Indovoices.com-Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, kondisi Sungai Ciliwung lebih bersih dibandingkan sungai-sungai lainnya yang mengalir di Jakarta.
Andono menyampaikan itu menanggapi hasil riset Tim van Emmerik yang menyatakan Ciliwung berada dalam daftar sungai terkotor di dunia.
“Ciliwung itu dibanding (sungai) yang lain, sebetulnya kalau dari pemantauan kualitas, parameternya organik, anorganik, itu relatif masih lebih bagus di titik-titik yang kami pantau,” ujar Andono di Balai Kota DKI Jakarta.
“Ciliwung masih relatif lebih bersih dibandingkan (sungai) yang lain di DKI,” lanjut dia.
Sungai Ciliwung sebenarnya berada di bawah wewenang Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Meskipun demikian, Andono menuturkan, UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI selama ini tetap rutin membersihkan berbagai jenis sampah di Ciliwung.
“Kami tidak membiarkan sampah-sampah mengambang di Kali Ciliwung dan kali mana pun yang ada di Jakarta,” kata Andono.
Riset Tim van Emmerik
Hasil penelitian Tim van Emmerik pada 2018 mengindikasikan bahwa Sungai Ciliwung, yang membelah Jakarta, berada dalam daftar sungai terkotor di dunia.
Penelitian yang melibatkan ilmuwan dari Indonesia dan Belanda serta bekerja sama dengan Waste4Change tersebut menemukan bahwa sampel yang diambil dari Sungai Ciliwung tercemar lebih parah ketimbang setidaknya 20 sungai di Eropa dan Asia Tenggara yang juga menjadi subyek penelitian.
Peneliti melakukan pengawasan terhadap makroplastik, atau plastik dengan ukuran lebih dari 5 milimeter, di lima lokasi di sepanjang Sungai Ciliwung pada Mei 2018.
Hasilnya, sebanyak 20.000 barang berbahan plastik mengalir ke Laut Jawa setiap jam.
Angka ini jauh lebih tinggi daripada Sungai Chao Phraya di Thailand sebanyak 5.000 barang per jam, Sungai Seine di Perancis sebanyak 700 per jam, dan Sungai Rhine di Belanda dengan 80 per jam.
Selain itu, studi tersebut menghitung berat total sampah plastik dari seluruh kali di Jakarta mencapai 2,1 juta kilogram.
Dari lima lokasi yang disurvei, peneliti lebih banyak menemukan kantong plastik dan bungkusan makanan plastik.
Penemuan lainnya adalah jumlah sampah plastik lebih tinggi saat lebih banyak air.
Artikel tentang hasil riset tersebut tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. (msn)