Indovoices.com -“Digitalisasi adalah keniscayaan dan pendidikan menjadi pintu masuk ke digitalisasi,” tukas pengamat pendidikan Darmaningtyas dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk “Transformasi Digital: Untung atau Buntung” di Kantor Kemkominfo di Jakarta.
Ia menjelaskan bahwa digitalisasi hanya menjawab berbagai aspek seperti; kepraktisan, efisiensi, kecepatan, keakuratan, kepastian, transparansi, privasi, dan kemalasan (sebagian orang).”Digitalisasi hanyalah piranti, yang lebih penting adalah pendidikan untuk mempersiapkan digitalisasi tersebut,” tambahnya.
Menurutnya di era digitalisasi akan selalu ada yang gugur dan tumbuh. “Misalnya, digitalisasi pembayaran non tunai di tol, menghilangkan ribuan penjaga pintu tol, tapi menumbuhkan berbagai usaha baru yg tdk menghirup polusi tiap hari. Juga digitalisasi layanan angkutan menghilangkan sebagian layanan angkutan plat kuning, tapi melahirkan ratusan ribu pekerja transportasi online. Lalu digitalisasi bank plecit (rentenir) melahirkan ribuan kredit online yang sama-sama bikin tidak nyaman,” paparnya.
Untuk menghadapi kesiapan era digitalisasi tadi, maka Darmaningtyas menawarkan solusi seperti kebijakan pendidikan nasional semestinya diarahkan untuk menjawab kebutuhan fundamental hidup manusia. Transformasi digital dalam pembelajaran dan substansi pendidikan, bukan tujuan, tapi hanya piranti saja.”Juga perlu proses pembelajaran dan Pendidikan tetap diarahkan pada membangun nalar dan karakter yang baik, guna menyiapkan generasi yang selalu siap menghadapi perubahan zaman yang terus berjalan begitu cepat agar tidak menjadi generasi konsumtif dan pengekor saja,” pungkasnya.
Turut hadir sebagai narasumber Diskusi Media FMB 9 yaitu Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Kennedy Simanjuntak, Dirjen Binalattas Kemnaker Satrio Laleno, Iskandar Simorangkir dari DKNI (Dewan Nasional Keuangan Inklusif), dan pelaku ekonomi digital sebagai panelis yaitu Bari Arjono, Founder & CEO Digital Enteprise Indonesia. (jpp)