.
Bom yang sudah jadi lalu mereka bawa dengan 2 tas. Satu dibawa oleh Lukman dan satu lagi dibawa oleh Dewi.
Lukman Jual Motor untuk Danai Rakit Bom yang Diledakkan di Katedral Makassar
Segala cara dilakukan kelompok teroris dalam menjalankan aksinya. Meski memiliki dana minim, mereka tetap berusaha agar aksinya bisa berjalan.
Hal ini juga dilakukan oleh Lukman, pelaku bom bunuh diri di Katedral Makassar. Lukman bahkan harus menjual motornya untuk bisa memenuhi dana yang dibutuhkan dalam membuat bom.
Informasi yang dihimpun, Jumat (2/4), keterangan soal jual motor itu didapat dari keterangan salah satu dari 18 orang yang ditangkap terkait dengan bom Makassar.
Tersangka itu menyebut, Lukman memberitahunya bahwa dia menyisihkan uang dari hasil penjualan motor untuk membuat bom. Tapi, tidak disebutkan kapan itu dilakukan dan berapa uang yang disisihkan.
Tak hanya itu, Lukman juga sibuk mencari pendanaan lain kepada rekan-rekannya sesama anggota kajian Vila Mutiara.
Salah satu rekan yang sempat diminta tambahan dana oleh Lukman ialah Rusman alias Maman. Pria kelahiran Malaysia itu 1994 itu sedikitnya 2 kali diminta dana untuk pembuatan bahan peledak.
Terakhir, Lukman meminta dana pada Februari 2021. Tapi, selama Lukman meminta dana, Rusman tak pernah memberikannya. Belum diketahui pula berapa dana yang diminta Lukman.
Otak Bom Makassar Berniat Beraksi Juga Bersama Istrinya
Berdasarkan informasi yang dihimpun, dua dari 16 orang itu merupakan pasangan suami istri yakni Nur Afdiawan alias Wawan dan Indahwati Tomia.
Dari hasil penyelidikan sementara, terungkap mereka berencana mengikuti jejak Lukman dan Yogi melakukan aksi bom bunuh diri. Namun tidak jelaskan di mana lokasi yang akan disasar mereka.
Khusus bagi Wawan, pria kelahiran 1998 itu juga ikut meracik bom di rumah Lukman. Ia juga terlibat membeli bahan kimia. Sedangkan sang istri Indah yang merupakan perempuan kelahiran 1999 sudah mantap untuk ikut Wawan melakukan aksi bom bunuh diri.
Pasangan ini juga tergabung dalam grup bataliyon iman. Tapi Mabes Polri belum memberikan penjelasan mengenai grup bataliyon iman itu.
Lebih lanjut, baik Wawan dan Indahwati ternyata mengikuti kajian di villa Mutiara bersama Lukman. Kajian itu dipimpin oleh seorang kapten bernama Bustar.