Hari raya Idul Fitri atau lebaran (istilah di Indonesia), dimaknai sebagai puncak dari ibadah puasa yang dijalankan oleh umat Islam selama satu bulan di bulan Ramadhan (penanggalan Islam). Selain tidak dibolehkan makan dan minum di siang hari selama satu bulan, umat Islam juga disarankan menahan segala emosi, tidak boleh berhubungan suami-istri (hubungan sex) di siang hari, dan lain-lain.
Lebaran bukan saja sekadar penanda akhirnya kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan, namun juga suatu kondisi pintu ampunan yang terbuka lebar dari Allah bagi umat Islam yang menuntaskan kewajiban puasa.
Perasaan lega juga karena telah berhasil menjalankan ibadah dengan maksimal selama satu bulan. Karena selama bulan Ramadhan segala aktifitas positif dari umat Islam dianggap sebagai ibadah, bahkan tidurnya orang yang berpuasa juga diberi pahala.
Bulan Ramadhan juga dianggap sebagai latihan kembali bagi umat Islam untuk kembali mengingat esensi keberadaannya di dunia, mengingat kembali bahwa akan ada kehidupan abadi di akhirat kelak setelah kematian. Dan agar umat Islam mengingat lagi, bahwa kehidupan di akhirat kelak membutuhkan bekal agar dapat menjalaninya dengan bahagia, yaitu berupa amal ibadah selama hidup di dunia.
Selama bulan puasa segala amal ibadah dilipat-gandakan pahalanya, maka bulan puasa menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam untuk menyempurnakan ibadahnya yang seringkali kurang pada bulan-bulan sebelumnya.
Sebutan lain untuk Hari Raya Idul Fitri adalah hari kemenangan, karena orang mampu menjalankan puasanya dengan baik, dianggap kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan, sesuai dengan sabda Nabi SAW yang artinya ”Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridho Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya”
Perayaan Idul Fitri di setiap daerah dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Bahkan terkadang dalam beberapa keluarga pun bisa berbeda rutinitas yang dilakukan.
Namun pada intinya ada kesamaan dalam menjalankannya, yaitu diisi dengan berkumpul bersama orang-orang terkasih, menyajikan makanan istimewa, dan tentu saja mengenakan busana terbaik.
Pada saat Idul Fitri juga diisi dengan saling bermaaf-maafan serta mempererat silaturahmi di lingkungan sosialnya berupa saling memaafkan dan saling mengunjungi.
Di saat momen lebaran acara berkumpul dengan orang-orang terkasih inilah yang biasanya paling dinantikan, dapat bertemu lagi setelah sekian lama terpisah karena jarak dan kesibukan masing-masing. Saling melepaskan rindu dengan orang-orang yang dicintai, saling bercerita dan bercanda dalam kehangatan.
Walaupun Idul Fitri diisi dengan kegiatan-kegiatan yang membahagiakan dan positif,bukan berarti lebaran terlepas dari hal negatif.
Idul Fitri yang pada dasarnya merupakan perayaan kemenangan akan kembalinya manusia pada kesucian hati. Namun pada saat ini perayaan Idul Fitri seperti sudah kehilangan essensinya sebagai perayaan keberhasilan seorang Muslim setelah sebulan berhasil menahan hawa nafsunya dari hal-hal yang bersifat duniawi. Bukan lagi perayaan spiritual karena telah mampu mendisiplinkan diri dalam beribadah dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.
Di masa kini, lebaran telah menjadi momen yang penuh dengan hal-hal yang bersifat konsumstif. Setiap orang berusaha menyelenggarakan perayaan lebaran yang mewah dan meriah. Setiap keluarga seolah-olah berlomba mempersiapkan diri dengan tampilan sempurna saat momen lebaran, misalnya menyediakan hidangan spesial dan menghiasi rumah dengan seindah mungkin.
Bahkan bagi sebagian besar Muslim di Indonesia, tradisi mudik menjadi kegiatan wajib setiap kali lebaran. Kembali ke kampung halaman menemui sanak keluarga yang telah lama tidak berjumpa. Kegiatan mudik biasanya tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tapi menjadi kegiatan yang digunakan untuk memamerkan tingkat ekonominya. Bagi yang memang memiliki kemampuan ekonomi di atas rata-rata tentu tidak menjadi masalah, namun bagi sebagian orang yang perekonomiannya tidak berlebih, tentu akan menjadi persoalan tersendiri apabila memaksakan diri untuk turut menjalani tradisi mudik ini.
Seharusnya Idul Fitri merupakan perayaan bagi seorang Muslim karena telah kembali menjadi suci serta berhasil menjalankan puasa selama sebulan, mampu meningkatkan kualitas keimanan nya sebagai penganut Islam.
Namun tentu saja seperti apapun perayaan Idul Fitri yang dilakukan, merupakan refleksi masing-masing individu dalam menjalankan ibadah puasanya dan bagaiman hubungan pribadinya dengan Sang pencipta, yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun.
Semoga saja makna Idul Fitri dapat kembali diresapi setiap Muslim sebagai momen dimana setiap manusia kembali pada fitrahnya, sehingga mampu menjalani hari-hari setelah Idul Fitri sebagai Muslim yang mampu menjalankan ajaran Islam dengan baik, mampu meraih kecintaan Illahi dengan tetap menjalankan ibadah sebaik mungkin di bulan Ramadhan.
Perayaan Idul Fitri tidak lagi hanya menjadi perayaan dan pesta-pesta bernuansa Islami, namun ke-Islamannya hanya sebatas tampilan. Tapi benar benar merefleksikan kemenangan itu dalam keseharian setelah Ramadhan, sebagai bukti telah menjalankan segala ibadah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan, dan hanya mengharapkan Ridho Illahi saja…
Penulis: Rennie