Indovoices.com-Harapan tinggal di rumah layak huni, membuncah di lingkungan masyarakat paska gempa di Palu, Sulteng. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, memastikan akan menyalurkan program bedah rumah untuk 5.700 unit rumah.
Setiap rumah yang dibedah nantinya akan mendapatkan dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) berupa peningkatan kualitas rumah swadaya senilai Rp 17,5 juta. “Pemerintah melalui Kementerian PUPR akan terus membantu masyarakat di Sulawesi Tengah khususnya di Palu untuk bangkit pasca bencana alam dengan menyalurkan program BSPS atau bedah rumah,” ujar Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid di sela kunjungan kerja di Palu sekaligus Pemasangan Peneng Rumah BSPS secara simbolis di salah satu rumah penerima bedah rumah di Desa Loru Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Sigi, Muhammad Ridwan, Asisten 1 Kabupaten Sigi Andi Ilham, Kepala Dinas PU Kabupaten Sigi Hendrik Rambe, Kepala Dinas PKP Provinsi Sulteng Imam Al Gazali, Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penyediaan Perumahan Provinsi Sulteng H Hujurat, Kepala Desa Loru serta puluhan penerima BSPS di Desa Loru.
Menurut Khalawi, program BSPS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas rumah masyarakat yang tidak layak huni. Dengan demikian, masyarakat dapat menempati rumah yang layak dan dapat menciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis dan tentunya mewujudkan generasi masa depan yang sehat.
“Jika rumah masyarakat layak huni tentunya akan tercipta generasi muda Indonesia ke depan yang sehat, cerdas dan memiliki daya saing. Program BSPS ini kami salurkan ke seluruh wilayah Indonesia dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” terangnya.
Khalawi menambahkan, sesuai dengan pesan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, pemerintah tidak akan tinggal diam jika masih ada rumah yang tidak layak. Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah dapat pro aktif dengan melakukan pendataan rumah masyarakat.
Adanya program BSPS, imbuh Khalawi, juga mendorong pola gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu dikarenakan dalam proses pembangunannya masyarakat harus melaksanakan pembangunan rumah secara berkelompok.
Khalawi berharap, setelah mendapatkan dana BSPS, masyarakat tidak hanya fokus dalam membangun rumah tapi juga perlu memperhatikan sanitasi yang ada khususnya kamar mandi yang ada di dalam rumah. Hal itu dikarenakan sanitasi sangat penting untuk kesehatan penghuni selain kecukupan pencahayaan, struktur konstruksi dan luas bangunan.
“Banyak rumah masyarakat kurang mampu dan rumah janda-janda tua yang kondosi rumahnya hampir ambruk. Secara ekonomi mereka tidak mampu memperbaiki rumahnya dan pemerintah menyalurkan dana BSPS senilai Rp 17,5 juta sebagai stimulan agar masyarakat sekitarnya serta saudaranya saling membantu dan akhirnya terwujudlah rumah yang layak,” katanya.
Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah, H Hujurat menjelaskan, pada tahun 2019 ini Kementerian PUPR akan memgalokasikan Program BSPS untuk 5.700 unit rumah di Sulawesi Tengah.
“Total BSPS yang disalurkan Kementerian PUPR ke Provinsi Sulawesi Tengah sejak tahun 2016 sampai 2019 adalah 16.757 unit. Kami harap melalui Program BSPS yang dilaksanakan di 11 Kabupaten / Kota ini bisa membantu masyarakat di Sulteng agar bisa memiliki rumah yang lebih layak huni,” katanya.
Sementara itu, salah seorang warga penerima BSPS asal Desa Loru Sigi Biromaru, Sigi, Munirah Laisuna menyatakan dirinya beserta keluarga sangat berterimakasih atas bantuan perumahan dari Kementerian PUPR ini. Menurutnya, program BSPS ini sangat bermanfaat bagi masyarakat kurang mampu seperti dirinya yang tidak memiliki penghasilan tetap.
Jumlah dana BSPS dari Kementerian PUPR, imbuhnya, adalah Rp 17,5 juta yang diberikan dalam bentuk bahan bangunan senilai Rp 15 juta dan Rp 2,5 juta untuk upah tukang. Sedangkan keluarganya memiliki keswadayaan senilai Rp 7,7 juta.
“Sehari-hari saya bekerja sebagai buruh tani dan suami saya bekerja sebagai tukang bangunan khususnya atap dan penghasilannya tidak tetap. Dulu saya tidak pernah menyangka bisa membangun rumah tembok seperti ini. Terimakasih kepada pemerintah yang telah membantu kami membangun rumah ini,” katanya.
Hal senada disampaikan Panji warga Desa Loru lainnya. Menurut pria asal Madiun, Jawa Timur tersebut dirinya sudah lebih dari 16 tahun merantau di Sigi dan kondisi rumahnya hanya berdinding papan dan atap seng. Lantai rumahnya pun hanya di plester tipis.
“Saya juga dapat bantuan senilai Rp 17,5 juta dari Program BSPS ini. Saya punya simpanan tabungan untuk keswadayaan dalam pembangunan rumah senilai Rp 4,76 juta. Alhamdulillah rumah saya sekarang dindingnya jadi tembok dan atapnya juga lebih kokoh dan tidak bocor lagi. Dulu kasian kalau anak lagi belajar soalnya lantainya hanya plester tipis dan kalau hujan bocor dimana-mana,” katanya.
Panji menilai bahwa Program BSPS ini sangat perlu untuk di lanjutkan bagi masyarakat di Sigi. Sebab di daerahnya masih banyak rumah warga yang rusak akibat gempa bumi yang melanda Sulteng tahun lalu.
“Kalau bisa program ini dilanjutkan lagi sebab masih banyak warga yang mengungsi dan tinggal di hunian yang seadanya akibat gempa bumi,” harapnya. (jpp)