Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin, Erick Thohir, memberikan pembekalan ke Tim Kampanye Daerah (TKD) di Grand Sahid, Jakarta, Jum’at (7/12). Erick menekankan tim di daerah solid meningkatkan elektabilitas pasangan nomor urut 01 tersebut.
“Kami TKN dengan TKD solid ya, kami berjuang maksimal dengan target kami, karena semua yakin beliau (Jokowi) pemimoin terbaik buat Republik Indonesia,” kata Erick, Jum’at (7/12)
Erick menambahkan, pihaknya juga meminta masukan dari TKD terkait peta suara hingga isu yang berkembang di daerah.
“Kami ingin mendapatkan isu yang nyata dari daerah-daerah apa yang sudah dilakukan apa yang perlu masukan dan kami juga menyiapkan sistem training di sini tidak hanya training dalam arti hanya admininstrasi tetapi juga tentang kegiatan yang terus dikakukan ke depan,” kata Erick.
Erick meyakini, suara Jokowi bisa diatas suara pilpres 2014 yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla. Angka itu didapatkan dari elektabiltas dari pasangannya di pilpres kali ini, Ma’ruf Amin.
“Kalau kita lihat dengan posisi yang sekarang luar biasa. Contoh misalnya ketika Pak Jokowi bersama Pak Jusuf Kalla menang untuk 2014 berapa, 53%. Sekarang ini beliau 53%, cawapresnya kiai Ma’ruf Amin ini akan bergerak pasti di atas 53%,” ujarnya.
(http://m.mediaindonesia.com/read/detail/202788-erick-thohir-minta-tkd-jokowi-amin-petakan-suara)
Disini menjelaskan Pak Erick Thohir memberikan jaminan bahwa Elektabilitas Jokowi Maruf masih diatas 53% walaupun Badan Survey memberikan hasil yang beraneka ragam tetapi dibawah angka 53%. Analoginya seakan akan Relawan akan naik dalam Pesawat dengan jaminan keamanan 53% tetapi dengan pendangan ahli lainnya bahwa jaminan security dibawah itu, bahkan ada yang memberikan nilai dibawah 50%.
Namun demikian, beberapa Relawan daerah memberikan pandangan berbeda. Relawan Daerah memberikan kritikan bahwa ada beberapa masalah dalam TKN yang dikelola Pak Erick Thohir, seperti yang diungkapkan Koordinator Nasional Poros Benhil Aznil Tan
(https://www.indonesiaberita.com/2018/12/05/relawan-jokowi-minta-evaluasi-total-tkn-pasangan-jokowi-kh-maaruf-amin/)
1. Tidak terpolanya gerakan pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin, menjadi gerakan nasional yang beridentitas untuk mudah diingat publik.
2. Lemahnya koordinasi antara TKN dengan relawan dalam melakukan kerja-kerja politik yang solid dan terarah dalam pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin. TKN seharusnya melakukan blusukan ke tempat-tempat relawan Jokowi seluruh Indonesia untuk berkoordinasi dan memotivasi namun cenderung bersikap elitis dan bahkan menganggap relawan sebagai lawan politiknya,
3. Personil TKN sangat kental diisi oleh partai dan para caleg yang bisa tidak fokus bekerja untuk pemenangan Jokowi-Ma’ruf. Seharusnya orang partai yang berada di TKN sudah dari awal menghibahkan kader terbaiknya untuk bekerja memenangan Jokowi-Ma’ruf Amin dan tidak bermain dua kaki, maksudnya tidak fokus mengurus Pileg dan Pilpres pada waktu yang bersama an.
4. TKN kurang bersinergi dengan gerakan dilakukan Jokowi sehingga pola kerja tidak masif dan sistematis dalam menggalang kekuatan rakyat. Jokowi sebagai petahana seperti dibiarkan bekerja sendiri tanpa ada TKN melakukan perawatan basis akar rumput menjadi ledakan besar dan memiliki jangkauan luas atas gebrakan pro rakyat dilakukannya,
Ini bahaya, ini ibarat, kita diingatkan kembali pada Laporan KNKT atas insiden jatuhnya pesawat JT610 di Perairan Karawang pada 29 Oktober 2018 berdasarkan Flight Data Recorder (FRD) Lion Air PK-LQP. Laporan itu berbunyi
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181128125053-20-349873/knkt-sebut-lion-air-pk-lqp-tak-layak-terbang-sejak-dari-bali)
1 Hal ini terkait dengan kasus penerbangan pesawat itu pada rute Denpasar-Jakarta yang sudah mengalami gangguan.
2. pihak KNKT menemukan ketidaksesuaian jumlah awak penerbangan. Pada dokumen weight and balance sheet, terdata ada dua pilot, lima pramugari, dan 181 penumpang. Pada kenyataannya
ada 6 Pramugari.
3. menjelang terbang pesawat itu mengalami stick shaker atau kemudi pada pilot bergetar. Hal ini merupakan indikasi bahwa pesawat akan mengalami kehilangan daya angkat. Sehari
sebelumnya, pesawat yang sama terbang dari Bali menuju Jakarta. Kondisi pesawat memiliki kendala yang sama dengan yang terjadi saat penerbangan dari Jakarta menuju Pangkalpinang. Kondisi stick shaker juga terjadi pada penerbangan ini.
Hal yang menarik yang bisa dianalisa bahwa Overconfidence Pak Erick Thohir dengan LION AIR pada insiden diatas memiliki kemiripian. Mereka tahu bahwa ada masalah, mereka tahu bahwa jaminan keamanan tidak dalam Safe Zone, Level masih Critical, tapi karena overconfidence, mereka meneruskan apa yang mereka percayai, dan untuk kasus LION AIR, kejadian kecelakaan tidak terelakkan.
Jika Pak Erick Thohir dan TKNnya tidak segera dievaluasi, diperbaiki apa yang salah, di-reshuffle kembali rencana dan program kerja terhadap akar rumput, maka dikuatirkan bahwa hasil Suara Pilpres No 1 Jokowi Maruf akan senasib dengan JT610.
Sekarang sudah bulan Desember 2018, masih ada waktu untuk berbenah, ini diibaratkan sama seperti saat kendisi saat Pesawat PK-LQP mengalami Turbulence di Bali dan selamat sampai Jakarta. Ini waktunya berbenah. Ini Lampu kuning untuk berbenah, ini periode untuk berbenah sampai April 2019.
April 2019, adalah waktunya “TAKE-OFF”, Waktunya melihat apakah nasib Capres Jokowi-Maruf akan jatuh mengenaskan atau akan terbang tinggi dengan posisi ON-AIR sampai 5 tahun ke depan.