Indovoices.com- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meluncurkan komunitas sehat untuk memperluas promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) secara bersama di Universitas Indonesia, Kabupaten Musi Banyuasin (Sumatera Selatan), Kabupaten Sidoarjo (Jawa Timur), dan Kota Depok (Jawa Barat). Pada tahun 2025-2035 Indonesia akan mengalami bonus demografi karena jumlah kelompok usia produktif meningkat tajam dibandingkan kelompok usia lainnya. Bonus demografi akan kita peroleh jika tersedia sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing yaitu SDM yang sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Upaya menciptakan SDM yang sehat dilakukan melalui upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif. Sejak implementasi Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun 2014, jumlah peserta telah mencapai lebih dari 223 juta jiwa atau lebih dari 80% penduduk Indonesia. Saat ini diketahui bahwa penyakit jantung, gagal ginjal, kanker dan stroke merupakan penyakit kronis dengan beban pembiayaan terbesar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sedikitnya Rp11 triliun klaim yang harus dibayarkan BPJS Kesehatan untuk jenis penyakit kronis ini. Penyakit-penyakit tersebut pada umumnya berawal dari gejala diabetes dan hipertensi yang tidak terdeteksi sejak dini dan terabaikan.
“Kami memiliki harapan yang positif terkait peluncuran program komunitas sehat ini. Intinya dengan acara ini, masyarakat jadi mengetahui bagaimana hidup sehat, sehingga rumah sakit tidak penuh,” ujar Wapres Jusuf Kalla saat menerangkan hal ini dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk “Peluncuran Program Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit” di Aula IMERI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Salemba, Jakarta.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2014 – 2015 dengan berbagai kebijakan di antaranya adalah Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 71/2015 tentang Penyakit Tidak Menular, dan PMK Nomor 43/2016 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk mencegah meningkatnya jumlah penderita penyakit kronis dan ikut aktif dalam pencapaian Sustainable Development Goals (Good Health and Well-being). Selain itu, upaya promosi kesehatan juga dilakukan melalui Instruksi Presiden No. 1/2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Implementasi berbagai kebijakan di atas adalah melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Program Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
“Melalui Posbindu mereka bisa mengecek berat badan, kadar kolesterol dan tekanan darah. Petugas di sana akan mencatat profil kesehatan, dipantau dan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Cut Putri Arianie.
Bisa Efektif Tekan PTM
Posbindu menjadi wadah intervensi kesehatan paling awal yang dibentuk, dikelola dan dijalankan oleh masyarakat sendiri. Pelaksanaan program ini diharapkan menimbulkan pemahaman masyarakat akan pentingnya deteksi dini terhadap PTM, mendorong perubahan perilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat sehingga menekan laju pertumbuhan PTM di Indonesia. Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Pradana Soewondo menambahkan, di Bogor saat ini ada penelitian terkait penyakit tidak menular. Dimulai dari tahun 2010 yang akan selesai pada tahun 2020. Dari hasil penelitian tersebut, 60% penyakit diabetes bisa kembali menjadi normal lagi. Sepanjang pasien aktif melakukan deteksi dini. Posbindu PTM adalah satu salah upaya bersama menekan gejala penyakit tersebut, pasalnya dalam beberapa tahun jika diabetes tidak ditangani bakal merebak menjadi penyakit jantung dan kanker organ vital lainnya.
Pradana menerangkan, sebelum Posbindu digulirkan sempat dilakukan pilot project pada tahun 1990-an di kawasan Merak hasilnya dalam lima tahun menurunkan jumlah perokok, tingkat kolesterol dan hipertensi para pekerja pabrik.
“Kami berharap Posbindu bisa seperti Posyandu. Sekarang jumlahnya Posbindu masih 50 ribuan. Dengan jumlah sekitar 240 ribu Posyandu sudah menunjukan hasil penurunan angka kematian ibu dan bayi, peningkatan angka imunisasi anak dan pemeriksaaan ibu hamil,” ungkap Pradana.
Memahami pentingnya pencegahan PTM, Wapres RI sebagai ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) merasa perlu melakukan perluasan komunitas sehat dengan Posbindu PTM dengan memanfaatkan mekanisme kemitraan dengan pihak swasta. Mekanisme kemitraan ini dikembangkan oleh TNP2K untuk membantu pemerintah dalam upaya mengendalikan laju pertumbuhan penduduk berpenyakit tidak menular. Dalam mekanisme kemitraan ini keberadaan Posbindu yang ada diperkuat dengan menambahkan pelaksanaan kampanye sosialisasi massa dan pemantauan secara berkala bagi masyarakat di komunitas dan tempat bekerja. Sebagai tahap awal, peluncuran perluasan komunitas sehat dengan Posbindu PTM terpilih ialah Kabupaten Musi Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Sidoarjo di Provinsi Jawa Timur, Kota Depok di Provinsi Jawa Barat dan Universitas Indonesia yang mewakili tempat kerja maupun kampus. Khusus untuk Universitas Indonesia, komunitas sehat dengan Posbindu adalah target yang akan dicapai dari Program Kampus Sehat yang juga diluncurkan bersamaan. Kampus Sehat merupakan upaya yang sistematis dalam mewujudkan Perguruan Tinggi sebagai suatu lembaga yang mengintegrasikan kesehatan dalam budaya kampus. UI merupakan salah satu dari empat Kampus terpilih sebagai tempat pelaksanaan Uji Coba Program Kampus Sehat yang baru dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan.
Adapun, tiga kampus lainnya yang terpilih sebagai Uji Coba Program Kampus Sehat adalah Universitas Nasional Sebelas Maret, Surakarta–Jawa Tengah, Universitas Andalas, Padang – Sumatera Barat, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.(jpp)