Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, Indonesia dipandang oleh negara-negara lain sebagai sebuah negara yang patut dijadikan contoh, karena meski memiliki perbedaan yang amat banyak namun bisa rukun dan bersatu.
“Bulan yang lalu saat pertemuan 100 ulama yang kita undang dari seluruh dunia, kita menawarkan yang namanya Islam Jalan Tengah. Dan para ulama saat itu mengapresiasi apa yang sudah kita jalankan, Islam yang moderat, Islam yang sejuk, Islam yang damai,” kata Presiden Jokowi saat bersilaturahmi dengan Alim Ulama dan Tokoh Masyarakat se-Kabupaten Karawang, di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Menurut Presiden, inilah ciri keislaman di Indonesia. Ia menyebutkan, Grand Syekh dari Al Azhar dan Imam Besar dari Masjidil Haram hadir dalam acara tersebut dan menyampaikan kekagumannya terhadap kerukunan dan ukhuwah bangsa Indonesia,
Jadi, lanjut Presiden, sangat keliru sekali kalau bangsa Indonesia tidak memanfaatkan ini sebagai sebuah kekuatan dan potensi dalam memajukan negara ini.
“Jangan sampai kita justru dari luar dikagumi, dari luar jadikan contoh, tapi di dalam kita menjadi retak gara-gara urusan pilkada, urusan pilgub, urusan pilpres, sangat rugi sekali kita,” ucap Presiden.
Negara Besar
Sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan, Indonesia ini adalah negara beragam dan berbeda-beda, baik suku, agama, adat, maupun tradisi. Indonesia memiliki 714 suku dengan lebih dari 1.100 bahasa daerah/lokal.
“Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia, bahwa kita ini memang berbeda-beda, beragam ini yang sering terus saya ingat-ingatkan kepada seluruh komponen masyarakat. Indonesia tidak homogen, Indonesia berbeda-beda, beragam, dan majemuk,” terang Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi menitipkan pesan kepada para peserta silaturahmi dalam menghadapi perhelatan pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden.
Pesta demokrasi setiap 5 tahun ini, menurut Presiden, sering memecah dan menyebabkan bangsa Indonesia menjadi tidak rukun dan tidak saling menyapa antartetangga, antarkampung, atau antarteman hanya gara-gara pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan presiden.
“Sangat rugi besar kita kalau seperti itu. Karena modal besar bangsa kita ini adalah persatuan, adalah kerukunan,” tutur Kepala Negara.
Untuk itu, Kepala Negara mengajak para ulama dan pengasuh pondok pesantren se Kabupaten Karawang itu untuk membangun persaudaraan, ukhuwah islamiyah, dan ukhuwah wathaniyah.
“Ya karena anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita ini memang berbeda-beda, berbeda-beda,” tutur Presiden Jokowi.
Ditegaskan Presiden Jokowi, Indonesia adalah negara yang sangat besar. Jangan sampai terpecah-pecah karena pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan presiden.
“Silakan Bapak/Ibu pilih pemimpin baik di kabupaten, di kota, di provinsi, di nasional, pilih yang paling baik. Setelah itu ya sudah rukun kembali karena setiap 5 tahun ini ada terus. Itu pesta demokrasi, pesta politik. Ya sudah gunakan hak politik kita. Tapi jangan sampai mencerai-beraikan kita, jangan sampai menjadikan ukhuwah kita menjadi retak,” kata Presiden Jokowi menekankan.
Tampak mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan itu adalah Ibu Negara Iriana, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Agum Gumelar, Koordinator Staf Khusus Teten Masduki, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. (FID/ES)