Indovoices.com –Pemerintah akan menindaklanjuti 89 proyek yang masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN) di tahun 2020 hingga 2024. Jumlah proyek diambil berdasarkan usulan sebelumnya yang mencapai 245 PSN. Menariknya, dari 89 proyek tersebut salah satunya berkaitan dengan pengembangan drone yang secara otomatis menghapus rencana proyek pengembangan pesawat R80 dan N245.
Diketahui, dua proyek tersebut merupakan program pengadaan pesawat dalam negeri. R80 digarap PT Regio Aviasi Industri, milik mantan Presiden BJ Habibie dan putranya, Ilham Akbar Habibie. Sedangkan N245 digarap PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
“Terkait dengan 3 proyek drone, di mana 3 proyek terkait pengembangan drone itu sebagai pengganti proyek yang dikeluarkan antara lain R80 dan N245,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi persnya.
Airlangga beralasan bahwa pengembangan drone dianggap lebih sesuai dengan keadaan saat ini ketimbang realisasi kedua proyek tersebut. “Sehingga dialihkan menjadi teknologi drone yang dianggap lebih cocok dengan situasi saat sekarang dan pengembangannya sudah dimulai oleh PTDI,” jelasnya.
Pesawat R80 merupakan mimpi almarhum BJ Habibie yang tidak pernah usai. Hingga akhir hayatnya, Habibie tetap optimistis soal potensi industri penerbangan Indonesia. Dia yakin pesawat R80 yang masuk dalam daftar industri strategis nasional bisa menjadi ujung tombak industri penerbangan di Indonesia.
“Saya sangat optimistis mengenai masa depan Indonesia, semua di tangan Anda, semua ujung tombaknya adalah R80,” kata Habibie, September 2017.
Wajar Habibie optimistis, belum juga diluncurkan pesawat ini sudah banjir pesanan. Pemesanan pesawat berpenumpang tersebut terdiri atas NAM Air sebanyak 100 unit; Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit, dan Aviastar 10 unit.
Kementerian Perindustrian kemudian mengusulkan pengembangan dua pesawat, yaitu R80 dan N245 sebagai proyek strategis nasional 2017.
Masing-masing pesawat tersebut berkapasitas 80 dan 50 penumpang. Diharapkan pada 2020, kedua pesawat tersebut selesai dikerjakan dan dapat diuji coba.
Habibie menjelaskan, industri penerbangan merupakan industri strategis yang sangat dibutuhkan sepanjang masa, termasuk Indonesia. Ia optimistis bila pesawat R80 bisa menjadi ujung tombak industri penerbangan di Indonesia ke depan.
Habibie pada 2017 lalu juga sempat mengajak masyarakat Indonesia untuk bergabung menjadi bagian dalam program pengembangan prototype pesawat R80. Masyarakat dapat bergabung dalam proyek ini melalui penggalangan dana yang dilakukan oleh PT RAI melalui situs Kitabisa.com.
Menurut Habibie, cara ini sebagai bentuk kebangkitan kembali kedirgantaraan Indonesia. Dia menyatakan pesawat R80 merupakan masa depan bangsa Indonesia.
“Kita bangkit kembali, it your future, saya merasa berdosa kalau saya masa bodoh dengan perkembangan dirgantara Indonesia,” kata Habibie.
Penggalangan dana tersebut dilakukan sebab pengembangan pesawat R80 ditaksir membutuhkan biaya sebesar USD 1 miliar antara lain untuk pengembangan proses engineering, penelitian terapan, sertifikasi, pembuatan prototipe, hingga pengujian pesawat baik terbang maupun tidak terbang.
Dalam melakukan desain awal, PT RAI telah merencanakan penggunaan mesin pesawat R80 buatan Kanada dan Inggris. Direktur Utama PT RAI Agung Nugroho mengatakan, ada dua kandidat mesin yang akan digunakan, yakni mesin Pratt & Whitney buatan Kanada dan mesin buatan Rolls Royce buatan Inggris.
Kendati demikian, Agung berkeinginan untuk melakukan alih teknologi dalam pengembangan prototype pesawat R80 ke dalam negeri. Menurutnya komponen pesawat lainnya dapat diproduksi di Indonesia.
“Kita sangat mendorong ahli teknologi Indonesia karena kita membangun bukan hanya R80 tetapi juga ekosistemnya. Terbentang dari pembuatan pesawatnya kemudian supplier-nya dan regulatornya. Kita mendorong industri supply pesawat untuk ikut mendorong supplier asing dengan industri lokal,” imbuh Agung.
Untuk tahap awal produksi, Agung mengatakan PT Dirgantara Indonesia (DI) akan membantu memberikan fasilitas produksi pesawat R80. Kemudian, produksi akan dilakukan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
Rencananya prototype Pesawat R80 akan diujiterbangkan pada tahun 2020. Sejatinya pengembangan prototype pesawat R80 telah memasuki tahap desain awal. Jika desain awal ini telah rampung, maka akan dilanjutkan dengan pengembangan pesawat secara penuh.
Pengembangan pesawat R80 akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika telah siap akan diujiterbangkan pada tahun 2020 dan siap diproduksi secara massal pada tahun 2024. “Jadi kita produksi mulai produksi massal tahun 2024,” ujar Agung.(msn)