Dulu….
“Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok naik. Kenaikan ini relatif tidak bisa dikendalikan pemerintah. Meski Lebaran selalu datang setiap tahun, harga bahan pokok selalu melonjak. Pemerintah diminta menata logistik bahan kebutuhan pokok agar harga tidak menjadi liar seperti saat ini.”
Di berita yang lain,
“Bila melihat di peta digital perjalanan darat Surabaya -Jakarta ini bisa di tempuh sekitar 14 -15 jam. Namun prakteknya bisa sampai 18 jam atau paling molor bisa 21 jam perjalanan. Pada saat momen mudik lebaran perjalanan darat ini ditempuh bahkan hingga 30 jam.”
Itulah cuplikan dua paragrap dari dua berita yang saya baca di media online, yang menceritakan kondisi menjelang lebaran beberapa tahun yang lalu.
Kalau sekarang?
“Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, hasil survei pemantauan harga-harga yang dilakukan BI pada Mei terpantau terkendali. Diperkirakan inflasi Mei akan berada di level 0,51% month to month (mtm). Bahkan menurut Perry inflasi Mei nanti diproyeksi terendah sepanjang sejarah bulan Ramadhan.”
Di berita lain,
“Luar biasa berkesan. Sekarang jarak antar kota terasa sangat pendek karena adanya tol. Overall, aman dan nyaman,” jawab Sri Wahyu Nurhadi Kusumo (56), saat ditanya kesan mudiknya kali ini.
Itulah sekelumit kisah perbandingan kondisi bahan pokok dan perjalanan mudik sebelum dan semasa Jokowi.
Kisah tersebut juga membuktikan bila rakyat sudah mulai merasakan hasil kerja Jokowi selama lima tahun terakhir ini, jauh berbeda bila dibandingkan dulu.
Dulu, harga bahan pokok selalu naik tinggi menjelang lebaran dan hari raya lainnya. Sudah sejak lama menjadi rahasia umum, bila ada permainan mafia pangan di dalamnya. Di mana walaupun sebenarnya stok bahan pokok melimpah, namun sengaja ditahan dan tidak dilepas ke pasar agar terjadi kelangkaan. Barang langka, otomatis harga menjadi mahal. Dan pola yang sama terus berulang setiap tahunnya, sementara pemerintah terkesan tidak berdaya menghadapi situasi seperti ini. Namun itu dulu…
Sekarang, sejak Jokowi memimpin, setidaknya ada 782 mafia pangan yang telah diproses hukum karena mengganggu stabilitas harga pangan. Bahkan, sebanyak 409 mafia tersebut diantarkan ke penjara oleh Satuan Tugas (Satgas) Pangan. Hal ini juga diakui oleh Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dalam pidatonya di depan 10.000 petani Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis, 21 Februari 2019.
Tidak cukup sampai di situ, melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jokowi juga mengangkat Budi Waseso sebagai direktur utama Perum Bulog. Jokowi menilai, Budi Waseso yang juga mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tersebut cocok menjadi bos Bulog sebab memiliki rekam jejak yang bagus saat memimpin BNN.
“Kita perlu orang yang tegas, orang yang berani, orang yang jujur, orang yang memiliki rekam jejak dalam mengelola Bulog,” kata Jokowi saat ditemui usai acara Musrenbang Nasional di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin 30 April 2018.
Terbukti, langkah yang diambil Jokowi ternyata sangat tepat. Hampir tidak pernah lagi kita mendengar ada masyarakat yang mengeluhkan tentang bahan pokok yang langka atau bahkan harga kebutuhan pokok yang naik “gila-gilaan“.
Sedangkan dalam bidang infrastuktur, khususnya jalan tol, juga mengalami pencapaian yang luar biasa. Salah satu media bahkan pernah menulis dengan judul “40 Tahun NKRI Hanya Bangun 780 Km Jalan Tol, Kita Dalam 4 Tahun Bangun 782 Km“. Coba bayangkan…
Dulu, 780 km jalan tol dibangun selama 40 tahun, artinya rata-rata pertahun hanya 19,5 km. Sementara pertumbuhan kendaraan jauh melampaui jumlah jalan yang tersedia. Implikasinya apalagi kalau bukan terjadi kemacetan yang semakin parah dari tahun ke tahun terutama menjelang mudik.
Dan puncaknya terjadi pada mudik tahun 2016, yang juga disebut-sebut sebagai kemacetan terparah sepanjang sejarah transportasi di Indonesia. “Bencana” Brexit terjadi di pintu keluar tol Brebes Timur yang menyebabkan kemacetan antrian kendaraan sepanjang 20 km selama 20 jam dan menyebabkan 12 orang pemudik meninggal dunia.
Pemerintah pun bergerak cepat mengebut pengerjaan jalan tol Trans Jawa yang sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2015. Hasilnya 616 Km tol Trans Jawa diselesaikan dari Merak hingga Banyuwangi dan resmi beroperasi sejak akhir Desember 2018 lalu. Kini, pemerintah tinggal menyelesaikan ruas Pasuruan-Banyuwangi sepanjang 217 Km ditargetkan beroperasi pada tahun 2021.
Dengan selesainya tol Trans Jawa, jarak antara Jakarta hingga Surabaya pun kini sudah dapat ditempuh dalam waktu 10-12 jam (non stop).
Sekarang, perjalanan mudik pun terasa menyenangkan. Apalagi di sepanjang jalan tol, tidak saja tersedia banyak rest area, namun juga banyak spot-spot yang memiliki pemandangan indah yang dapat dinikmati pemudik. Tidak heran bila banyak pemudik yang terkesan dan merasa perjalanan menjadi singkat, sehingga waktu untuk berkumpul dengan keluarga pun terasa lebih panjang.
Harga bahan pokok naik, macet mudik menggila, sudah menjadi sejarah masa lalu..
Karena Dulu Presidennya Bukan Jokowi…
Karena Kini Presidennya Adalah Jokowi…
Bersama artikel ini juga saya ingin mengucapkan:
Minal ‘Aidin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir Dan Bathin
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H (2019)