Renungan Hari Kemarin, Jelang Peringatan HUT TNI Ke 74
Sesiang tadi,
Saya ngobrol dg Bapak …
Bukan obrolan yg berat,
Wong sambil menunggu saat sholat Jumat koq …
“Pengen ngerasain Jumatan jaman now,”
Kata Bapak sambil tersenyum jahil …
“Bapak mulai usil deh ….,”
Balas saya ….
“Pengen ngrungokne khotbah ulama jaman now …,”
Lanjut Bapak pula sambil tertawa ….
“Bapaaaaaakkkk!! …,”
Dengan setengah kesal saya cubit lengan Bapak ….
Bapak hanya tertawa tergelak2,
Barisan gigi putihnya yg rapi,
Membuat wajah Bapak terlihat segar …
Saya seduhkan kopi hitam utk Bapak,
Dan segelas kopi susu utk saya sendiri …
Kami duduk di ruang tamu,
Sambil membuka koleksi buku2 saya….
Bapak melihat kalender,
“Tanggal piro to saiki, Nduk? …”
“Tanggal 4, sesuk tanggal 5 Oktober, Pak …
Peringatan hari ABRI… .”
Mendadak cahaya di wajah Bapak seakan memudar,
Raut wajah Bapak berubah sedih ….
“Ada apa, Pak? ..”
“Aku eling Yani, Nduk ….,”
Ucap Bapak dg terbata ….
“Pak ….,”
Saya memegang lengan Bapak,
Dan Bapak mengambil tangan saya dan menepuk2 nya dg perlahan …
“Yani kupersiapkan,
Utk bisa menggantikanku,
Jika telah habis masa ku …
Yani itu Prajurit yg baik,
Kemampuan nya luar biasa,
Track recordnya tanpa cacat …”
“Sayangnya,
Takdir berkata lain ….
Jujur,
Aku kie jik gak percoyo,
Yani kudu mati di tangan begajul yg mengaku sebagai pasukanku.
Aku kenal siapa Cakra,
Siapa orang2nya.
Mereka semua Prajurit pilihan,
Yg dididik bukan hanya utk melindungiku,
Tapi juga utk bisa merakyat ….”
Saya terdiam,
Bapak seakan larut dalam kesedihannya ….
“Yg paling gak masuk akal,
Adalah laporan yg menyebutkan bahwa Nas,
Nasution maksudku …
Lolos walau dg kaki tertembak.
Dan putri ciliknya,
Ade Irma serta ajudannya Pierre tewas …
Itu sangat2 menyakitkan,
Salah apa mereka?
Seorang anak tak berdosa? …
Lalu ada cerita,
Bahwa Pierre menggantikan Nasution.
Cakra kuwi ora bodoh, Nduk …
Masuk akal gak mereka gak bisa membedakan Nasution dg Pierre? …”
Saya mengambil gelas kopi Bapak,
Mengangsurkannya ke tangan Bapak ….
“Suwun, Nduk …,”
Kata Bapak sambil meneguknya …
“Kopi mu ini pait,
Amergo mbok wenehi gulo mung sithik …
Politik kuwi luwih pait,
Amergo ono wong2 serakah sing pengen berkuasa ….”
Saya mengangguk. …
Bapak meletakkan gelas kopinya,
Dan melanjutkan pembicaraannya ….
“Hari2 menjelang meletusnya pemberontakan G30S/PKI,
Adalah hari2 yg penuh fitnah dan kebencian.
Banyak beredar kabar gak jelas,
Yg intinya hanya ingin membuat rakyat panik dan marah.
Kekacauan terjadi di mana2,
Bahkan aku sendiri lo, Nduk …
Entah berapa kali menjadi korban percobaan bunuh diri,
Beruntung Tuhan masih sayang kepadaku,
Masih memberiku umur panjang …”
Lagi2 saya mengangguk.
“Suasana nya hampir sama seperti saat ini,
Makanya aku wis ora heran.
Ini konspirasi tingkat tinggi,
Yg jelas2 dimodalin kaum kapitalis,
Yg ingin kembali berkuasa di negeri Indonesia …”
“Ada hubungannya dg final diversifikasi 51% kembalinya saham Freeport ke Indonesia to, Pak? ..
Makanya,
Papua diserang habis2an? …
Juga tentang uang 7000T yg akan kembali menjadi milik Indonesia,
Sesuai dg perjuangan yg sudah dilakukan pakde Jokowi? ..”
“Aku ra sah jawab,
Kowe wis ngerti kabeh to jawaban e …”
Lalu kami sama2 terdiam,
Sayup2 terdengar adzan dari musholla di ujung gang rumah saya ….
“Aku budhal Jumatan dhisik yo, Nduk ..
Ben ora diarani kafir …,”
Kata Bapak mencoba mengukir senyum …
Bapak berdiri,
Saya pun berdiri ….
Tanpa sadar,
Saya peluk pinggang Bapak ….
“Bapak ..
Matur suwun …”
Bapak tersenyum,
Menepuk2 kedua pundak saya,
Sebelum kemudian berlalu pergi ….
(Dedicated for “Bapak” Ir. Soekarno – Founding Father of Indonesia)
Al Fatihah ….