Indovoices.com– Rumah berukuran sekitar 4×4 meter di tengah perkebunan tembakau itu tampak berbeda dengan rumah sekitarnya. Dinding bilik yang terbuat dari anyaman bambu atau biasa disebut gedek ini berjarak sekitar 50 hingga 100 meter dari rumah terdekat sekililingnya yang bangunannya sudah permanen.
Di rumah bilik itulah, Badut (65) warga Dusun Dasan Tengak Ameng, Desa Bangket Parak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tinggal bersama istri dan anak bungsunya yang berusia 19 tahun. Selain fisik bangunan, hal lain yang membedakan dengan sekelilingnya adalah tidak adanya sambungan listrik di rumah Badut.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya akrab dengan kegelapan di malam hari. Penerangan didapatkan dengan menggunakan lampu pelita berbahan bakar minyak tanah. Pagi hingga siang hari Ia membantu menanam atau memanen tanaman kebun, seperti tembakau, padi atau tanaman lainnya sesuai musim.
Upah yang didapat sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu untuk setengah hari bekerja. Sementara aktivitas di malam hari hanya diisi dengan beristirahat dan tidur karena minimnya penerangan. “Saya tidak ada kegiatan (malam hari), tidur saja. Pagi hari sebelum pergi bekerja, saya cari rumput untuk makan kambing,” ujar Badut, sebagaimana diunduh dari situs resmi Kementerian ESDM, Jumat (16/08/2019).
Raut wajah Badut berubah ceria saat mengetahui bahwa dirinya akan menerima sambungan listrik gratis, terbayang kegiatan yang akan dilakukan. Usia tak menghalangi minatnya untuk belajar hal baru saat listrik telah tersambung.
“Terima kasih. Saya tidak bisa berkata-kata lagi. Saya coba (kegiatan) yang baru. Kadang ada permintaan untuk bantu bangun rumah, mungkin (kerja) potong besi,” ungkapnya berbinar. Selain itu, ia pun dapat bercengkrama dengan kelima cucunya saat berkunjung ke rumahya di malam hari.
Sambungan listrik gratis yang diterima Badut merupakan sumbangan jajaran pejabat dan pegawai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk membiayai pemasang sambungan listrik bagi rumah tak mampu di wilayah NTB dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Tahap awal, sudah terkumpul biaya bagi 2.500 rumah, dengan rincian 1.250 sambungan di NTB dan 1.250 sambungan di NTT.
Bantuan pasang baru listrik ini berupa instalasi listrik sederhana dengan 2 titik lampu dan 1 kotak kontak, termasuk biaya penyambungan, biaya instalasi, biaya penerbitan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan voucher perdana. Total biaya yang diperlukan sekitar Rp 750.000 per rumah.
Program ini pertama kali diungkapkan Menteri ESDM Ignasius Jonan akhir Juli 2019 lalu, saat mengetahui bahwa di wilayah NTB masih ada sekitar 34.000 rumah tangga tidak mampu yang belum teraliri listrik.
Menurut Jonan, jika rumah tangga tersebut dibiarkan tidak teraliri listrik akan menjadi tantangan sosial yang sangat besar, karena aliran dan kabel listrik sudah ada di depan rumah warga namun mereka tidak dapat menikmati listrik karena tidak mampu bayar biaya sambung listrik.
Melalui program ini, bahagia tak dapat disembunyikan oleh Badut, karena telah merdeka dari gelap dengan memiliki sambungan listrik di rumahnya. Saat diminta untuk melakukan penyalaan listrik pertama kali, Badut tak sungkan mengungkapkan perasaannya dengan cara sederhana namun sarat makna. “Terima kasih sudah melistriki,” pungkasnya. (jpp)