Indovoices.com –Direktur Utama PT Pertamina(Persero) Nicke Widyawati kembali menjelaskan soal belum turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Padahal tren harga minyak dunia sempat jatuh ke titik terendah pada April 2020 lalu.
Menurut Nicke, harga BBM dalam negeri sudah diatur oleh Pemerintah. Pertamina, kata dia, sebenarnya bisa saja membuat harga BBM menjadi lebih murah, tapi konsekuensinya akan sangat besar.
“Kita tutup saja semua kilang, bisnis hulu minyak dan gasnya kita tutup. Tapi itu akan membuat kita kembali ke zaman dulu, bergantung dengan impor,” kata Nicke dalam sesi diskusi daring.
Nicke menjelaskan, biaya impor minyak mentah selama ini memang lebih murah dibandingkan produksi BBM di dalam negeri. Namun, ketika terjadi wabah Corona yang meluas dan diiringi oleh lockdown atau penutupan sejumlah wilayah, importasi minyak mentah dikhawatirkan hanya akan membuat kebergantungan dengan negara lain semakin besar.
Lebih jauh, Nicke menyebutkan, membangun industri migas selama ini intinya bukan sekadar mencari keuntungan. Jauh lebih penting dari itu, menurut dia, adalah mencoba membangun kemandirian bangsa terhadap energi.
“Lebih untung kalau kita impor semuanya, kita tutup kegiatan usaha di hulu. Tapi kan tidak, kita harus melihat ke depan, jangka panjang, harus ada kemandirian energi,” ujar Nicke.
Selain itu, Nicke menjelaskan, bila harga BBM secara tiba-tiba diturunkan, dikhawatirkan dalam waktu harga minyak dunia akan berbalik naik. Bila perekonomian dunia sudah menunjukkan pemulihan dan harga minyak dunia sudah mulai merangkak naik, saat itu pula Pertamina tak bisa serta merta menurunkan harga BBM.
Nicke juga menepis anggapan ketika harga minyak mentah naik, Pertamina selama ini dengan cepat menaikkan harga BBM. Yang terjadi selama ini, menurut dia, Pertamina menunggu dan melihat langkah negara lain selama tiga bulan sebelum memutuskan menaikkan ataupun menurunkan harga BBM.
“Siapa bilang ketika harga minyak naik, Pertamina langsung menaikkan harga? Kami akan menunggu tiga bulan. Kita juga melihat negara lain,” tutur Nicke.
Sebelumnya dilaporkan harga minyak mentah di Bursa Berjangka New York pada awal pekan ini tercatat turun hingga 1,9 persen. Hal tersebut melanjutkan tren penurunan pada pekan lalu seiring dengan masih masifnya tanda-tanda penyebaran virus Corona di Cina sehingga menarik perhatian di Amerika Serikat.
Dikutip dari Bloomberg pada hari ini, Senin, 15 Juni 2020, Bursa Berjangka di New York mencatat harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun menjadi US$ 35,65 per barel. Harga emas hitam itu turun ketimbang Jumat pekan lalu di level US$ 36,26 per barel.
Tren penurunan harga minyak juga terlihat untuk harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus turun menjadi US$ 38,2 per barel. Sebelumnya harga minyak tersebut berada di level US$ 38,73 per barel.(msn)